Song: The 1975 - It's Not Living (If It's Not With You)
***
Tidak ada yang bisa Anne ingat dari rumah Gama selain hari dimana mamanya meninggal. Dan suasana itu masih kerasa karena nggak ada siapa-siapa di rumahnya sekarang. Tapi entah kenapa masih ada kehangatan. Bersih—di sudut manapun.
Buku-buku di dalam lemari tinggi milik mendiang mama Gama berbaris rapi. Setidaknya kata Gama, papanya duduk di perpustakaan mamanya ini sekali sehari. Kalau ada jadwal ke luar kota-negeri sebelum dia pensiun, dia bakalan heboh dan ngerecokin semua orang. Tapi sekarang udah nggak, karena aslinya papanya nggak suka baca kata Gama. Hahahaha.
Kalau Gama, awal dulu suka kepikiran mama tapi lama-lama ngapain juga dipikirin. Orang mama nggak kemana-mana. Gama merasa mamanya masih ada dekat dia.
Benar kan, Gama bisa semudah itu.
"Nggak ada siapa-siapa, Ann."
Anne melangkah dengan hati-hati saat memasuki area dapur Gama. Ini bukan yang pertama tapi dalam kurun waktu yang lama, gimana Anne nggak ngerasa canggung. Kejadiannya pas jaman sekolah dan dia statusnya masih teman Gama—sekarang statusnya berubah. Walaupun Gama bilang papanya nggak akan ngasih ekspetasi tinggi tapi tetap aja.
"Papa kamu mantan chef loh, Gam. Aku berasa ikut masterchef sekarang."
Gama nggak berhenti ketawa sejak tadi. Sebenarnya udah dari duahari yang lalu. Anne bingung mampus mau masakin apa buat papanya. Padahal Gama bilang cuma buat sarapan pagi aja. Justru karena sarapan itu Anne makin bingung. Opsinya nggak begitu banyak. Dia cuma punya ilmu dari mamanya dan youtube. Bukan sekolah boga kayak papa Gama.
"Papa chef begitu juga enakan masakan mama, Ann. Walaupun masakan mama cuma itu-itu aja." kata Gama—mulai bercerita sambil mengeluarkan bahan-bahan yang mereka beli sebelum kesini. "Masakan papa aku aslinya aneh. Jadi kamu nggak usah takut. Aku bakal teriak enak nanti."
"Omongan kamu malah makin ngebebani aku."
"BABE please." Gama langsung menghadapkan dirinya ke sang puan. Ditangkap Anne dengan cekikikan. Maksud Anne, Gama mending diam soalnya dia lagi riweh karena nggak tahu dimana aja perkakas masak di dapur Gama ini. "Kamu cari apa?" tanyanya, menyadari itu.
Anne membuka beberapa lemari—mulai dari atas sampai laci-laci di bawah. "Aku kasih tahu juga kamu belum tentu tahu."
"Aku cuma nggak tahu bumbu dapur bukan nggak tahu mana panci."
"Ini apa?" Anne mengeluarkan wajan berukuran besar—yang biasa dipakai untuk bikin sop porsi banyak, diangkatnya dihadapan Gama.
Yang dikasih kuis dadakan itu, sedikit kaget tapi cepat menjawab. "Panci."
"Kalau ini?" Tidak sampai di sana, Anne mengeluarkan lagi wajan yang ukurannya lebih pendek. Biasanya dipakai buat tumis atau goreng makanan versi sedang. Ada pegangan satu. Kalian tahulah kan yang mana. Iya, semua orang tahu kecuali Gama kayaknya. Diem, Gama lagi mikir.
"I dont know what's in indonesian."
"Okay. Say in english."
"Fry pan."
Lantas senyum Anne langsung melebar. Matanya berbinar-binar kayak ada taman bintang di sana. "Not bad."
"What it's not bad??? You have to tell me that i'm right."
"Yeah you are right. Dasar. Nggak mau banget kalah."
"Aku udah nyuci piring dari kecil jadi aku tahu semua perkakas dapur."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE AND GAMA (the 30th night of September)
Romance[COMPLETED] Ini cuma kisah manusia-manusia quarter life crisis yang katanya nggak mau mikirin soal asmara tapi kenyataannya hanya seorang fakir cinta yang pengen juga punya pacar kayak orang-orang. Anne dan Gama sempat berpisah selama dua tahun kare...