SIX

9.8K 1.1K 84
                                    

Melihat pemandangan kota London dari dalam kaca mobil membuatku tersenyum kecil.
Aku di perbolehkan pulang dari rumah sakit dan sekarang aku dalam perjalanan pulang dengan menggunakan mobil bugatti veyron putih miliknya.

Ibuku telah datang bersama Anne ke rumah sakit sebelum aku pulang sekarang ini. Ia sedang pergi mengurusi urusannya bersama dengan Anne orangtua Harry.
Terkadang aku tidak mengerti, mengapa seolah aku dengan keluargaku sangat dekat dengan keluarga Styles.
Contohnya seperti Anne yang menyuruh anaknya menemaniku di rumah sakit dan mengantarku pulang dan jangan lupakan kejadian tadi di rumah sakit. Anne menyuruhku untuk menginap di rumahnya karena ia khawatir jika terjadi sesuatu denganku.
Karena aku merasa tidak enak, aku pun menuruti permintaannya dan menginap di rumahnya untuk beberapa hari kedepan hingga ibuku pulang.

Alunan musik yang berasal dari radio mobil memutar lagu milik Bryan adam yang berjudul Back at One.
Aku menyukai lagu ini, karena lagu ini mengingatkanku tentang ibu yang berkata saat itu ayah menyanyikannya untuk pernikahan mereka berdua.
Begitulah ia bercerita jika ayahku menghilang entah kemana karena ayahku di panggil untuk menghadap orang dan ia menghilang sampai sekarang.

Aku merasa sedih jika mengingat seminggu sebelumnya aku menanyakan apakah aku ini anak kandung dari ibu dan ayahku atau bukan.

Mobil milik Harry berhenti di perkarangan rumah yang sangat luas dan tepat saat mobil berhenti air mataku mengalir di pipiku membuatku reflek menghapusnya dengan cepat.

Aku melirik ke arah suara dentuman pintu mobil yang tertutup oleh Harry.
Aku merasa lega, lelaki itu tidak melihatku menangis.

Saat aku sedang membersihkan mataku dengan lengan bajuku, pintu di sampingku terbuka dan terpampang Harry yang tengah berdiri di sana.

Ia menarik lenganku yang membuatku berdiri dari kursi mobil dan menutup pintunya dengan cepat.

Aku mendengus kesal, tidak kah lelaki ini bisa denagn lembut menarikku.
Tidak kah ia tau aku sedang bersedih mengingat ayahku saat ini.

Tepat saat di depan pintu putih yang besar ini, jentikan tangan Harry membuat pintu besar ini terbuka lebar dan menampakan beberapa orang berbaris menunduk dengan pakaian yang seragam.

Aku menjadi semakin bingung siapa Harry sebenarnya. Namun aku tidak ambil pusing karena rasa sesak menghampiri dimana semua memoriku tentang ayah memutar di kepalaku.
Ayah begitu protektif kepadaku. Ingat di saat aku terserang flu dan suaraku menjadi seperti katak, ia membawaku ke rumah sakit dan memintaku untuk di rawat. Mungkin itu terlalu berlebihan karena terserang flu bisa dengan ramuan yang biasa di pakai oleh kebanyakan orang. Namun semua itu membuatku senang dan sekarang ia telah menghilang demi menjagaku.

Aku dan Harry berhenti di sebuah ruangan keluarga sepertinya.
Ia melepaskan lenganku dan menarikku kedalam pelukannya.
"Aku tau kau merindukan ayahmu. Menangis lah agar rasa sesak di dadamu itu berkurang. Menangis sepuasmu asal kau berjanji setelah ini kau akan memamerkan senyum manismu lagi" ujar lelaki itu sambil membelai rambut belakangku dan mengusap punggungku.
Tidak terasa cairan itu semakin lama semakin membanjiri kaus yang di kenakan oleh Harry. Aku berusaha untuk menghentikannya dengan menggigit bibir bawahku namun hasilnya aku menjadi lebih terisak.

Harry membawaku duduk di sebuah sofa panjang dan masih dengan aku yang menangis di dadanya.
Sekarang posisiku adalah menyender dan meluruskan kakiku di sofa panjang ini.

Harry masih dengan tangannya yang membelai rambutku.
Setelah merasa puas menangis selama 5 menit kurang lebih. Sekarang aku merasa mengantuk dan tertidur di dalam pelukan Harry.

***

Perlahan aku membuka mataku dan langsung teringat ini rumah Harry .
Ia memindahkanku ke kamar yang berhias dengan gaya yang mewah.

Merasa sudah terkumpul semua tenagaku, aku bangkit dari kasur dan membuka pintu balkon putih yang langsung menyajikan pemandangan kota London.

Merasa angin semakin kencang aku memutuskan untuk kembali ke dalam kamar dan mataku terjatuh kepada cermin yang memantulkan bayanganku dengan pakaian tidur berwarna ungu pastel.

Sebelumnya aku tidak memakai pakaian ini. Siapa yang mengganti pakaianku.

Masih berkutat dengan pikiranku, pintu kamar ini terbuka dan masuklah Harry dan segera menghampiriku yang berada di depan kaca.

"Bagaimana keadaanmu, lebih baik?" Tanyanya dengan datar dan berjalan lebih mendekat ke arahku.

Aku menjawabnya dengan anggukan dan ku putuskan untuk menanyakan, siapa yang mengganti pakaianku.

"Mengapa aku bisa memakai pakaian ini?" Tanyaku kepada Harry namun wajahku tetap mengarah ke arah cermin

"Aku yang mengganti pakaianmu"

***

Lagi semangat update yay!.
Gimana chapt ini?, maaf kalo jelek ya.
Lagi ngk sekolah soalnya ngk enak badan jadi ngelanjut aja mumpung ada waktu :").
Jangan lupa vomment ya, aku ngk gigit tenang.
Panggil aku jangan admin/author/thor, panggil aja nama aku biar lebih deket gitu (?)
Yaudah pokoknya makasih buat yang setia baca dan vomment {}

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang