Part 58 (Sudah direvisi)

120 13 0
                                    

Skip sampai rumah

Masalah pun sudah terselesaikan, Raka beserta orang tuanya pun sudah ditangkap oleh polisi. Mereka bertiga pun akan di jatuhi hukuman mati, itu pun karena Ayah Ananda yang memintanya.

Karena mereka sudah mau menculik Alwi bahkan sudah membunuh Reyhan hingga ia meninggal.

Saat ini mereka sedang berada di ruang keluarga, kecuali Alwi yang langsung ke kamarnya dan mengurung dirinya disana. Bahkan ia tidak mau makan bersama, ataupun sekedar berkumpul bersama keluarganya.

Keluarga Alexander pun sudah pulang ke rumahnya. Ridho pun sudah menceritakan semuanya pada Bunda Inne dan Tante Riska.

"Astagfirullahalzim, putraku Kian Santang. Mengapa kamu begitu cepat meninggalkan kami semua, Nak". Ucap Bunda Inne, walaupun ia bukan putranya, tetapi ia sudah mengganggapnya sebagai putranya sendiri.

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan Rayi Subang Larang jika mendengar kabar ini". Lanjut Bunda Inne.

"Itu yang aku pikirkan, Dinda". Ucap Prabu Siliwangi sambil menghela nafasnya pelan.

Ya, keluarga Padjajaran masih berada di sana.

"Lalu dimana Alwi ? Kok ga ada ada disini ?". Tanya Tammy yang mulai menyadari adiknya tidak berada disini.

"Dia di kamarnya, kayaknya dia shock banget. Sampai-sampai ga mau keluar, bahkan ga mau makan. Kakak takutnya keadaannya kembali drop lagi". Ucap Ridho khawatir.

"Astagfirullahalzim, Alwi". Ucap Bunda Inne yang mulai khawatir.

"Mengapa Reyhan bisa menghilang seperti itu ? Harusnya jasadnya masih ada". Ucap Suheil bingung, ia tidak mengerti mengapa itu bisa terjadi.

"Sepertinya kalian harus mengetahuinya sekarang". Ucap Prabu Siliwangi.

"Sepertinya kalian ketahui, ada sebuah batu merah delima yang berada di dalam tubuh mereka berdua yang membuat mereka berdua bisa saling terhubung satu sama lain". Ucap Prabu Siliwangi berhenti sejenak.

"Dan sepertinya batu merah delima di tubuh Reyhan rusak akibat serangan dari Raka yang membuat mereka tidak bisa saling terhubung kembali, itulah mengapa Alwi tidak bisa merasa sakit saat Reyhan di tertembak oleh Raka". Lanjut Prabu Siliwangi menjelaskan.

"Terus mengapa saat di gudang, Reyhan bisa kehilangan sebagian tenaga dalamnya ? Sementara aku tidak merasa apa-apa, tidak merasa lemah bahkan dadaku pun tidak sakit sama sekali". Tanya Alwi sambil berjalan mendekati mereka.

"Alwi". Ucap semuanya senang karena Alwi ingin keluar dari kamarnya.

Alwi pun duduk di samping kakaknya, Ridho.

"Kamu gapapa, Wii ?". Tanya Ridho khawatir.

"Hmm". Jawab Alwi dingin dengan wajar datarnya.

"Ayahanda belum menjawab pertanyaanku tadi". Ucap Alwi dingin.

"Sepertinya Raka menyuruh jin untuk mengikuti Alwi dimana pun ia berada  untuk menghisap tenaga dalamnya Alwi, tetapi Alwi sudah diberi pelindungan oleh Reyhan, sehingga Reyhan yang terkena getahnya. Sepertinya Reyhan sudah mengetahui semuanya". Jawab Prabu Siliwangi.

Alwi pun terdiam mendengarnya.

"Raka, mengapa kau melakukan ini untuk diriku ? Itu sangat berbahaya, dan sekarang kau pergi meninggalkanku. Kau sangat jahat, Raka". Batin Alwi sambil memejamkan matanya untuk menahan air matanya untuk keluar.

Semuanya yang melihat itu pun menjadi sedih melihat Alwi rapuh seperti itu.

"Untuk alasan mengapa Reyhan bisa menghilang, itu karena jika batu merah delima rusak, maka salah satu dari mereka akan menghilang juga. Reyhan yang mengetahuinya pun langsung mencoba melindungi Alwi agar Alwi baik-baik saja. Dan pada akhirnya dirinya lah yang pergi untuk selama-lamanya". Ucap Prabu Siliwangi menjelaskan lagi.

Alwi yang mendengar itu pun membuka matanya.

"Seharusnya aku yang pergi, bukanlah dia. Ini semua salahku, jika saja aku tidak memiliki masalah dengan Raka, Reyhan akan terus bersama kita. Hukumlah aku, Ayahanda, akulah yang bersalah. Kalau perlu, hukaman mati, Ayahanda. Aku sudah tidak sanggup lagi". Ucap Alwi bertekuk lutut kepada Prabu Siliwangi sambil menangis. Semuanya pun terkejut mendengar ucapannya itu.

"Tidak, Nak. Kau tidak bersalah, itu sudah takdir, Nak. Jadi Ibunda mohon, janganlah kamu mengalah dirimu sendiri, Nak. Bunda sedih mendengarnya". Ucap Bunda Inne mendekati putranya

"Ini salahku, Bunda, ini salahku ! Bunda boleh menyalahkan Alwi, Bunda juga boleh hukum Alwi. Alwi yang salah, Bunda. Bunuhlah Alwi, Bunda, Bunuhlah Alwi !". Teriak Alwi sambil menangis.

"Tidak, Nak. Bunda sangat menyayangimu, Nak. Bunda ga mau hukum Alwi bahkan bunuh Alwi". Ucap Bunda Inne semakin menangis mendengarnya.

"INI SEMUA SALAHKU, BUNDA !". Teriak Alwi semakin keras. Bunda Inne pun langsung memeluk Alwi untuk menenangkannya, Alwi pun membalas pelukan dari Bundanya itu.

"Tidak, Nak. Kamu tidak bersalah, jadi kamu tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri. Buanglah semua yang kamu rasakan saat ini, Bunda siap jadi sandaran utamanya Alwi".

Alwi pun semakin menangis di dalam pelukan sang Bunda, Bunda Inne pun mengusap punggung sang Putra sambil menenangkannya. Semuanya yang melihat itu pun semakin sedih melihat Alwi yang seperti itu.

*********
"Gimana ? Udah tenang sekarang ?". Tanya Bunda Inne.

"Udah, Bun. Makasih". Ucap Alwi sambil tersenyum.

"Iya, Nak. Sama-sama". Jawab Bunda Inne sambil membalas senyumannya.

"Nah sekarang lebih baik, kamu ikhlaskan kepergiannya Reyhan agar dia tenang di alam sana". Ucap Tammy.

"Iya kak, Alwi akan berusaha". Ucap Alwi sambil tersenyum.

"Karena Alwi sudah baik-baik saja. Kami akan kembali ke Padjajaran karena tugas kami sudah selesai". Ucap Walangsungsang mewakili yang lain.

"Baiklah, kami juga mau mengucapkan terimakasih karena sudah membantu kami". Ucap Ayah Ananda sambil tersenyum.

"Sama-sama, Yah". Jawab Rara Santang sambil tersenyum.

"Kalau begitu, kami pamit. Assalamualaikum". Lanjut Rara Santang.

"Waalaikumsalam". Jawab keluarga goerge. Mereka pun masuk ke dalam sebuah lubang, tak lama kemudian lubang itu pun menghilang.

"Aku harap, kau sudah tenang di alam sana, Raka. Terimakasih atas yang sudah kau lakukan selama ini untukku. Aku sangat menyayangimu Raka". Batin Alwi

***********
Selamat Membaca....

Rumah Ternyamanku (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang