[16] Gamaliel

512 62 1
                                    

Song: THE SHADE-Rex Orange Country

***

Langkah yang tadinya tegas itu melambat seketika matanya menemukan tulisan editing room di badan pintu. Kaca bening pembatas ruangan dengan koridor menampakkan kesibukan orang-orang di sana. Anne menggulung bibirnya ke dalam. Memikirkan kelanjutan tindakannya. Sampai orang yang ia cari muncul dari pintu, sama kaget dengannya.

"Hai." Sapa dia dengan binar mata yang kalau setiap Anne pandang seperti ada bintang-bintangnya. Bikin Anne bisa berdiam lama dan segera mengerjapkan matanya, sadar. "Mau pergi sekarang?" Kalimat lainnya datang sambil menengok jam di pergelangan tangan.

"Lo udah selesai?"

"Belum sih, tapi gue bisa kok."

"Nggak usah." sambar Anne cepat. "Prisia kebetulan mau ke kantor. Jadinya biar sama dia aja."

"Jadinya sama Prisia?" Gama mengulangi kalimat Anne barusan sambil menutup pintu ruangan divisinya. Cara dia menutup pintu tanpa melepas pandang dari Anne benar-benar bikin Anne jantungan. Tangan kanannya itu memegang gagang pintu, kemudian ia menggeser tubuhnya, menempel ke dinding koridor. Dan tanpa sadar, Anne juga mengikuti kemana mata Gama pergi.

Padahal Anne sendiri nggak tahu alasan kenapa Gama bahkan tidak melepas pandangannya ke arah dia karena ia cantik banget siang ini. Balutan dress berwarna biru itu cocok untuknya. Satu hal yang menurut Gama paling bikin dia cantik adalah senyumnya. Juga rambut panjangnya itu.

"Iya. Sekalian mau main kayaknya."

"Sekarang banget?"

Gama mungkin tidak menyadari, kalau setiap dia bicara, dia punya daya pikat untuk menarik perhatian orang. Atau dia sendiri sebenarnya tahu soal itu. Alisnya yang naik. Matanya yang berani menatap langsung. Butuh beberapa detik bagi mereka yang diajak Gama bicara untuk bisa merespon kalimatnya. "Kalo nggak macet bentar lagi sampe." Anne menengok jam di pergelangan tangannya. "Tapi jam segini pasti nggak mungkin nggak macet ya nggak sih."

"Yaudah kalo gitu makan dulu aja yuk."

Anne cepat melambaikan tangannya. "Eh nggak usah."

"Udah makan?"

"Belum sih. Maksud gue, gawean lu."

Helaan napas Gama terdengar berat. "Gawean mah banyak terus, Ann. Tapi masa harus sampai skip makan siang. Lu juga. Kenapa jam segini belum makan. Emang nggak lapar?"

"Lapar sih,"

"Ya udah. Makan dulu hayuk."

***

Disinilah Gama dan Anne berakhir. Kafe lobby ujung.

"Yo! Foodie has arrived!"

Pemuda itu datang dengan dua piring makanan dan dua es teh di atas nampan yang diambil di meja order. Senyumnya ceria banget. Anne suka sebel kalo dia dibilang doyan makan padahal Gama sendiri juga begitu. Emang bedanya dia banyak beli dibanding Anne yang prefer masak.

Hal pertama yang dia lakukan adalah menaruh makanan dan minuman Anne lebih dulu, lebih dekat ke sang puan. Usai memastikan milik Anne sudah siap untuk dimakan dengan nyaman, barulah ia memeriksa bagiannya. Anne baru sadar akan hal itu. Karena mereka pergi makan berdua terus. Kebiasaan Gama yang bikin dia jadi ngeribetin dirinya. Padahal Anne bisa sendiri.

"Gam,"

"Hmm." Gama yang sedang menggeser tisu ke dekat Anne, bergumam.

"Ayo makan." Anne tidak sabar.

"Ya udah hayuk. Makan."

Juga memastikan Anne lebih dulu menyuapi makanannya. Tak mau kalah, Anne ikut memastikan Gama siap makan dengan nyaman juga. Masing-masing tangannya sudah memegang alat makan. Gelas es teh miliknya juga sudah dekat jangkauannya.

ANNE AND GAMA (the 30th night of September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang