how we met Prisia.
***
Tangerang, Juli 2021
"Tenang dulu, Ann."
"Nggak bisa anjingggg."
Retta sampai diam di bangku belakang. Dia nggak tahu kenapa Mas Khaesan bisa sesabar itu ngadapin Kak Anne. Retta sendiri nyaris gila dan sebenarnya mau kabur tapi nggak bisa. Pas banget Mas Khaesan nelpon disaat Retta udah kehabisan akal.
Sebagai anak baru di kantor, mana cuma intern, Retta nggak bisa banyak bicara. Bahkan buat ngasih saran aja dia nggak punya keberanian.
"Nggak bisa banget katanya, Ta, walaupun budgetnya ditambah?"
Pemuda itu langsung nyusul Anne dan Retta, literally bener-bener minta shareloc. Terus nggak tahu gimana tiba-tiba dia udah ngetuk-ngetuk kaca mobil. Retta buru-buru turun dan pindah ke bangku belakang dan biarin Khaesan mengambil tempatnya. Yang Anne sendiri nggak peduli sama kehadiran laki-laki itu di sampingnya.
"Nggak bisa, Mas. Ternyata mereka manggungnya di Semarang."
Helaan napas Khaesan terdengar berat. Dilihatnya sahabatnya itu benar-benar nyaris gila. Rambut panjangnya berantakan menutupi seluruh wajah. Kepalanya udah menempel erat di setir mobil.
"Mereka bilang oke?????" Tiba-tiba perempuan itu mengangkat kepalanya. Bikin Khaesan kaget. Retta udah nggak, karena dia udah lihat Anne kayak gini berkali-kali sejak tadi. "Gue udah minta buat tandatangan tapi hari itu manager mereka lagi nggak ada di kantor. Gue disuruh balik kesana lagi. Tapi karena kantor lagi hectic banget gue baru sempet kemaren. Cuma beda 2 hari anjirrrr. Tiba-tiba mereka bilang udah tandatangan kontrak buat acara lain. Masa bisa begitu sih????"
Khaesan mendadak dijatuhkan tanya. Nggak ada informasi yang berbeda seperti yang ia dapat kemarin. Tapi kali ini jadi lebih dramatis. Mungkin karena deadlinenya juga udah mepet makanya Anne jadi gila.
"Berarti beneran nggak bisa banget?"
Retta menggelengkan kepala. Hari ini mereka ke Tangerang lagi buat nyari solusi gimana band yang mereka jadwalkan akan mengisi acara festival musik kantor bisa manggung. Gimana caranya bisa, Anne ngotot. Tapi ternyata band tersebut manggungnya di Semarang. Yang otomatis nggak stay di Jakarta. Gimana nggak gila coba.
"Tapi ada nama lain kan?"
"Ada," Anne merespon kali ini. Kelihatannya udah waras lagi. Bisa diajak ngomong. "Tapi mereka ada jadwal semua hari itu. Even mepet diawal acara atau akhir acara tetap nggak bisa. Gue suruh cancel dan kita tambahin budget tetap nggak bisa." lanjutnya, kemudian membanting tubuhnya ke punggung kursi.
Khaesan mengambil posisi yang lebih nyaman lagi. Kalau udah kayak gini Retta tahu, dia mau ngomong serius tapi nggak mau bikin Anne lebih marah lagi. "Oke. Pertama tenang dulu. Tenang. Jangan anjingin gue lagi, tai. Dengerin gue. Ini cuma festival musik. Gue tahu lo kalo kerja selalu perfect tapi nggak sampe seserius ini. Lu sendiri pasti paham maksud gue. Ini bukan projek film atau iklan, Ann."
"Besok lusa gue harus meeting sama Pak Reno. Masa meeting selanjutnya tiba-tiba artis gue hilang. Kinerja gue akan dipertanyakan dong??????"
"Masih ada besok, Annelka Yabela. Besok gue bantuin lo cari talent atau artis lu terserah apa namanya itu."
"Kalo nggak dapat gimana????"
"YAUDAH BIAR GUE YANG NYANYI,"
?????????? Anne bengong, Retta juga.
"Njir gue juga bisa nyanyi."
Retta sampe nengok. "Serius, Mas?"
"Gue tahu lo pas SMA anak band tapi lo drummer ya, Khaesan Jonnedy R." serang Anne. "Udah deh lo nggak usah ngasih solusi kalo nggak bener begini."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE AND GAMA (the 30th night of September)
Romance[COMPLETED] Ini cuma kisah manusia-manusia quarter life crisis yang katanya nggak mau mikirin soal asmara tapi kenyataannya hanya seorang fakir cinta yang pengen juga punya pacar kayak orang-orang. Anne dan Gama sempat berpisah selama dua tahun kare...