THIRTEEN

8.9K 1K 49
                                    

Hari ini Aimee dan Kim sudah bisa menemaniku di kampus karena mereka sudah selesai dengan urusan mereka.
Di satu sisi aku merasa senang atas kehadiran Aimee dan Kim di lain sisi Lucy menyindirku dengan kata-katanya yang membuatku ingin menggantungnya di atas menara tertinggi.

Kemarin aku dan Harry pergi ke mall dan Harry membeli sebuah boneka dan ia memintaku memilihkan pakaian untuk seorang gadis. Aku sangat yakin itu adalah strateginya untuk memberiku kejutan dan ia akan memintaku kembali menjadi kekasihnya

Perkataan yang keluar dari mulut Lucy saat aku sedang memasukan barang-barangku di loker masih teringat jelas di memori otakku.
Lucy sedang berbincang dengan kedua temannya dan aku yakin ia menyindirku, melihat wajah, lirikan mata serta nada yang di buat kencang.

"Mendengar penjelasanmu tentang Lucy dan Harry, dengan mudah ku simpulkan,Kau cemburu dan mencintai Harry" ujar Kim santai sambil menggulung spaghetti miliknya.
Saat ini kami sedang di cafeteria.

Aku yang mendengar penjelasan Kim hanya memutar mataku dan menatapnya malas, sedangkan Aimee menyesetujui perkataan Kim.

"Dengar, aku tidak cemburu ataupun jatuh cinta dengan lelaki berwajah datar itu. Hanya saja aku kesal karena, karena aku kesal" jawabku yang sedang kehabisan kata-kata.

Kedua sahabatku hanya tersenyum kecil dan melanjutkan acara makan mereka, sedangkan aku hanya mengaduk minumanku yang belum aku minum sama sekali.

***

Pergi menemani Aimee dan Kim berbelanja membuat kakiku seperti ingin lepas dari tempatnya.
Mereka mengelilingi semua toko dan kembali lagi dan pergi lalu seterusnya seperti itu.

Berjalan menaiki tangga untuk sampai kamar saja aku merasa sangat lelah, sampai akhirnya aku membuka pintu kamarku dan menutup rapat pintu.

Melihat dua buah paper bag di atas kasurku membuatku penasaran akan isinya.
Aku melempar tasku sembarangan dan menaiki kasurku untuk segera melihat apa yang ada di dalam paper bag itu.

Ketika membuka paper bag pertama terlihat seperti kain berwarna hitam dan segera aku mengeluarkan kain tersebut.
Saat aku mengambil kain hitam tersebut, ternyata itu adalah dress berwarna hitam yang terlihat simple namun tetap menawan.

Selesai mengagumi dress hitam itu, aku beralih ke paper bag yang ke dua dan terlihatlah satu kotak sepatu berwarna silver.
Dengan perlahan aku membuka tutup kotak tersebut dan terlihatlah sepasang sepatu cut out boots berwarna putih.

***

Sampai saat waktu menunjukan pukul 06.00 pm , aku masih tetap memikirkan orang yang berbaik hati membelikan barang itu.

Selesai membersihkan diriku, segera saja dress hitam itu menggodaku untuk segera mencobanya dan tidak lupa dengan sepatu cut out boots putih yang sangat cocok dengan dress ini.

Memperhatikan tampilan diriku di depan cermin dengan balutan dress hitam beserta sepatu cut out boots putih yang memperlengkap penampilanku membuatku memiliki kesenangan tersendiri.

Kring kring

Aku yang masih memperhatikan pantulan diriku merasa terkejut mendengar suara dering ponsel di atas meja rias.

Memandang ponsel versi terbaru itu membuatku mengkerutkan kening yang menandakan aku bingung.
Aku tidak mungkin memiliki ponsel mahal seperti ini.

Di layar ponsel itu terpampang pesan.

Pukul 07.00 pm, aku akan mengajakmu untuk makan malam.
Pakai pakaian yang ada di atas kasur tadi dan bawa ponsel ini.
Akan ku tunggu di ruang tamu, jangan terlambat.

H.S

Mengerti atas inisial yang di tunjukan membuatku secara tidak sadar mengembangkan senyumanku.

Setelah merias diriku dengan riasan yang tipis, aku menyisir rambut panjangku dan membiarkannya tergerai tidak lupa aku memasukan ponsel yang ada di atas meja rias tadi kedalam tas tanganku.

Melihat jam menunjukan pukul 07.00 pm, ku buka pintu kamar ini dan segera menuruni tangga untuk berjalan ke ruang tamu.

Dari kejauhan aku melihat Harry memakai kaus putih dengan luaran toxedo hitam yang tidak di kancing dan celana jeans hitam serta sepatu boots cokelat yang membuat tampilannya menjadi semi formal.

Berjalan perlahan seraya menghampiri Harry yang sedang sibuk dengan ponselnya membuatku gugup.
Aku ini tetap gadis normal, jika melihat lelaki seperti di hadapanku ini tentu saja aku merasa gugup.

"Harry" panggilku yang membuat Harry mengunci layar ponselnya.

Ia melihat ke arahku dengan dari ujung kakiku sampai ujung kepala.
Merasa terus di pandang, aku takut jika ada yang salah dengan riasanku atau aku terlihat jelek.

***

Mobil ferrari merah milik Harry berhenti membuatku melepas sabuk pengaman dan menata barang bawaanku.

Harry membukakan pintu untukku dan menarik pelan tanganku.
Ia merangkul pinggangku dan menuntunku masuk ke dalam restaurant .

Setelah diantarkan oleh seorang pelayan yang menunjukan kursi untukku dan Harry, pelayan itu juga mulai mencatat pesanan kami .

15 menit berlalu, pesanan kami datang.
Makan malam kali ini awalnya begitu canggung namun candaan Harry ampuh untuk memecah kecanggungan yang menyelimuti.

"Maafkan aku" ujar Harry tiba-tiba saat acara makan kami selesai. Terlihat dari piring kami berdua yang sudah tandas.

Aku hanya menaikan salah satu alisku dan menatap dengan tatapan bertanya.

"Saat kau mendapati aku berpelukan dengan Lucy, ia yang memaksa memeluku.
Lalu aku tidak mengantarmu pulang dan memilih untuk pergi dengan Lucy alasanku hanya untuk meminta bantuan mencari baju yang cocok untukmu, namun aku merasa sia-sia memintanya untuk mengantarku karena pilihanya begitu terlihat seperti gadis murahan atau terkadang ia memilih pakaian yang membuat mataku sakit.
Alasan sahabat-sahabatku yang mengantarmu pulang, itu karena aku menyuruh mereka.
Jika kau menolak dan memilih menggunakan kendaraan umum salah satu dari mereka tetap memperhatikanmu" ujarnya menjelaskan dengan detail dan membuatku tersenyum.

Kali ini aku berharap agar pipiku yang mudah memerah tidak melakukan kebiasaannya.
Namun sepertinya harapanku kali ini tidak terkabul.

"Aku suka rona pipimu" ujar Harry seraya menunjukan senyumnya yang membuatku sesak nafas. Mungkin berlebihan tetapi inilah yang aku rasakan.

Perbincangan kami berlanjut sampai akhirnya Harry melihatku dengan mataku yang sudah sayup.

Di dalam mobil, aku segera menyenderkan kepalaku dan mencari posisi yang nyaman untuk tidur.

Namun sebelum itu, Harry mengambil sesuatu dari kursi penumpang.
Rasa penasaranku terkalahankan oleh rasa lelah yang menyababkanku hanya terus menyender dengan kursi mobil.

Mataku yang hampir tertutup, terbuka lagi karena merasa sebuah bulu halus dan aroma strawberry yang menggelitik tubuhku.

"Semoga kau suka dengan boneka itu" ujar Harry lembut dan menyalakan mesin mobilnya untuk segera pulang.

Boneka Lotso yang aku inginkan akhirnya ada di pelukanku.
"Tentu aku suka. Terimakasih banyak Harry" ujarku dengan lembut dan memeluk boneka itu erat sampai akhirnya mataku sudah tidak kuat menahan rasa kantuk.

***

Vomment ya buat chap ini, maaf kurang panjang di karenakan mata yang udah tinggal merem aja :") .
Makasih udah baca

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang