[5] little things

779 112 3
                                    

Song: Little Things-One Direction

***

Pintu apartemen terbuka dan menampilkan dekorasi manis di setiap sudut. Anne melepaskan beige boots yang sudah nyaris 10 jam ia pakai. Langkah telanjangnya mendekat ke tengah ruangan. Ditaruhnya kunci mobil, totebagnya dan tas laptop di atas meja. Dan langsung rebah tubuh kecilnya di atas sofa empuk itu.

Cukup melelahkan hari ini tapi rasanya sedikit agak aneh. Anne kenyang. Sangat-sangat kenyang. Biasanya jam segini Anne baru makan. Kalau lagi malas masak, Anne membawa makanan dari luar. Kalau mood masaknya bagus, dia akan sibuk di dapur. Makan sendirian di meja ini sambil netflixan.

Tapi malam ini, jadi satu-satunya malam yang Anne merasa sangat kenyang saat pulang kerja. Jadi satu-satunya malam Anne tidak masak dan tidak perlu mencuci piring. Jadi satu-satunya malam Anne tidak perlu membereskan meja karena dipenuhi noda makanan. Setelah waktu, yang Anne nggak ingat lagi kapan terakhir dia makan di luar.

Gadis itu bangkit dan meraih ponselnya. Dilihatnya kolom chat dirinya dan Gama. Memang lama sekali tidak berkomunikasi dengannya. Padahal dulu itu, nyaris setiap hari.

Sebuah pesan sudah nyangkut dari beberapa menit yang lalu sebelum Anne mengetik pesan ke Gama.

Pesan dari teman kantornya.

Khaesan 
Besok si sound editor datang dan minta ketemu pagi
Gue tahu lo mau ngamuk karena hari ini lo masuk sore gara-gara nikahan orang terus besok lo harus datang pagi-pagi

Khaesan
Jangan ditonjok anaknya besok ya

Anne ketawa membaca pesan Khaesan. Entah sedang kejatuhan apa hatinya sampai informasi sound editor yang harusnya ia kesali itu diabaikannya.

Anne
Gue udah sampe apart ya

Pesan itu terkirim segera. Ke Gama.

***

PH Mas Yudis
Mas, besok pagi oke ya?

Gama
Oke. Thanks ya

Pemuda itu cepat menyingkirkan ponselnya dari pandangan setelah membalas pesan singkat rekan kerja Mas Yudis yang akan menjadi rekan kerjanya nanti. Ia tak kenal betul siapa orang di sebrang pesan itu, Gama cuma menuruti kata Mas Yudis, kalau akan ada yang menghubunginya.

Gama dan Mas Yudis kenal selama di Jogja. Belum lama kenal. Tapi jadi akrab banget karena sama-sama berada di payung yang sama. Karena Ibunya sakit, Mas Yudis terpaksa pulang ke Jogja dan meminta dirinya untuk jadi sound editor menggantikannya.

Dengan kaki yang lama kelamaan sakit juga kalau diajak jalan, Gama menarik kursi dan duduk depan meja kitchen barnya. Dan tiba-tiba membeku. Melihat tempat ini yang tadi sempat berisik karena kehadiran Anne di sana. Sekarang balik sunyi lagi.

Memang tidak perlu heran, kalau sama Anne bakal rame banget. Dia suka cerita. Dia suka ngobrol. Dia punya mata bulat yang penuh binar. Dia bisa bikin semua orang ketawa.

Gama bangkit dengan kakinya makin sakit itu. Mengambil langkah ke living room yang terlihat luas karena tidak ada apa-apa. Mungkin iya akan mengisinya dengan barang-barang karena memang ia baru saja tinggal disini. Mungkin. Kemudian diambilnya gitar yang berdiri di samping sofa. Dalam kelam lampu yang ia matikan saat mengantar Anne pulang tadi, sengaja tak ia nyalakan lagi. Mulai dimainkannya senar gitar pelan-pelan sampai akhirnya keluar nada dan suara merdunya.

Your hand fits in mine like it's made just for me
But bear this mind, it was meant to be
And I'm joining up the dots
with the freckles on your cheeks
And it all makes sense to me

ANNE AND GAMA (the 30th night of September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang