Part 23 (Sudah direvisi)

159 15 0
                                    

Keesokan paginya

Saat ini Bunda Inne sedang menyiapkan sarapan.

"Assalamualaikum Bun". Ucap Alwi sambil menuruni tangga.

"Waalaikumsalam. Eh kamu udah bangun ternyata". Ucap Bunda Inne.

"Iya Bun, tadi habis sholat subuh, Alwi ga tidur. Yaudah, Alwi langsung mandi, habis itu main hp dulu sebentar". Ucap Alwi mendekati Bundanya.

"Bunda masak apa ?". Tanya Alwi.

"Ini Bunda masak sop Ayam, tahu sama tempe goreng, dan yang terpenting ada sambalnya dong Wi". Ucap Bunda Inne tersenyum.

"Wah, itu kesukaan Alwi semua. Mau Alwi bantu Bun ?". Ucap dan tanya Alwi.

"Mendingan kamu bangunin kakak-kakak kamu sama Ayahmu tuh, Ayahmu itu bukannya mencontohkan cara bangun pagi yang benar pada anak-anaknya, malah dia ngajarin bangun kesiangan pada anak-anaknya". Ucap Bunda Inne menggeleng-gelengkan kepalanya mengingat tingkah laku suaminya itu.

"Hahahaha, ada-ada aja Ayah". Ucap Alwi tertawa kecil.

"Yaudah, Alwi mau ke kamar Ayah dan Bunda dulu, mau bangunin Ayah dulu". Ucap Alwi.

"Iya Wi, hati-hati ya". Ucap Bunda Inne.

"Ini kan di dalam rumah Bun, ngapain juga harus hati-hati". Ucap Alwi bingung.

"Kan harus tetap hati-hati Wi, kan bisa aja ada sesuatu gitu di dalam rumah yang kita ga tau itu apa". Ucap Bunda Inne.

"Maksudnya Bunda, gimana ?". Tanya Alwi yang masih bingung.

"Bunda takut ada orang-orang jahat masuk rumah kita, Bunda takut kamu masih diincar sama pak Rico, rekan bisnisnya Ayah". Ucap Bunda Inne khawatir.

Alwi pun terdiam sejenak mendengar ucapan Bundanya itu.

"Alwi, kenapa kamu diam aja ? Apa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari Bunda ?". Tanya Bunda Inne.

"Enggak ada apa-apa kok Bun". Ucap Alwi kemudian ia pun berlari menuju kamar sang Ayah dan Bunda.

Bunda Inne pun melanjutkan kembali kegiatannya itu.

*******

Sesampainya di sana, Alwi pun duduk di samping Ayahnya itu. Alwi pun terdiam mengingat kembali mimpinya itu.

"Semoga aja mimpi itu adalah mimpi biasa, jika itu adalah sebuah firasat, Alwi yang akan menjadi garda terdepan untuk Ayah, Bunda, kak Ridho dan kak Tammy". Batin Alwi menatap wajah sang Ayah yang masih tertidur dengan nyenyak.

Alwi pun menghela nafasnya pelan, kemudian ia pun teringat bahwa ia disuruh untuk membangunkan Ayahnya itu.

"Yah, bangun yah". Ucap Alwi menggoyang-goyang tubuh Ayahnya perlahan.

"Hmm, eh kamu yang bangunin Ayah, biasanya kan Bunda". Ucap Ayah Ananda yang membuka matanya perlahan kemudian ia pun menutup matanya kembali.

"Bunda yang nyuruh, tumben Ayah gampang banget dibangunin, biasanya enggak". Ucap Alwi tersenyum geli.

"Ya kan kamu yang bangunin Ayah, jadi gampang. Kalo Bunda, Bunda bangunin pake tenaga dalam mah dia". Ucap Ayah Ananda bangun dari baringannya.

Alwi yang mendengar itupun langsung tertawa kecil.

"Hmm, yaudah Alwi mau bangunin yang lain dulu yah yah, Ayah juga, nanti selesai mandi, langsung kebawah". Ucap Alwi bangun dari duduknya, tiba-tiba tangannya ditarik sang Ayah untuk duduk kembali.

"Kenapa yah ?". Tanya Alwi.

"Kamu sakit Nak ? Muka kamu agak pucat soalnya". Ucap Ayah Ananda khawatir.

Rumah Ternyamanku (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang