Song: Hari ini, Esok dan Seterusnya-Nirina Zubir
***
Anne mengintip jam di layar ponselnya sambil mengigit jari jemarinya. Ceklek! Kurang lebih begitulah suara pintu yang Anne dengar. Terbuka dan langsung menginterupsi kepanikannya.
"Sorry. Lama ya?"
"Aku nggak bareng kamu pulangnya nggak papa kan?"
Pelan-pelan Gama menutup kembali pintu ruang divisinya dan melangkah mendekati Anne yang jelas saja wajahnya tergambar raut cemas. "Kenapa?"
"Aku harus balik sama Khaesan. Ntar aku jelasin ke kamu. Ya?"
"Emangnya kenapa?"
"Kamu nggak boleh?"
Tangan Gama meraih tangan Anne segera. Dielusnya punggung tangan perempuan itu. Harap-harap ia tak salah paham atas tanyanya. "Boleh. Tapi kenapa, Ann?"
"Ceritanya panjang. Aku harus balik ke ruangan aku, keburu Khaesan pergi."
"Yaudah singkatnya aja." Gama tetap kekeh pengen tahu padahal Anne udah nggak bisa lama-lama di sini. "Bukannya aku nggak boleh. Aku cuma pengen tahu aja Khaesan kenapa emang? Dia sakit? Atau apa?" sambungnya.
Kalau aja Anne jelasin ke Gama dari tadi mungkin nggak jadi selama ini. Cuma siapa yang bisa handle rasa panik. Apalagi untuk Anne yang memang panikan.
"Khaesan putus sama ceweknya. Aku nggak bisa biarin dia pulang sendiri."
Gama sedikit terkejut tapi masih bingung kenapa Anne harus melakukannya.
"Bahaya kalau dia nyetir sendiri."
Dan kalimat ini masuk akal buat Gama.
"Dia udah dua kali jatuhin cangkir hari ini. He is not fine, Gam."
"Mau bareng aku?"
"Aku rasa dia nggak mau banyak orang tahu soal ini. So sorry."
Belum lepas genggaman tangan Gama di tangannya. Dan laki-laki itu mengelusnya lebih lembut lagi. "Oke. Kamu hati-hati ya nyetirnya. Kabarin aku kalau udah sampe tempat Khaesan. Nanti aku susul kamu."
Anne mengangguk paham.
***
Dengan langkah setengah berlari, Anne kembali ke ruang divisinya dan tidak menemukan Khaesan di sana. Meja kerjanya sudah kosong. Karena masih nggak percaya atas kehilangan sang tuan, Anne pergi ke pantry tapi hasilnya sama saja. Nggak ada siapa-siapa.
Bener. Khaesan udah keburu pulang.
Anne tahu, Khaesan nggak baik-baik aja segimana usahanya buat nutupin hancurnya itu. Dari pagi tadi pagi. Beberapa kali dipanggil dan diajak ngomong, responnya selalu telat. Dan puncaknya, Khaesan jatuhin cangkir dua kali. Mungkin kalau sekali Anne nggak bakal ngeh, tapi kalau udah dua?
Dikeluarkannya ponselnya dari blazzer yang ia kenakan hari ini. Niat awal tadinya mau nelpon Khaesan tapi panggilan masuk dari Prisia muncul.
"Lo di mana?"
"Masih di kantor. Kenapa?"
"Gue chat dari tadi nggak dibalas. Gue ke kantor lo barusan."
Anne meraih totebagnya dan menggantung di lengannya. Mau nggak mau juga dia harus pulang dan cuma berharap Khaesan baik-baik aja. "Barusan banget?"
"Iya. Terus ketemu Khaesan."
Jelas mendengar nama itu, Anne menghentikan pergerakannya.
"Hampir nabrak gue pas keluar basement anjirlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNE AND GAMA (the 30th night of September)
Romance[COMPLETED] Ini cuma kisah manusia-manusia quarter life crisis yang katanya nggak mau mikirin soal asmara tapi kenyataannya hanya seorang fakir cinta yang pengen juga punya pacar kayak orang-orang. Anne dan Gama sempat berpisah selama dua tahun kare...