[34] Prisia

494 69 2
                                    

Song: LANY-Malibu Nights

***

Mungkin memang Anne belum sepenuhnya kenal Prisia. Anne juga nggak marah dan nuntut Prisia buat cerita semua hal ke dia kayak dia cerita semua hal ke Prisia. Anne tahu Prisia adalah pribadi yang amat tertutup. Dia asik tapi buat cerita yang sedih-sedih itu nggak pernah. Dan di bagian ini, Anne menyaksikan sendiri kalau kepingan duka Prisia mulai jatuh.

"Gue nggak tahu kalo lo ngerokok,"

Kedatangan Anne itu cukup mengejutkan Prisia walaupun dia tahu sehabis mengantar Khaesan ke apartnya mereka bakal ngobrol. Itu juga alasan Prisia milih tempat sepi ini selain karena tidak ada tempat buat ngerokok.

"Khaesan beneran nggak papa ditinggal sendirian?" Dia bertanya sembari menginjak putung rokoknya yang masih setengah itu, mengabaikan kalimat Anne dengan bertanya hal lain. Sepenglihatan Anne memang Prisia jadi ikut emosional. Mungkin karena masa lalunya ikutan kebawa. "Gue nggak pernah liat dia mabuk. Apalagi segitunya."

Anne ketawa di samping temannya itu. Cukup mengejutkan Prisia yang ia kira Anne bakal nyerang dia. "Sama. Biasanya dia yang liatin kita mabuk."

Prisia tahu betul kalau Anne adalah pribadi yang peduli sama orang lain. Dia bisa ngasih rasa nyaman yang ngebuat dia dijadiin tempat cerita. Tapi Anne juga nggak pernah maksa orang-orang buat cerita ke dia. Itu juga alasan dia nggak tahu kalau Khaesan udah berkali-kali diselingkuhi sama pacarnya dan nggak tahu kalau Prisia pernah gagal nikah.

"Sama yang mana Pris gagal nikah?"

Aslinya sih nggak ada yang ditutupin sama Prisia. Dia juga cerita soal asmaranya tapi alasannya sederhana aja— karena komunikasi. Anne nggak tahu kalau Prisia punya luka yang lebih parah dari itu.

"Lo nggak punya mantan banyak. Kalo lo nggak boongin gue sih."

Prisia ketawa. Dia terima kalau Anne merasa dibohongi sekarang. "Nggak boong njir. Beneran mantan gue cuma dua. Pas SMP sama pas kuliah itu."

"Jadi????"

"Ya udah. Iya itu orangnya."

"Seriusan?" Anne sampai menghadapkan dirinya ke Prisia yang lagi nyandar di belakang ruko kosong itu. "Lihat lo sekantor sama mantan lo aja menurut gue udah aneh apalagi kasusnya lo berdua mau nikah????"

"Gue nggak papa anying. Lo lihat sendiri gue sama dia temenan sekarang."

Temenan sama mantan itu benar-benar nggak maksud akal bagi Anne.

"Awalnya sih emang sakit banget tapi yaudah lah. Ada lagi rasa sakit yang pernah gue rasain jadi ditinggal nikah tuh menurut gue biasa aja."

"Ngaco lo emang."

"Gue juga udah pernah nonjok dia ampe gue nyaris dilaporin ke polisi. Jadi kayaknya dah cukup menurut gue." Dia bisa-bisanya ketawa. "Kejadiannya juga udah lama banget. Kita udah sama-sama berdamai, Ann. Santai."

"Komunikasi yang gimana sih sampe gagal nikah?"

"Gue belum siap nikah aja sih. Kan waktu itu bokap nyokap cerai," Bagian ini Anne tahu. Ia juga dapat merasakan kesedihan itu. "Jadi gue nggak mau ninggalin nyokap sama adik gue. Yah kompleks banget sih masalahnya terus gue jadi egois gitu. Berantem setiap hari dan nggak bisa lanjut aja."

"Beneran bukan orang ketiga?"

"Nggak. Kita putus baik-baik."

"Baik-baik gimana si anjing."

"Gue nggak tahu kalo dia sampe ngambil keputusan buat batalin pernikahan di tengah hidup gue yang hancur itu. Jadi gue tonjok aja sekalian mukanya. Walaupun badannya lebih gede dari gue." katanya.

ANNE AND GAMA (the 30th night of September)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang