Part 13 (Sudah direvisi)

187 25 0
                                    


"Sebenarnya Tammy suka sama Alwi". Ucap Tammy sambil menundukkan kepalanya

Semuanya pun terkejut.

"Ga mungkin, masa Alwi suka sama saudaranya sendiri". Ucap Ridho tidak percaya.

"Tammy juga ga tau kenapa perasaan itu bisa muncul. Makanya Tammy sama Alwi mencoba untuk menghilangkan perasaan ini". Ucap Tammy.

"Itu hal yang wajar, Alwi tidak mempermasalahkannya. Tetapi pada akhirnya, kita juga tidak bisa hidup berdampingan selamanya". Ucap Alwi sambil menghela nafasnya pelan.

"Tapi kenapa itu bisa terjadi ?". Tanya Tammy yang masih penasaran.

Alwi pun tersenyum mendengar pertanyaan kakaknya itu.

"Itu bisa terjadi karena akhlaknya yang baik, atau karena wujudnya yang sangat rupawan. Dan di beberapa kasus, biasanya karena perlakuannya yang manis terhadap kita. Makanya karena itu, banyak orang yang bernafsu untuk melakukan hal yang sama sekali tidak boleh dilakukan oleh sesama saudara, dan pada akhirnya akan terjadi sesuatu yang mungkin membuat kedua orang tersebut terpaksa menikah walaupun saudara". Ucap Alwi panjang lebar.

"Untuk itu kita mencoba untuk menghilangkan perasaan itu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Karena Alwi pun bisa saja tergoda untuk melakukan hal itu karena Alwi cowok". Lanjut Alwi.

Semuanya pun bangga dengan yang Alwi lakukan.

"Kakak bangga sama kamu Wi, makasih ya karena kamu udah bantuin kakak untuk menghilangkan perasaan ini. Dan maaf tiba-tiba kakak suka sama kamu". Ucap Tammy merasa bersalah.

"Iya, sama-sama. Kakak ga usah minta maaf, itu hal yang wajar. Jadi Alwi tidak merasa tidak nyaman". Ucap Alwi sambil tersenyum.

Tammy pun membalas senyumannya. Semuanya pun tersenyum melihat keakraban Alwi dan Tammy.

"Kakak harap kamu ga ninggalin kita Wi". Ucap Ridho mendekati Alwi.

Alwi yang mendengar itu pun langsung menoleh kearah sang kakak.

"Kakak tau penyakit ini tidak akan bisa sembuh, itu akan seumur hidup. Tetapi kakak yakin kamu kuat, kamu adik kakak yang paling kuat". Ucap Ridho.

"Kak, Alwi akan berusaha, tapi jika Alwi sudah tidak kuat, tolong ikhlaskan kepergian Alwi. Itu akan membuat Alwi bahagia disana". Ucap Alwi tersenyum tipis.

"Enggak Wi, kamu pasti kuat. Kami akan selalu ada disamping kamu. kakak mohon, kamu harus bertahan demi kami". Ucap Tammy yang sudah mulai menangis.

"Kak, jika itu sudah takdir, maka ikhlaskanlah". Ucap Alwi.

Bunda Inne yang mendengar itu pun langsung memeluk Alwi karena ia sudah tidak kuat mendengar ucapan putranya itu.

Alwi pun membalas pelukannya sambil tersenyum.

"Bunda, jangan menangis. Alwi ga suka. Alwi berharap, Bunda tidak terus menangisi kepergian Alwi, karena air mata indah itu akan terbuang sia-sia. Jadi Bunda harus kuat ya demi putra bungsu Bunda yang ganteng ini". Ucap Alwi sambil membalas pelukannya.

"Bunda mohon Nak, jangan mengatakan itu lagi. Bunda sudah tidak kuat mendengarnya, hati Bunda sakit mendengarnya". Ucap Bunda Inne terisak.

"Maafin Alwi Bun, sudah membuat Bunda menangis seperti ini". Ucap Alwi merasa bersalah.

"Kamu tidak salah Nak, Bunda tau kamu sudah tidak kuat menahan rasa sakit itu. Bunda minta maaf jika selama ini Bunda tidak ada disamping Alwi saat Alwi sedang sakit". Ucap Bunda Inne yang masih terisak.

Air mata Alwi terjatuh begitu saja mendengar ucapan Bundanya itu. Alwi pun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bunda ga salah, jadi Bunda ga usah minta maaf pada Alwi". Ucap Alwi terisak.

"Alwi janji ga akan pernah ninggalin Bunda, yang penting Bunda selalu berada di samping Alwi. Itu adalah sumber kekuatan Alwi. Alwi minta maaf karena sudah menyakiti hati Ibunda". Lanjut Alwi.

"Iya Nak, Bunda ga akan pernah ninggalin Alwi, Bunda sayang banget sama Alwi. Yang penting Alwi udah janji sama Bunda, ga akan pernah ninggalin Bunda. Jadi Alwi ga usah minta maaf". Ucap Bunda Inne tersenyum.

"Sekarang Alwi buang aja semua yang Alwi rasakan, Bunda akan sedia menjadi orang pertama yang menderita suka dukanya Alwi". Lanjut Bunda Inne.

Alwi pun menangis dalam diam dipelukan sang Ibunda, ia membuang semua yang ia rasakan selama ini.

Bunda Inne pun mengusap punggung Alwi dengan lembut. Ayah Ananda, Ridho, dan Tammy pun terharu melihat itu.

"Ayah yakin Alwi anak yang kuat, Ayah bangga sama Alwi. Alwi sudah membantu Ayah menjaga Bunda, kak Tammy, dan Kak Ridho dengan baik". Batin Ayah Ananda

********

Setelah makan malam, keluarga Goerge memutuskan untuk berkumpul bersama di ruang keluarga.

Posisi duduk mereka, Ayah Ananda duduk bersama Bunda Inne, Ridho bersama adik-adiknya, yaitu Tammy dan Alwi.

"Kalian berdua udah punya baju buat ke acara ulang tahunnya temannya Tammy ?". Tanya Bunda Inne.

"Tammy udah punya, kalo Alwi ga tau". Jawab Tammy.

"Alwi udah punya". Jawab Alwi.

"Perasaan kamu ga punya lho Wi, kakak juga seringnya lihat kamu pake kemeja doang kalo ke acara-acara ultah". Ucap Ridho heran.

Alwi pun tersenyum mendengar itu.

"Kak, kita ga usah pake baju-baju yang terlalu bagus. Menurut Alwi, kerapian itu dilihat dari kesopanannya. Boleh pake apapun jenis bajunya, asalkan sopan". Ucap Alwi.

"Tuh Alwi aja tau, masa kakak yang paling tua ga tau". Ucap Tammy meledek Ridho.

"Gak usah ngeledek". Jawab Ridho kesal.

"Sekarang kamu lebih bijak Wi, padahal umur kamu masih tergolong muda. Tetapi sikapmu, ucapanmu, dan pemikiranmu sudah dewasa. Ayah, Bunda, dan kakak-kakakmu bangga terhadapmu". Ucap Ayah Ananda tersenyum.

"Enggaklah yah, kak Ridho juga seperti Alwi kok. Alwi juga masih banyak belajar, dan ini semua berkat bimbingan dan ajaran Ayah sama Bunda". Ucap Alwi sambil tersenyum.

Semuanya pun membalas senyumannya itu.

"Kenapa aku merasa itu adalah senyuman terakhir darinya ? Ahh, mungkin ini hanya perasaanku saja". Batin Tammy.

"Acaranya kapan Tam ?". Tanya Ridho.

"Besok malam kak". Jawab Tammy.

"Yasudah, sekarang kalian tidur. Besok kalian sekolah". Ucap Bunda Inne.

"Oke Bun". Jawab mereka bertiga.

*********

Selamat membaca
Semoga kalian suka ya

Rumah Ternyamanku (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang