[19] Mami

444 65 0
                                    

Song: Before You Go-Lewis Capaldi

***

"Makan siang bareng nggak ntar?"

"Gue udah janji makan siang sama Mbak Chara!"

Gama bisa melihat senyum sumringah Anne saat mengatakan itu. Entah bagian mana yang membuatnya bahagia, tapi udah pasti karena mau makan siang sama Mbak Chara.

"Berdua aja?" tanya Gama kemudian dengan langkah merapat, membantu Anne memasangkan resleting jaketnya. Membuat perempuan itu ikut mematung di hadapannya. "Retta sama Khaesan?"

"Mereka sibuk pacaran."

"Retta ada pacar sekarang?"

"Lagi PDKT sama anak kantor depan."

"Waduh. Harus nggak gue lapor ke Masnya nggak?"

Plak!

Anne memukul lengan Gama dengan kuat. "Biarin anak muda jatuh cinta."

Gama ketawa menangkap tindakan implusif Anne yang lucu barusan. Bibirnya agak manyun dengan kening berkerut dan mata yang nyaris sipit tajam. Dia nggak bakal juga ngasih tahu Ben, ngapain coba. Gama cuma mau ngisengin Anne aja.

Kalo ngomongin Retta, beneran kayak lihat anak kecil. Masih lucu-lucunya gitu. Beda sama muka-muka kaum quarter life crisis menuju seperempat abad ini. Suka pura-pura lucu.

"Aneh nggak?" Ia menahan tawa sambil menengok jaket olahraga berwarna hitam itu kepada Gama. Dan yang ditanya diam, melakukan scanning untuk memberi komentar.

"Jaket siapa?"

"Jaket Ayes. Hehehe."

"Yeah, it makes you being kecil, tenggelem gitu. But still looks fine. Nggak aneh kok."

"Ngatain kecil mulu!"

Plak!

Tangan besar Gama lantas jatuh di atas kepala Anne. "Emang kecil. Nggak usah protes."

"Nggak ya!" Cepat dia membantah, sambil menjinjitkan kakinya. Mau menyamai tinggi Gama. "We have the same height." timpalnya.

Sebelum masuk ke kantor dan tak sengaja bertemu di parkiran, keduanya masih sempat-sempatnya saling bertukar tawa. Seperti tidak ada nanti lagi. Seperti rugi kalau cuma saling sapa. Seperti tega kalau meninggalkan satu sama lain. Padahal mereka sama-sama telat. 

"Btw gue ada meeting!"

"Hahaha. Gue juga mau ketemu Mas Bulan."

Dan sisa-sisa tawa itu, mereka lanjutkan dengan langkah yang sama-sama cepat. Masih dengan Gama yang mengantarkan Anne dulu ke lantai divisinya, terus baru dia turun lagi.

***

"Cakep!"

Pujian itu jatuh cepat bahkan sebelum film berakhir. Mas Bulan memutar kursinya, menghadap Gama yang duduk tidak jauh darinya. Senyum merekah itu tergambar jelas. Mas Bulan memang orang yang detail tapi dia selalu memuji setiap pekerjaan anggotanya. Karena kebaikannya itu, bikin dia jadi disegani orang-orang. Bikin orang-orang jadi harus kerja bagus-bagus. Nggak asal-asalan aja.

"Ini mah lebih keren dari Yudis." lanjutnya.

"Hahahaha. Nggak lah, Mas."

Gama malu-malu menerima pujian itu.

"Kalo dari gue udah sih ini, cakep banget." Pria itu memutar kursinya. Setidaknya ia ingin mencari ruang setelah cukup lama berkutat di depan komputer bersama Gama. "Nggak tau ya kalau Iyos. Tapi biasanya kalau gue oke, Iyos juga oke." sambungnya.

ANNE AND GAMA (the 30th night of September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang