[4] martabak telor

746 114 5
                                    

Song: Canada-Lauv feat Alessia Cara

***

Anne membuka semua makanan di atas meja bar kitchen Gama. Bagaimana bisa Anne sudah berada di apartemen pemuda ini, jawabannya karena kemauannya sendiri.

"Beneran apart lo deket sama apart gue?"

"Kalo nggak percaya yaudah nanti lo anter gue balik. Habis itu gue anter lo lagi. Gitu aja kita sampe pagi." omel Anne sambil sibuk narok martabak telor di piring. "Lagian ngapain boong."

"Soalnya lu habis nabrak gue."

"Iya sih."

Gama diam. Memandang gadis itu.

"Beneran," timpalnya lagi. "Apart gue deket sama apart lu. Cuma bener juga karena gue habis nabrak lu makanya gue samperin. Nggak ada perasaan banget gue nyuruh lu jemput gue."

Gama masih melihat raut wajah bersalah Anne disana.

"Mana hujan. Jadi mending gue bawain aja makanan kesini. Aman."

"Padahal bisa gofood aja sih dari sini,"

"Kelamaan."

"Emang pesan ini nggak nunggu lama?" Gama menunjuk martabak di hadapannya itu.

"Buktinya nggak 'kan,"

Gama tak melanjutkan serunya.

"Nih cobain." kata Anne menaruh piring di depan pemuda itu. "Gue udah order lewat orang dalem. Jadi pas datang langsung ambil. Kalo lo pesan online aja nunggu lama apalagi nunggu di toko. Ini martabak telor paling enak se-Jakarta Raya. Berani diadu sama yang udah punya nama." Ia tampak serius.

Gama mulai memakan satu potong martabak di depan Anne yang menyimak kunyahnya dengan senyum.

"Enak kan?"

Sejujurnya Gama bingung mau bilang enak kayak gimana. Rasanya seperti martabak telor pada umumnya. Tidak asin, tidak pedas, tidak tidak ada rasa, gurih dan masih panas. Jadinya Gama cuma mengangguk saja. Tapi anggukan itu cukup membuat Anne histeris.

"Apa gue bilang!"

"Siapa yang rekomen?"

"Mbak gue."

"Oh iya." Gama ingat kalau Anne punya kakak perempuan. "Kalian tinggal bareng? Apa gimana?"

"Mbak Lulu udah nikah."

"Hah? Kapan?"

"Baru aja. Bulan kemaren. Sekarang di Surabaya. Ngikut suaminya." cerita Anne. "Masa lo nggak tahu sih? Gue ada bikin instastory nikahannya Mbak Lulu. Lu nggak lihat ya?"

"Ah masa? Gue lihat mulu kok instastory lu." Gama tak mau kalah.

"Kayaknya lu main instagram kalo inget aja deh, Gam." tuduh Anne.

Gama cuma merespon dengan senyum aja sambil menumpahkan air minum ke dalam gelas Anne yang kosong saat melihat sang puan mau batuk karena mulutnya penuh.

"Lu masih kontakan sama anak-anak?"

Anne meraih gelasnya. "Thank you,"

"Gue udah nggak." lanjut Gama kemudian. "Pernah sih nanyain kabar kalo kebetulan liat story wa atau story ig mereka. Terus mereka nanyain gue juga kapan gue balik. Gitu-gitu aja."

"Lo nggak ada tuh nanyain kabar gue,"

"Ada."

"Nggak ada."

"Ada alasannya kenapa gue nggak chat lo," kata Gama, entah kenapa membuat Anne serius mendengarkan. "Yaaah karena gue nggak lihat story wa sama ig lo,"

Rasanya Anne mau mukul Gama sekarang tapi tangannya terlalu sibuk mengambil potongan martabak. Nggak perlu dicari fakta soal ini karena memang Gama bukan anak sosial media banget. Bahkan Anne pernah ngira dia lupa password karena nggak ada sama sekali bikin story kayak orang-orang yang lagi kuliah di luar negeri. Gama nggak pernah ngelakuin itu.

ANNE AND GAMA (the 30th night of September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang