THIRTY-SEVEN

6.7K 858 76
                                    

Maddy terus memaksa Harry untuk menceritakan semuanya. Tentu saja Harry menuruti permintaan itu karena memang sudah waktunya untuk maddy tahu tentang semuanya.

Harry mengatakan kalau Maddy mempunyai dua kepribadian yang sama-sama memiliki kekuatan besar. Tadinya Maddy sempat tidak mempercayai itu semua karena sepengetahuannya, Harry lah yang memiliki kekuatan terbesar di jagad raya ini.

Mendengar hal itu sontak membuat Harry tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya. Ia mengatakan, semua manusia di bumi ini di doktrin untuk mempercayai bahwa kekuatan terbesar berada di dalam Harry. Semua itu di lakukan Harry karena tidak ingin gadis yang ia sayangi itu terlalu banyak di teror.

Mengatakan hal seperti itu tentu saja memiliki dampak bagi Harry juga. Orang-orang yang beranggapan bahwa Harry lah yang memiliki kekuatan terbesar, akan mengincar Harry juga.

"Lalu, untuk apa mereka menginginkanku, Haz?" Maddy bertanya dengan nada yang sangat lembut dan menyisir rambut panjangnya dengan jemarinya.

"Untuk masuk ke kelompok sihir hitam."

Gadis bernama Maddy yang mendengar pun, cukup terkejut mendengarnya.

Saat ini otaknya benar-benar tidak bisa berfikir positif. Ia tidak percaya bahwa di dalam dirinya terdapat dua sifat yang berbeda, dan salah satu sifatnya itu dapat menghancurkan seluruh manusia di muka bumi ini.

"Kalau aku berbahaya, mengapa kau tetap bersamaku?" gadis itu kembali bertanya kepada kekasihnya yang berada di hadapannya saat ini.

"Karena hanya maut yang dapat memisahkanmu dariku."

***

Setelah semua informasi yang Maddy dapatkan. Ia hanya mengurung dirinya di dalam kamar sembari memikirkan cara untuk membebaskan semua orang yang di tangkap oleh para pengikut sihir hitam.

Ia harus menyelamatkan banyak orang yang telah di sandra.
Pengikut sihir hitam akan menangkap pemilik sihir putih untuk dapat meningkatkan sihir mereka. Dan mereka akan memiliki kekuatan besar jika Maddy bisa menjadi salah satu dari mereka, karena Maddy mempunyai dua kekuatan yang besarnya adalah sama.

Para pemilik sihir putih itu di tangkap karena dasar dari sihir mereka yang cukup kuat. Maddy juga ingin menyelamatkan orang tuanya dan Zayn.

Zayn merupakan salah satu orang yang Maddy anggap sebagai kakak laki-lakinya. Sewaktu kecil, Zayn adalah kepribadian yang tertutup sampai akhirnya Zayn mau berbicara banyak dengan orang hanya bersama Maddy.

Setelah itu, Maddy mengenalkan Zayn kepada Harry,Niall,Louis dan Liam sampai akhirnya mereka semua akrab dan menjadi seperti keluarga.

Menuruni ranjangnya, Maddy berjalan membuka pintu kaca yang langsung membawanya pada balkon dengan pemandangan yang cukup indah untuk di lihat.

Di depannya terdapat pagar berwarna silver yang menjujung cukup tinggi, agar orang yang berada disitu tidak terjatuh karena tidak ada pembatas.

Menyenderkan kedua lengannya di atas pagar silver di hadapannya, gadis itu menenggelamkan wajahnya diatantara kedua lengan yang tengah bersandar pada pagar silver itu.

Matanya yang lelah menutup dan ia mengatur nafasnya dengan perlahan, berharap dapat membuatnya lebih baik.

Semburat jingga kini tengah menghiasi bagian barat cakrawala. Angin senja terus menerpa rambutnya dan wajahnya dari selah-selah lengannya.

"Apa aku mengganggu?"

Kembali, Maddy menengakan tubuhnya seperti semula, ia memutar tubuhnya menghadap belakang dan melihat Niall yang tengah membawa dua gelas greentea hangat.

"Kau membawakan greentea untukku?, terimakasih, aku memang menginginkannya." Maddy tersenyum kecil dan menjulurkan tangannya untuk mengambil salah satu gelas dari genggaman Niall.

"Tidak bisa!, kau harus berjanji dulu jika kau mau berbicara denganku" ujar Niall sembari mangangkat keatas dua gelas berisi greentea hangat itu.

"Aku ini monster yang menyerupai malaikat." tutur Maddy diikuti tawa terpaksa yang ia buat-buat.

Niall yang mengerti maksud dari kata-kata Maddy hanya menggeleng kecil dan berjalan memasuki kamar Maddy kembali.

"Angin di luar begitu dingin, kau bisa sakit dan Harry akan membunuhku. Cepat masuk!" teriak Niall dari dalam kamar yang sudah menduduki ranjang Maddy.

Benar apa yang di katakan Niall, Maddy melangkahkan kaki jenjangnya memasuki kamar dan menutup pintu kaca itu dan tidak lupa ia mengunci pintunya.

"Kata-katamu tadi salah total. Kau bukan monster yang menyerupai malaikat. Tetapi malaikat yang menyerupai monster." jawab Niall sambil terkekeh kecil dan memberikan segelas greentea itu pada Maddy.

Maddy duduk bersila di samping Niall dan mulai menyeruput minumannya itu. "Jadi maksudmu, aku memiliki rupa menyerupai monster, begitu?" ujar Maddy dengan nada kesal yang di buat-buat di dalamnya.

"Ya, benar sekali!" tawa Niall pun meledak melihat Maddy yang kesal karena di katainya Monster. Secara tidak langsung, Niall mengejek Maddy jelek.

"Aku tersanjung dengan kata-katamu, you fuckin lil boy"

Niall tidak memperdulikan kata-kata Maddy dan hanya terus tertawa. Melihat itu pun, membuat Maddy ikut tertawa lepas dan sejenak melupakan masalah tentang monster yang berada di dalam dirinya.

***

"What the fuck is going on?"

Spontan berteriak. Mungkin semua orang akan melakukan yang di lakukan oleh Maddy. Pasalnya, keadaan taman belakang rumah Harry, benar-benar seperti kapal pecah.

Louis,Liam dan Harry hanya terdiam dengan lebam yang terlihat jelas di antara tubuh dan wajah mereka.

"Kalian bisa berbicara bukan?, katakan ada apa ini dan mengapa kalian terluka? Dan tunggu di mana Niall?" tanya Maddy bertubi-tubi.

Mereka saling melempar pandangan dan Harry memejamkan matanya berusaha mengobati luka yang terdapat pada dirinya,Louis dan Liam.

"Niall, Niall tertangkap oleh 'mereka', maaf kami sudah melakukan yang terbaik." akhirnya Louis pun angkat bicara.

Maddy terkejut bukan main, ia melangkahkan tubuhnya mundur dan menjambak rambut panjanganya, terlihat seperti seorang yang frustasi.

"Ini salahku."

Kata itu terlontar dari mulut Maddy dengan suara kecil. Mereka, Harry,Liam dan Louis hanya bisa berdiam diri. Pasalnya Niall dan Maddy memang begitu dekat, sampai serinh orang mengatakan jika kekasih Maddy adalah Niall.

Tapi itu tidak mungkin, karena Niall dan Maddy masih mengalir darah yang sama. Entahlah yang pasti mereka tidak bisa menjadi sepasang kekasih. Lagi pula, tidak ada perasaan cinta diatara mereka. Mereka hanya memiliki rasa sayang sesama saudara.

"Ini bukan salahmu, Mads" ujar Harry lembut dan berusaha meyakinkan gadisnya itu.

"Tentu ini semua karenaku!" tutur Maddy lagi dengan butiran air mata yang terus mengalir di pipinya.

***

Yay Oliv ingkar janji waktu itu .__.

Maaf ya, soalnya waktu mau ngelanjut, bagian sifat iblis gue keluar alias males :")

Wdyr about dis chap?, do you like it or nah?

Dont forget to vomments. Gue nerima kritikan asal bahasanya yang sopan ya sayangku. Masalahnya gue juga manusia :") wkwk.

Udah ah byeee

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang