[28] September 2.0

507 78 7
                                    

Song: September-Taylor Swift

***

Kalau tahu kepala Khaesan lagi penuh perihal masalah pacarnya, Anne nggak bakal maksa dia buat ngantar ke kantor. Buat nonton festival musik malam ini. Di tengah riuh orang-orang loncat menikmati lagu, Khaesan duduk seorang diri di sudut kerumunan. Kempas-kempus asap dari rokok yang entah sudah berapa batang ia habiskan sejak tadi.

Sesampainya mereka di sini, Khaesan langsung izin berpisah. Mungkin memang ia butuh waktu sendiri.

Ggrrtt ... Ggrrtt ...

Getar ponsel di genggaman tangan mengejutkan yang empunya. Anne cepat melihat siapa pemilik panggilan itu. Dan rupanya, Gama. Panik langsung sang puan karena kalau ia angkat dan mendengar berisik dari panggung sudah pasti bikin Gama tahu keberadaannya sekarang dan ngomel. Jadi karena terlalu lama berpikir, panggilan masuk itu putus.

Tapi, sebuah pesan masuk setelahnya.

Gama

Ngapain ke sini?

Membaca pesan sang tuan yang seperti sedang menciduk keberadaannya, mata Anne langsung membulat. Dilihatnya cepat ke seluruh sudut tempat. Dan benar saja, di sisi kanan panggung, tepatnya lobby kantor, Gama berdiri sambil memantau dirinya. Ia mengisyaratkan Anne untuk mengangkat panggilan teleponnya.

"Ngapain di sini?"

Begitulah kalimat pertama yang ia jatuhkan ketikan panggilan masuk itu diterima Anne. Nggak tahu ya, kayak seharusnya Anne nggak perlu sepanik itu. Tapi malam ini kenapa jadi beda aja.

"Lo kok belum balik?"

Begitulah sahutan Anne yang tak sesuai dengan pertanyaan Gama. Ia pikir, ia tak perlu menuruti perkataan Gama karena ia cukup tahu bagaimana dirinya. Nggak perlu sekhawatir itu.

"Bukannya semua orang kantor disuruh datang ke sini? Kecuali yang sakit."

Anne langsung masam mukanya disindir seperti itu.

"Jangan kemana-mana. Tunggu disitu."

Anne dapat melihat laki-laki itu mengambil langkah, menuju tempat Anne berpijak. Dan dalam tiap langkahnya, hati Anne berdebar-debar. Ia merasa suhu badannya mendadak panas padahal Anne yakin dia sudah tidak demam lagi. "Mau ngapain? Udah di sana aja."

"Mau ngecek. Lo udah enakan belom."

Langsung berdesir hati Anne.

***

Anne nggak tahu kenapa hal-hal yang biasa Gama lakuin ke dia sekarang jadi bikin jantungnya nyaris meledak. Ini Anne lagi nggak boong. Dia beneran takut kalau Gama bisa denger debar jantungnya sekarang. Beberapa kali perempuan itu menelan air ludahnya susah payah dan menguatkan kakinya biar nggak jatuh karena ngerasa tubuhnya mendadak lemas lagi.

Mungkin Anne bakal dikira tukang boong kalau dia bilang waktu Gama ngambil lebih dulu belanjaan di pet shop atau bawain belanjaan dari basement ke apart nggak bikin dirinya kagum. Mungkin Anne bakal dibilang boong kalau Gama mengikat rambutnya waktu itu nggak bikin degdegan. Mungkin Anne bakal dibilang boong kalau waktu Gama menyeka air keringatnya gara-gara nunggu alam di basement kantor nggak bikin dirinya salah tingkah. Anne mengaku dirinya adalah fakir cinta.

Hal-hal yang dilakukan Gama kepadanya nggak pernah dia dapatin sebelumnya. Bahkan mungkin orang-orang yang lihat dia sama mantan atau cowok-cowok yang pernah dekat sama dia nggak akan percaya Anne bilang gini karena mereka nggak tau kalo mantan-mantan Anne pada brengsek semua. Itu cuma sedikit dari banyaknya hal yang Gama lakuin ke dia. Ia mencoba denial aja kalo Gama pada dasarnya emang cowo baik. Cuma jiwa-jiwa hopeless kayak Anne aja yang nggak mau sadar soal itu.

ANNE AND GAMA (the 30th night of September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang