TWENTY

7.2K 970 23
                                    

- Maddy Smith -

Saat ini saraf-saraf di otakku sedang berjalan ke arah yang semestinya hanya saja saraf-saraf itu belum sampai di tempatnya.
Bagaimana bisa aku tidak mengerti perkataan mereka semua saat ini.

"Kau kan belum memiliki hubungan apapun dengan Harry, atau jangan-jangan kalian telah menjalin hubungan?" Aku yang tengah berkutat dengan pikiranku langsung merasa tersentak. Saraf-saraf otakku telah menggapai tempatnya masing-masing saat mendengar pernyataan Niall.

"Apa?, jadi kalian berfikir aku melakukan 'itu' bersama Harry?, aku tidak melakukannya!" Suaraku naik satu oktaf saat mengerti maksud dari mereka semua.

"Tetapi aku mendengar suaramu berteriak dan suara-suara lainnya" Jawab Liam sambil menaikan salah satu alisnya.

"Dan lihatlah rambutmu terlihat berantakan" Tambah Zayn sambil menunjuk rambutku yang sudah tidak karuan bentuknnya.

Aku menghela nafas mendengar jawaban mereka dan oh jangan lupakan seorang lelaki menyebalkan itu.
Jawaban lelaki itu membuat sahabar-sahabatnya percaya kalau aku melakukannya.

"Akan aku jelaskan" Aku menarik nafas dalam dan menyender ke arah dinding berwarna putih yang berada di ruangan ini.

"Jika kalian mendengar aku berteriak itu karena Harry menggelitiku hingga aku merasa seperti ingin di bunuh secara perlahan"
Mengambil nafas, lalu membuangnya secara perlahan lalu aku mulai melanjutkan penjelasanku.

"Lalu saat itu aku tetap tidak mau membuatkannya makanan, alasanku karena aku lelah dan ia tetap menggelitiku sampai akhirnya ia mengucapkan pertanyaan bodoh 'apa kau lelah?' , kalian tau, ia bertanya seperti itu!

"Dan untuk pertanyaan mengapa rambutku terlihat berantakan, jawabannya adalah karena aku mencoba menggunakan alat pengeriting rambut milik Kim dan Harry mengacaukannya. Aku memang tidak bisa menggunakannya namun karena ia mengganguku, rambutku menjadi seperti singa" Jelasku panjang dan mereka semua terdiam mendengarnya kecuali Harry yang terduduk sambil memamerkan seringainya yang menyeramkan itu.

***

Kejadian tadi membuatku menjadi lebih kesal terhadap Harry dan ke-empat sahabatnya itu.

Namun karena mereka suasana musim dingin ini terasa begitu hangat. Walaupun tidak ada kedua orangtuaku disini.
Aku tetap berharap yang terbaik untuk mereka dan semoga saja aku mendapatkan sebuah petunjuk.

"Memikirkan Harry?" Suara khas milik Niall langsung mendapatkan respon cepat dari pendengaranku. Suara khas mengejeknya dengan suara bungkus makanan membuatnya mudah di ingat.

"Tidak, dan kurasa kau yang memikirkan Kim" Menjawab ejekan Niall kali ini hanya reflek keluar dari mulutku, namun perkataan itu sukses membuatnya menyelesaikan cemilannya.

"Kau tidak memberitau Kim bukan?" Tanyanya khawatir dan muncul lah sebuah ide yang cemerlang di dalam kepalaku ini.

"Aku sudah memberitaunya bahwa ada seorang lelaki yang menyukainya namun aku belum memberitaukan namanya" Aku terkekeh setelahnya. Sebenarnya aku bohong tentang ini .

"Oh ayolah Maddy, jangan kau beritaukan dulu . Aku belum siap"

"Tergantung" Ujarku dengan senyuman licik yang terpampang di wajahku. Betapa bahagianya aku saat melihat wajah Niall yang memohon.

"Pijat kakiku terlebih dahulu" Ujarku santai dan menaikan kakiku ke pangkuan Niall. Saat ini kami sedang berada di sofa yang terlihat seperti kasur.

Sebelumnya aku melihat ke arah Niall dengan ekspresi enggan melakukan apa yang aku mau, namun pada akhirnya ia mulai memijat kakiku secara perlahan.

"Kau akan menjadi adik yang baik dan berguna jika seperti ini" Ocehku dengan mataku yang sudah sayup-sayup karena sekarang waktu sudah malam.

Setelah kurang lebih 10 menit Niall memijat kedua kakiku, aku memiliki permintaan lagi walaupun mataku sudah sayup.

"Aku ingin kau menggendongku ke kamarku, karena aku sangat mengantuk dan tidak kuat berjalan" Ujarku santai seraya mataku yang semakin lama terasa akan memasuki alam mimpiku.

Tidak berkomentar sama sekali, Niall langsung mengangkatku dan secara refleks aku menggantungkan kedua tanganku di lehernya.

"Kau ini kakak yang menyusahkan! Untung saja beratmu seperti anak taman kanak-kanak" Niall bergumam namun tetap saja aku dapat mendengarnya karena ia mengucapkannya tidak terlalu pelan. Jika saja aku tidak mengantuk, akan ku cubit pipinya karena secara tidak langsung ia mengataiku.

Hampir saja aku benar-benar memasuki alam mimpi, namun terdengar sebuah obrolan membuatku setengah sadar.

"Kau tau Harry, kekasihmu ini menyusahkan saja" Terdengar suara Niall yang sedang berbicara dengan Harry.

"Turuti saja Niall, atau dia akan memberitau Kim bahwa kau menyukai Kim" Harry menjawab dengan santai dan terdengar kekehan kecil.

"Jangan membaca pikiran orang semaumu Styles, itu tidak baik!" Jawab Niall kemudian ia lanjut berjalan dan masih menggendongku.

Perlahan setelah Nialk sampai di kamarku, ia menjatuhkanku perlahan di atas kasurku lalu tidak aku sangka, saat ini aku merasakan sebuah selimut menyelimuti tubuhku.

"Kau memang menyusahkan, namun aku tetap senang karena sekarang aku merasa seperti memiliki seorang kakak perempuan" Kali ini Niall mengucapkan kata-kata yang menurutku manis. Aku ingin memeluknya namun aku merasa sangat lelah sekarang.

"Aku tidak mau kau jatuh ke tangan penyihir gila itu" sayup-sayup aku mendengar ucapan Niall dan merasakan langkah kaki yang menuju keluar dan mendengar suara pintu tertutup.

Sebelum benar-benar tidur, aku mencerna kembali ucapan Niall.
Penyihir gila? Apa maksudnya?

***

Hai hai hai, lanjut lagi nih wkwkk.
Ternyata kl lagi liburan ide itu mandek, tapi pas pulang ke rumah malah banyak :")
Apa lagi ngeliat foto drunk harry, makin2 ya Tuhan ngk kuatz :"")

Yaudah itu aja makasih udah baca jangan lupa vomments wohoo

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang