Dia cantik, kulitnya putih, dan berambut panjang. Namun, siapa dia? Mengapa wanita itu berdiri di hadapanku? Apa yang dia lakukan di sini dan--
PLAK!
"Kenapa kamu menamparku?" Hei! Siapa wanita ini? Kenapa sewaktu berbalik badan langsung spontan menampar pipi mulusku? Hais, tidak tahukah dia kalau perawatan wajahku ini mahal?
Oke, lupakan itu.
"Kamu nggak kenal siapa aku?" Bukannya menjawab wanita itu malah balik bertanya. Kebiasaan! Dasar wanita.
Tapi tunggu, sepertinya wajah wanita yang sedang berdiri di hadapanku ini terlihat tidak asing. Di mana, ya, aku pernah melihatnya? Wajahnya itu mirip seperti--aku menutup mulut dengan mata yang membulat. Dia adalah ....
"Elena?" Astaga, kenapa Elena tiba-tiba menamparku? Dan ada di mana aku sekarang? Ruangan serba putih ini nampak begitu asing di mataku. Aku tidak pernah merasa melangkahkan kaki ke sini. Namun, menagapa aku bisa ada di tempat ini?
"Iya, aku Elena. Orang yang kamu pinjam raganya." Wajah Elena tidak bersahabat saat mengatakan itu. Entahlah. "Aku nggak masalah, kamu mau makai ragaku selama apa pun, Clara. Asalkan kamu jangan menggunakan untuk hal yang aneh-aneh. Aku nggak suka!"
Mataku berkedip, sementara otakku berpikir lamban. Hais, dasar otak! Tapi ngomong-ngomong, mengapa Elena tahu namaku? Bukankah sebelumnya kami tidak pernah bertemu? Atau mungkin aku dan Elena pernah bertemu, tapi aku tidak mengingatnya dengan baik?
"Tunggu dulu, dari mana kamu tau namaku Clara?"
Elena berdecak nyaring, membuatku meringis. "Apa itu penting?"
Aku mengangguk, tentu saja itu penting. Sebagai makhluk yang baik dan berakal, aku harus tahu darimana Elena mengenalku. Ya, siapa tahu kan kalau informasi ini penting dan bisa kujadikan acuan untuk kembali ke dunia asalku.
"Penting. Bahkan sangat penting. Aku harus tau apa pun yang berkaitan dengan aku, kamu dan mengapa aku bisa berada di dunia ini."
Terdengar helaan napas panjang keluar dari mulut Elena. Wanita itu menatapku lelah. Memangnya apa yang salah? Alasanku cukup masuk akal bukan?
"Sudahlah, lebih baik kamu tidur. Dan ketika kamu terbangun nanti, jangan terkejut karena jiwa kita berada dalam satu raga. Ya, sebenarnya jiwaku memang masih berada di ragaku ini. Tapi karena aku tertidur, jadilah kamu dengan sesuka hati menggunakan bibirku untuk mencium Abigail. Menjijikan! Dan sekarang, aku kembali bangun untuk menggunakan ragaku." Elena berbalik, dia melangkah menjauh meninggalkanku dengan tanda tanya besar yang bersarang di kepala.
"Elena tunggu! Elen--ADUH!" Oh, shit! Siapa menaruh lantai di sini? Astaga, bokongku sakit sekali. Tunggu dulu, kenapa tiba-tiba sekarang aku berada di kamar Elena lagi? Bukankah tadi aku berada di ruangan serba putih?
"Apa ini? Berarti tadi cuma mimpi?" Tapi kenapa mimpi bisa senyata ini, ya? Apa jangan-jangan jiwa Elena memang masih berada dalam raganya yang kupakai?
"Aku memang di sini, Clara. Jadi, kalau kamu berani nyosor lagi kayak bebek, aku sumpahin moncong kamu bengkak!"
"Astaga! Jadi kamu beneran ada di sini? Kaget banget sumpah. Kupikir kamu jalan-jalan atau shoping ke mana, gitu. Iya, kan? Secara kamu kan anak sultan, istri sul--"
"Nggak usah berisik! Aku mau tidur. Inget, ya, jangan deket-deket sama Mas Abi. Dia itu nyinyiran, nyebelin, aku nggak suka tubuhku deket-deket sama manusia macam dia."
Larangan yang ditegaskan Elena berulang kali membuat aku memutar bola mata malas. Aku tidak tuli, tidak juga pelupa akut sampai harus diingatkan berulang kali. Tapi, tunggu dulu. Kalau aku menjauh dari Abigail, lantas bagaimana caranya aku membuat Elena berhenti mencintai Alan? Dan jika aku tidak bisa mengubah plot, Elena akan mati dan aku kemungkinan tidak akan bisa kembali ke dunia asalku.
Tidak bisa. Aku tidak bisa menjauhi Abigail meskipun Elena si empunya tubuh yang meminta.
"Tapi, Elena. Kamu pernah nggak, sih, denger peraturan ada untuk di langgar?"
"Maksud kamu apa nanya begitu?"
Aku menarik napas panjang, lalu membuang secara perlahan. "Begini, sebelumnya kamu jawab pertanyaanku dulu. Di mana kita pernah bertemu sampai kamu tau siapa namaku?"
Elena berdecak. Namun, dia tetap menjawab, "Sebelum aku mengalami kecelakaan, aku bermimpi ada seorang kakek tua misterius--karena aku nggak tau wajah dia gimana--bilang ke aku, bakal ada gadis dari dunia berbeda datang untuk menempati ragaku. Kakek itu nyebut nama Clara Abimana. Itu nama kamu, 'kan? Awalnya aku nggak percaya dan nggak peduli juga.
"Tapi setelah kecelakaan, aku kembali bertemu dengan kakek misterius itu lagi. Dan dia bilang, Clara datang untuk menyelamatkanku."
Aku terdiam sesaat, penjelasan Elena membuatku tambah yakin dengan apa yang kupikirkan. Aku harus menyelamatkan nyawa Elena. Dan karena itulah aku tidak boleh menjauhi Abigail sebab Elena dan Abigail harus bersatu, saling mencintai satu sama lain agar Elena selamat dari kematian dan aku bisa kembali ke dunia asalku.
"Kalau begitu, dengarkan aku. Aku adalah Clara Abimana, berasal dari dunia nyata dan memasuki dunia novel buatanku sendiri. Dalam novel ini, kamu ditakdirkan sebagai antagonis yang berakhir mengenaskan karena kecelakaan. Dan untuk mencegah kecelakaan maut itu, kamu harus menjauh dari Alan dan memperbaiki hubungan dengan suami kamu--"
"Nggak! Aku nggak mau deket-deket sama Mas Abi. Mulutnya itu bikin kupingku panas. Dan aku juga nggak mau ngejauhin Mas Alan karena aku cinta sama dia!"
Hais! Dasar kepala batu. Persetan dengan cinta. Mau tidak mau, suka tidak suka, Elena harus melakakunnya agar aku bisa pulang. Aku harus tahu bagaimana keadaanku.
"Tapi tunggu, kenapa kamu membuat aku mati?"
"Dodol! Jawabannya sudah jelas karena kamu tokoh antagonis. Dan penghalang itu harus dimusnahkan!" terangku yang membuat Elena marah.
"Jahat! Aku nggak mau mati, Clara! Kamu aja yang mati."
"Maka dari itu. Please, Elena, bantu aku untuk menyelesaikan misi ini. Dengan kamu mengizinkan aku mendekatkanmu dengan Abigail, maka kamu akan terhindar dari kematian dan aku pun bisa pulang." Semoga kali ini aku bisa membuat Elena mengerti.
Meskipun Elena keras kepala, susah untuk didebat karena pasti ujungnya akan kalah, wanita itu tetap mempunyai sifat baik. Hatinya lembut, dia tidak akan tega melihat seseorang sengsara. Apalagi itu dikarenakan dia.
"Baiklah. Tapi kamu harus janji, meskipun kamu mencoba mendekatkanku dengan Mas Abi, kamu nggak akan halangi aku buat sentil otaknya yang rada gesrek itu!"
Ah, terserahlah. Iyakan saja biar cepat. Intinya sekarang, aku harus bisa memanfaatkan waktu untuk mengubah garis besar plot novel. Aku tahu, mungkin ini akan berdampak buruk. Entah pada siapa. Tapi tidak peduli, aku tidak mempunyai misi untuk memastikan semua akan baik-baik saja jika Elena dan Abigail bersatu.
Misiku hanya satu, menyatukan pasangan bak Tom and Jerry itu agar aku bisa kembali ke dunia asalku.
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Tbc...
Spesial part antara Elena dan Clara. Wkwkwk.
Apakah sampai sini pertanyaan di otak kalian terjawab?
Masih kevo? Lanjut?
Gaskeun!
See u, bebs.
Luv, Zea ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Bulan Tak Menemukan Sinarnya (TAMAT)
RomanceDari sekian banyak kesialan di dunia ini, kenapa Clara Abimana harus memasuki dunia novel buatannya sendiri? Bagus jika ia menjadi pemeran utama yang dilimpahi kasih sayang serta keromantisan sang suami, Clara akan sangat bersenang hati menerima tak...