Part 33 (Sudah direvisi)

136 18 0
                                    


Setelah selesai makan, mereka pun kembali ke mobil kecuali Ayah Ananda dan Bunda Inne yang akan membayar semua makanan yang sudah di pesan.

"Pusing ga Dek ?". Tanya Ridho.

"Hmm". Jawab Alwi.

"Heh, kalo ditanyain, jawab yang bener dong Dek". Ucap Ridho kesal dengan adik bungsunya itu tetap bersikap dingin pada anggota keluarganya.

"Kakak kan tau sendiri, kalo Alwi sakit, dia lebih banyak diam sama ngomongnya singkat banget". Ucap Tammy.

"Iya juga sih, tapi setidaknya jawabannya itu singkat tapi bisa dimengerti". Ucap Ridho.

"Hadeh". Ucap Tammy yang sudah pusing melihat tingkah laku kakaknya itu.

"Pusing ga Wii ? Ditanya kok malah diem". Ucap Ridho.

"Pusing sedikit". Ucap Alwi yang sedang menyenderkan kepalanya sambil memejamkan matanya untuk menghilangkan rasa pusingnya itu.

"Sebentar ya Dek, kakak ngambil obat dulu di tasnya Bunda. Kamu tahan dulu ya, jangan tidur dulu". Ucap Ridho. Alwi pun mengangguk pelan, kemudian Ridho pun keluar dari mobil untuk menyusul Ayah dan Bundanya.

"Pusing banget ya ?". Tanya Tammy mengusap rambutnya Alwi dengan lembut.

"Hmm, iya kak". Jawab Alwi.

"Tahan dulu ya, jangan tidur dulu. Sebentar lagi kak Ridho datang kok". Ucap Tammy menaruh kepalanya Alwi secara perlahan di pundaknya. Alwi  pun membuka matanya perlahan dan menoleh kearah Tammy yang sedang tersenyum manis padanya.

"Udah, senderan aja di pundaknya kakak". Ucap Tammy sambil tersenyum manis padanya. Alwi yang melihat itu pun mengangguk kepalanya sambil tersenyum.

"Assalamualaikum". Ucap Ridho, Ayah Ananda, dan Bunda Inne masuk ke mobil.

"Waalaikumsalam". Jawab Tammy dan Alwi.

"Kamu pusing Nak ?". Tanya Bunda Inne khawatir.

"Iya Bunda, tapi Bunda ga usah khawatir. Nanti setelah minum obat, pusingnya hilang kok". Ucap Alwi sambil tersenyum

"Bagaimanapun juga Bunda ada seorang ibu yang sangat mengkhawatirkan anaknya jika ia sedang sakit, apalagi jika anaknya mempunyai penyakit berbahaya yang kapan saja bisa merenggut nyawanya". Ucap Bunda Inne yang tidak kuasa menahan air matanya untuk tidak mengalir. Alwi yang melihat itupun hanya bisa terdiam, ia juga bingung ingin mengatakan apa.

"Ini semua salah Alwi, harusnya dari awal Alwi menyembunyikannya lebih lama lagi, atau bahkan selamanya. Alwi tidak tega melihat Bunda menangis seperti ini". Ucap Alwi merasa bersalah.

"Tidak Nak, kamu tidak bersalah. Kamu tidak membuat Bunda menangis, justru kamu membuat Bunda menangis bahagia atas keberhasilan yang kamu dapatkan setelah pulang dari pesantren di Yaman. Bunda tidak menyangka, selama 5 tahun kamu menuntut ilmu, kamu masih saja memberikan Bunda kabar bahwa kamu baik-baik saja disana, kamu masih saja mengingat keluarga kamu walaupun kamu sedang menuntut ilmu disana. Bunda bangga memiliki putra sepertimu Nak". Ucap Bunda Inne sambil mengusap pipi gemoynya itu.

"Bunda". Panggil Alwi yang tidak kuasa menahan air matanya untuk tidak turun itu.

"Terimakasih Nak, karena kamu sudah menjadi putra yang terbaik bagi Ayah dan Bunda, dan adik yang terbaik bagi kakak-kakakmu itu. Bunda harap, suatu saat kamu bisa memimpin perusahaan Ayahmu dengan baik". Ucap Bunda Inne langsung memeluk Alwi, dan Alwi pun membalas pelukannya.

"Sama-sama Bunda. Rasanya rasa sakit yang aku alami saat ini menghilang saat aku bisa terus bersamamu Bunda". Ucap Alwi memeluk erat sang Bunda. Bunda Inne pun tersentuh mendengar ucapan putranya itu, ia pun semakin mengeratkan pelukannya itu.

Ayah Ananda, Tammy, dan Ridho pun terharu melihat itu, keluarganya Suheil pun terharu melihat itu. Mereka bisa melihatnya melalui sebuah TV kecil yang sudah ada di dalam mobilnya itu, jadi bisa saling terhubung dan berkomunikasi di mobil lainnya, bahkan bisa juga melihat apa yang terjadi di mobil lain.

"Udah dulu Bun, Alwi harus minum obat dulu". Ucap Tammy. Bunda Inne pun melepaskan pelukannya, kemudian ia pun memberikan 1 kapsul obat dan botol minum kepada Alwi. Alwi pun dengan senang hati menerimanya dan ia pun langsung meminumnya.

"Terimakasih ya kak, Bun". Ucap Alwi sambil tersenyum.

"Iya Dek, Sama-sama". Ucap Ridho membalas senyumannya.

"Sekarang gimana pusingnya ? Udah mendingan ?". Tanya Tammy.

"Alhamdulillah, udah mendingan kak. Tapi belum hilang pusingnya". Ucap Alwi.

"Yaudah, kamu tidur aja biar pusingnya hilang. Lagian perjalanannya juga masih lama". Ucap Ridho.

"Iya Nak, benar yang dikatakan kakakmu. Sebaiknya kamu tidur saja biar rasa pusingnya hilang". Ucap Bunda Inne.

"Nanti kalau sudah sampai, Bunda bangunkan". Lanjut Bunda Inne.

"Iya Bun". Ucap Alwi kemudian ia pun menidurkan kepalanya di paha sang Bunda, sedangkan kakinya masih menampak di bawah, lalu ia pun segera memejamkan matanya sambil berharap rasa pusingnya akan menghilang.

Bunda Inne pun dengan senang hati terus mengusap rambut sang putra dengan lembut sampai ia tertidur pulas. Tidak lama kemudian, Alwi tertidur. Bunda Inne pun tersenyum melihat wajah tampan putranya yang tidak pernah berubah sejak kecil.

"Dari dulu wajahnya Alwi ga pernah berubah kalo tidur, rasanya adem banget lihat wajahnya yang tenang kalo ia tertidur". Ucap Bunda Inne.

"Iya Bun, apalagi kalo ga tidur". Ucap Tammy tersenyum mengingat wajah tampannya adiknya itu.

"Kalau cewek udah ketemu cowok ganteng, langsung ngomongin dah, padahal anaknya sendiri. Sampe-sampe suaminya dicuekin". Ucap Ayah Ananda.

"Benar Yah, padahal putranya ga cuma satu doang". Ucap Ridho.

"Cieee, Ayah sama kak Ridho cemburu ya". Ucap Tammy menggoda Ayah Ananda dan Ridho.

"Dih, siapa juga yang cemburu". Ucap Ayah Ananda dan Ridho berbarengan.

"Ciee, kompak nih ye". Ucap Bunda Inne menggoda mereka berdua. Karena terganggu dengan suara obrolan mereka, Alwi pun terbangun.

"Hmm, pada berisik banget sih. Kepala Alwi tambah pusing nih". Ucap Alwi sedikit kesal karena tidurnya terganggu dengan suara mereka.

"Eh maaf Wii, Ayah sama kak Ridho tuh yang duluan". Ucap Tammy.

"Lah, kok Ayah sama Idho ? Bunda sama kamu kali Tam". Ucap Ridho.

"UDAH, GA USAH RIBUT LAGI. PUSING NIH KEPALA ALWI !!!!". Teriak Alwi bangun dari baringannya. Semuanya pun langsung terdiam mendengar teriakannya itu. Alwi pun melanjutkan kembali tidurnya yang tadi sempat terganggu.

"Udah, jangan berisik lagi. Kasihan Alwi, kayaknya kepalanya pusing banget sampe dia marah-marah karena tidurnya terganggu tadi". Ucap Tammy dengan suara pelan.

"Yaudah, Ridho duduk di depan aja ya, biar Bunda yang jagain Alwi". Ucap Bunda Inne dengan suara pelan.

"Oke Bun". Ucap Ridho dengan suara pelan yang sudah duduk di depan bersama Ayah.

"Kita lanjut lagi ya perjalanannya". Ucap Ayah Ananda dengan suara pelan.

"Iya Yah". Jawab mereka dengan suara pelan kecuali Alwi yang sedang tidur. Ayah pun kembali melanjutkan perjalanannya menuju Bandung.

Selamat Membaca....
#alwiassegaf
#rientammy
#ahmadridho
#anandagoerge
#inneazri
#keluargagoerge

Rumah Ternyamanku (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang