[41] Thanks, September.

754 73 5
                                    

Song: Tulus - Tujuh Belas

***

Mereka udah dikasih tahu kalau hari ini Gama dan teman-temannya bakal datang ke panti asuhan. Tadinya, beberapa pasang mata hanya mengintip dari tiap sudut sampai akhirnya mereka di sana bersama Gama dan yang lain bantuin bawa cake dan beberapa snack ke panti.

Kelihatan banget kalo mereka excited sama kehadiran orang-orang baru yang datang hari ini. Diperhatiin sama mereka satu-satu teman Gama. Karena terlalu bingung buat nyapa dulu, akhirnya para tamu ini berinisiatif melakukannya duluan. Dan kehangatan pelan-pelan mulai muncul.

Nggak ada aktivitas banyak sih. Mereka cuma bagi-bagi cake dan snack aja. Terus kenalan satu-satu. Main bareng dan ngobrol bareng. Emang niat awalnya kan nemenin Gama buat ketemu sama Pak Ifan, teman papanya. Nggak ada aktivitas tersusun yang mau mereka lakukan. Semua ngalir aja.

"You looks so pretty. Your hair."

Tiba-tiba Rui memuji Prisia di tengah keheningan semua orang yang sedang menghirup udara sejuk di tempat ini. Anne dan Retta langsung noleh ke Rui, nggak cuma Prisia. Soalnya mungkin karena masih baru jadi dia nggak banyak omong sejak tadi.

Yang cowok-cowok lagi main bola sama anak-anak panti. Dari tadi, nggak berhenti-henti.

"Ini udah jelek banget warnanya. Rencananya mau diitemin lagi." jawab Prisia sambil menyisiri rambutnya dengan tangannya. Nggak tahu juga kenapa tiba-tiba pengen itam padahal Prisia jarang rambut gelap.

"Aku juga pengen sih warnain tapi takut rusak rambutnya. Sama nggak pede juga." timpalnya. Agak terkekeh sedikit tapi lesung pipitnya langsung kelihatan. "Hehehe."

"Kalo proses coloringnya bener nggak bakal rusak kok. Kasih tau aja kalo mau warnain, ntar aku ajak ke salon langgananku." Asli jadi akrab banget gitu. Anne dan Retta yang nggak tahu apa-apa cuma diem aja. Tapi pengen ikutan ngobrol gitu.

Dan Anne kebagian topik juga akhirnya. "Bisa nggak pede juga ya? Aku liatnya kamu percaya diri banget loh."

"Wah kayaknya kalo sampe warna rambutku merah kayak Mbak Prisia nggak sih."

"Eh jangan panggil Mbak lah. Kita cuma beda setahun," timpal Prisia cepat. Nggak mau dia dipanggil mbak-mbak gitu. "Gue sama Anne juga setahun nggak ada manggil gitu." sambungnya.

"Tapi satu angkatan kan?"

"Iya. Dia buru-buru masuk sekolah." Anne agak kesal dikit tiap tahu fakta kalau Prisia lebih muda darinya tapi satu angkatan. Nggak terima.

"Sama dong kan kayak Khaesan. Aku waktu itu pengen bareng sama dia sekolahnya tapi dia malah mau lebih cepat lagi."

"Gue nggak tahu???????" Prisia lumayan kaget sih. Dia kira Khaesan seumuran sama Anne. Yah soalnya di angkatan dia, dia yang kecil gitu. Ternyata Khaesan juga.

"Berarti kalian bedanya beneran cuma beda bulan ya?" Retta akhirnya bisa ikut ngomong juga. Dia mulai penasaran karena kok bisa gitu beda setahun doang. Dia sama Ben aja 2 tahun.

"Gimana yah jelasinnya." Rui ketawa kecil. "Aku lahirnya 7 bulan makanya cuma beda setahun. Nggak setahun juga sih lebih 3 bulan. Waktu Khaesan umur 8 bulan Bunda hamil lagi. Pokoknya gitu deh. Hahahaha. Khaesan lahir Januari 98 aku April 99."

Ketiga perempuan itu jelas melotot dan melebarkan senyum. Mereka nggak nyangka bisa denger cerita unik ini.

"Tapi dia nggak nyebelin kan?" Retta mulai julid.

Rui mengangkat alisnya dikasih pernyataan seperti itu. "Dulu nyebelin sih tapi sekarang udah ngurang dikit. Soalnya kita tuh aslinya jarang banget ketemu."

ANNE AND GAMA (the 30th night of September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang