THIRTY

6.8K 865 60
                                    

"Happy birthday Maddy."

Mendengar ucapan seseorang di belakangku, dengan perlahan aku memutar tubuhku menghadap kearah asal suara.

Terlihat seorang lelaki dengan rambut curly yang khas dengan pengelihatanku. Senyumanku pun merekah melihat seseorang di hadapanku kali ini.

Lelaki di hadapanku ini meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Ia menarik lenganku mengikutinya. Sempat aku merasa bingung karena ia membawaku ke tempat yang ku rasa aneh.

"Kita mau kemana Hazz?" Merasa terus mengikuti langkahnya yang terlalu cepat, apalagi dengan sepatu yang aku kenakan membuatku sulit menyeimbanginya.

Tidak ada sautan. Itu lah yang sekarang terjadi. Ada apa dengan lelaki ini, aku merasa cukup aneh dengan dirinya sekarang.

"Ikut aku kesesuatu tempat."

Masih dengan tangan Harry yang menarik lenganku, ku naikan kedua alisku tanda tidak mengerti dengan ucapannya.

"Menggunakan apa?" Tanyaku dengan cepat. Sesungguhnya pertanyaanku bukanlah pertanyaan yang cukup penting. Namun itu semua hanya mengalir begitu saja.

Tiba-tiba saja ia berpaling kearahku dengan posisi masih dengan menggengam kedua lenganku.

Sepersekian detik setelahnya aku dan Harry sudah sampai di tempat yang terlihat dengan banyak pohon-pohon tinggi menjulang. Tempat ini sangat gelap dan cukup membuatku bergidik ngeri. Setelah melihat cukup lama dan memutar otakku yang sulit berpikir jernih, aku sangat yakin ini adalah hutan. Tidak, tunggu!

"Aku tidak mau pergi kedalam sana!" Seruku dan menarik tanganku cepat dari genggaman lelaki di hadapanku ini.

"Mengapa Maddy?, aku disini dan tetap akan melindungi kau sayang." Jawabnya dengan senyum yang merekah di bibirnya.

Namun seperti alarm yang memperingati tanda bahaya tsunami, tubuhku dengan perlahan menjauhi lelaki di depanku ini. Aku menatap kearah matanya tajam. Ku eratkan kedua tanganku bertanda aku merasa takut saat ini.

"Kau bukan Harry, bedebah!" Teriakku cukup keras. Perlahan aku memundurkan langkahku kebelakang sambil terus menatap kearahnya tajam. Warna matanya bukanlah warna hijau yang menenangkan itu, melainkan berwarna biru laut. Betapa cerobohnya aku tidak memperhatikan itu semua.

"Apa maksudmu Maddy?" Ia melangkahkan kakinya mendekatiku.

"Bukan panggilan itu yang aku dapatkan dari Harry!" Seruku dengan tatapan bengis kearahnya.

Ia terdiam. Sudah kuduga dan benar apa yang tubuhku sinyalkan, ia tidak tahu panggilan yang biasa Harry gunakan untuk memanggilku.

"Jam berapa sekarang?, oh sudah kuduga. Tepat pukul delapan." Lelaki gila di depanku ini terkekeh.

Ketika ia berbicara aku semakin tidak mengerti. Ini ulang tahunku dan mengapa hari ini begitu menakutkan?!

Setelahnya, lelaki yang menyerupai Harry itu mengganti wujudnya menjadi seorang dengan seringai menyeramkan di wajahnya. Matanya yang berwarna biru laut itu terlihat menakutkan. Berbeda dengan milik Niall.

"Ternyata kekuatanmu memang sangat luar biasa." Mendengarnya berbicara membuat kebingunganku bertambah di campur dengan rasa khawatirku yang berlebihan. "Kau bisa membedakanku dengan cepat, walau aku sempat memblokir pikiranmu. Aku terkesan." Tuturnya lagi.

"Apa yang kau inginkan dariku?" Seruku lantang. Kepalaku terasa berkedut memikirkan semuanya.

Aku merasa seperti saraf-saraf yang berada di otakku ingin kembali menyatu mengingatkanku tentang sesuatu. Sambil memegang kepalaku yang terasa sakit, lelaki di hadapanku ini hanya tersenyum dengan penuh kemenangan.

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang