ELEVEN

7.8K 1K 37
                                    

Sudah seminggu lebih aku tinggal di rumah Harry.
Ibu sudah menghubungiku dan ia berkata urusannya belum selesai dan mungkin masih memakan banyak waktu.
Ibuku maupun Anne, melarangku untuk kembali ke rumahku dengan alasan tidak aman.
Aku hanya menuruti saja,tetapi aku ini bukan lagi anak kecil yang tidak bisa di tinggal sendiri.

Siang ini aku ada kelas dan berbeda dengan biasanya, tidak ada lagi yang mengolokku atau pun yang menggunakan kekuatan sihirnya untuk mengerjaiku.
Entah, mungkin mereka lelah atau bosan,aku tidak tau.

Berjalan melewati lorong merupakan hal yang paling menyebalkan.
Melihat semua orang di sini berbincang dengan teman-temannya. Sedangkan aku?.

Aimee dan Kim baru akan mengikuti kelas minggu depan karena mereka masih memiliki urusan.

Aku berharap waktu bisa di percepat agar Aimee dan Kim berada di kampus ini.

Saat sedang asik memikirkan bagaimana keadaan saat ada Aimee dan Kim, secara tiba-tiba ada tangan yang melingkar di pundakku.

"Hy Louis, ada apa?" Tanyaku saat ia memamerkan senyumannya padaku.
Setidaknya walaupun Aimee dan Kim tidak ada, Louis,Niall,Zayn,Liam dan Harry menjadi temanku saat ini.
Tetapi terkadang aku merasa tidak nyaman.
Bukan, bukan karena aku tidak menyukai mereka, aku sangat senang bisa mengenal mereka namun lagi-lagi karena aku tidak suka dengan tatapan orang-orang yang seperti ingin membunuhku.

"Aku akan kencan dengan seorang gadis malam ini" ujarnya dengan antusias dan senyumannya pun semakin melebar.

"Wish you luck" ujarku yang ikut senang dan berjalan mengikuti Louis yang masih merangkulku.
Hari ini aku memang mempunyai jadwal yang sama dengan Louis.

Sampai di kelas, rangkulan Louis masih melingkar di pundakku yang membuat semua mata tertuju padaku.

"Kau duduk di depanku saja" ujar Louis dan aku hanya mengangguk.
Saat ini aku memiliki kelas yang sama dengan Louis,Niall dan Zayn sedangkan Harry dan Liam mereka berdua memiliki kelas yang berbeda dengan kami.

***

Kali ini perutku tidak bisa di ajak berkompromi.
Perutku terus berbunyi meminta makanan. Aku memutuskan untuk berjalan ke cafeteria dan membeli makanan.

Membuka ponselku, aku membaca pesan dari Harry. Ia memberitahukan padaku jika aku sudah pulang, aku harus menemuinya di kelasnya dan tidak memperbolehkanku pulang dengan kendaraan umum seperti kemarin.
Memang kemarin aku kembali ke rumah Harry menggunakan bus dan hasilnya aku terkena omelan gratis dari Harry.

Karena masih asik membalas pesan, aku tidak melihat jalan dan menabrak seseorang.
Ponselku terjatuh dan pecah. Bahagianya hariku!

"Kalau jalan pergunakan matamu itu!" Aku yang sedang mengambil pecahan ponselku,kembali berdiri dan melihat ke asal suara itu.

Aku menabrak Lucy dan sekarang teman-temannya menatap ke arahku dengan mata yang menyeramkan.

"Maaf" ujarku singkat dan hendak ingin pergi.
Namun lenganku di cekal oleh Lucy yang membuatku kembali ke posisiku semula.

"Rupanya kau sudah berani sekarang karena dekat dengan Harry dan teman-temannya? Memangnya kau di bayar berapa oleh mereka, jalang!" Ujarnya dengan tawa mengejek.
Sungguh kali ini kata-katanya sangat menyakitkan. Aku bukan jalang!

"Kau mengatainya jalang ?, tidakkah kau mengaca?
Kaca di koridor besar cukup untukmu" ujar seseorang yang saat kulihat adalah Niall.

Niall melirik kearahku dan merangkul pundakku. Aku menunduk menyembunyikan wajahku yang hendak menangis.

"Kau berani mengatainya sekali lagi, aku tidak segan untuk membalasnya" ujar Niall sarkatis dan menunjuk menggunakan jarinya ke arah Lucy dan teman-temannya.

"Mengapa kau sangat peduli dengannya?, memangnya dia siapa?" Ujar Lucy dengan nada sok nya tetapi tetap ada keraguan dalam menjawabnya.

"Dia kakakku, ada masalah?" Tanya Niall santai dan menggiringku menuju suatu tempat.

Niall membawaku ke tempat dimana dia dan teman-temannya berkumpul. Tempat dimana Harry membersihkan lukaku.

"Gadis bodoh itu beruntung" ujar Niall sambil menyuruhku untuk duduk di sofa.
Ia juga mendudukkan dirinya di sampingku.

"Beruntung?" Tanyaku yang menahan sekuat tenaga agar air mata ini tidak jatuh.

"Jika Harry yang memergoki mu dan gadis itu, maka ia akan keluar dari kampus ini detik itu juga" jawab Niall yang ku sambut dengan kekehan kecil.

Setelah mengobrol lumayan lama dengan Niall, aku berjalan menelusuri kampus menuju kelas Harry. Ingat bukan ia menyuruhku menemuinya jika sudah pulang?

Saat aku menemukan Harry, tubuhku terasa lemas melihat Lucy yang memeluk Harry dengan manja.

Kenapa aku menjadi cemburu seperti ini, tidak, aku tidak cemburu hanya saja Harry memintaku menemuinya hanya untuk melihatnya bermesraan dengan Lucy?

"Maaf aku menggangu, aku akan pulang menggunakan bus" ujarku kepada Harry cepat dan melenggang pergi dari tempat ini.
Hariku benar-benar indah!

***

Sesampainya di kamarku maksudku kamar milik Harry yang sementara menjadi kamarku, ku tenggelamkan kepalaku di bantal dan sialnya cairan bening itu mengalir.

Mengapa aku harus menangis?, aku tidak tau hanya saja aku tidak suka melihat Lucy dan Harry. Ya itu saja .

"Mads?" Aku terkejut dengan suara berat yang berada di sampingku.
Ku lihat ke arah suara dan terlihat Harry yang tengah menatapku yang sedang tidur tengkurap dengan mata yang sembab.
Aku ingat tadi aku sudah mengunci pintu kamar ini.
Oh Aku lupa, ia memiliki kekuatan sihir tidak sepertiku.

"Apa?" Jawabku ketus yang masih dengan keadaan tengkurap dan melihat ke sisi lainnya.
Aku sedang malas berbicara dengannya.

"Kau marah?" Tanyanya dengan lembut. Dia bertanya aku marah? Jawabannya tidak, aku tidak marah. Camkan itu!

"Tidak" ujarku singkat

"Bohong" jawabnya dengan singkat juga. Sudah jelas aku berbohong.

"Aku minta maaf" ujarnya dengan nada menyesal.

Aku hanya diam seribu bahasa dan aku mendengar suara pintu tertutup dan benar saja Harry keluar dari kamar ini.

Aku benci dengannya, aku ini sedang kesal dengannya, mengapa Harry malah meninggalkanku dan tidak berusaha membujukku?.

"AKU KESAL" ujarku dengan keras dan tidak peduli jika banyak orang yang mendengar atau tidak. Aku tidak peduli.

***

Double update.
Berarti harus vomment jangan vote aja wkwk.
Maddynya lagi ngambek tuh sama Harry.
Eh Harrynya ngk peka :").

Di lanjut asap bhayyyy

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang