FIFTEEN

8.1K 1K 98
                                    

Tanda-tanda musim dingin sudah terasa di kota ini.
Waktu terus bergulir dan aku terus memikirkan sesuatu yang aku sendiri tidak mengetahuinya.
Lama sudah aku mengenal Harry dan sahabat-sahabatnya dan sampai saat ini aku masih belum mengetahui siapa sebenarnya Harry.

Rasa penasaranku semakin meningkat saat menemukan beberapa kertas foto di laci dekat ruang keluarga.
Beberapa lembar foto itu terlihat gadis kecil berumur sekitar 2 tahun yang sangat mirip denganku.
Di foto itu terlihat seorang wanita yang terlihat sedang memeluk gadis kecil yang menyerupai aku.

Mungkin liburan musim dingin ini aku tidak akan bersama ibuku.
Entah lah, aku tidak tau sebenarnya tentang dia yang pergi kemana.
Semua yang terjadi membuatku bingung.

Merasa angin musim dingin yang mulai menerpa, aku mengeratkan jaketku dan mulai berjalan pulang menuju rumah Harry.

Bisa ku tebak, sesampainya di rumah , lelaki bernama Harry itu pasti mengomeliku dengan nada dingin dan datar namun tegas.

Aku memang tidak meminta izinnya untuk pergi berjalan-jalan di taman kota.
Alasan mengapa aku tidak memberitahu Harry, ia pasti akan melarangku pergi sendiri atau ia akan menyuruh orang untuk menjagaku. Aku ini sudah remaja dan bukan anak kecil lagi!

Liburan musim dingin di mulai besok.
Saat yang ku tunggu-tunggu akhrinya datang, mengingat pelajaran yang aku pelajari semakin lama membuatku frustasi jika ketinggalan satu materi saja.
Namun berbeda dengan Harry, ia jarang masuk ataupun sering terlambat jika tidak memiliki jam pelajaran yang sama denganku.
Harry sedang sibuk dengan perusahaan miliknya.
Walau begitu ia tetap bisa mengikuti pelajaran tanpa ada satu pun yang membuatnya susah.

Langkahku terhenti ketika seorang lelaki dengan wajah yang tidak aku tahu, datang di hadapanku dengan seringainya yang menyeramkan.
Melihat wajahnya membuatku melangkahkan kakiku mundur namun lelaki itu memajukan kakinya.

"Apa mau mu?" Tanyaku memberanikan diri untuk menatap wajah lelaki itu.
Lagi-lagi senyumannya yang terkesan seram itu ia pamerkan.

"Kau dan ibu angkatmu" ujarnya dengan tegas dan semakin mendekatiku.
Merasa takut aku berlari menjauhinya dan terus melangkahkan kakiku cepat.

Namun tiba-tiba saja kakiku terasa mati rasa dan aku bertekuk lutut karena aku merasa seperti orang lumpuh.

"Aku belum selesai berbicara nona" lelaki misterius itu berbicara di depanku sambil menatap ke arah bawah melihatku.

Rasa takut menjulur di seluruh tubuhku.
Kakiku terasa seperti bukan kakiku sekarang ini.
Lelaki itu mengangkat tubuhku dan memegangku erat.

"Ibu angkatmu itu telah bersamaku dan sekarang aku telah mendapatkanmu" ia berbicara pelan tepat di depan wajahku.

Aku terus meronta dan berusaha melepas genggamannya. Namun mengingat kakiku yang mati rasa membuatku hanya mengeluarkan cairan bening yang berasal dari mataku.

"Ia bukan ibu angkatku!" Ujarku keras dan berusaha melepaskan dekapannya.sialan!

Saat aku merasa sudah pasrah, seseorang menarikku dari genggaman lelaki gila itu dan membawaku dalam pelukannya.
Tanpa menyingkirkan air mata dari mataku pun, aku sangat mengenali aroma parfume ini.

"Baiklah, kau tepat waktu Styles, aku akan pergi sekarang.
Namun perlu kau ingat kata-kataku tadi Maddy" ujar lelaki itu ke arahku yang masih menenggelamkan wajahku di dada Harry.

***

Air mataku belum juga berhenti mengalir.
Mengingat ibuku yang menjadi sasaran orang gila itu.
Aku tidak habis pikir dengan semua ini. Belum lagi ketika lelaki itu mengatakan ibu angkat, apa maksudnya? Jelas-jelas ia ibu kandungku.

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang