TWENTY-SEVEN

7.1K 943 66
                                    

- Author -

"Jangan mendekat!" Gadis bernama Maddy itu berteriak cukup kencang.

"Hei Maddy, bangun lah. Aku Niall, Maddy!"

Detik itu juga tubuh Maddy terhentak dari posisi berbaring menjadi terduduk dengan nafas yang terengah-engah. Mendongakkan kepalanya keatas dengan perlahan, ia menatap langit-langit kamarnya dengan desahan lega.

"Apa yang terjadi Maddy?" Ujar Niall lembut tetapi tetap terdengar nada khawatir yang tersirat.

"Harry..." Seru gadis itu lirih dan ia menarik kedua kakinya dan membuat wajahnya yang terlihat seperti orang linglung tertutupi karena ia menenggelamkannya diantara kedua lututnya.

Lelaki blonde bernama Niall yang mengerti dengan keadaan Maddy pun bergegas menghubungi Harry melalui ponselnya.

Setelah menguhubungi Harry, Niall masih terfokus melihat gadis yang berada di hadapannya ini. Ia tahu betul bahwa telah terjadi sesuatu yang membuat gadis yang tengah ia pandang mengalami hal seperti ini. Ia juga tahu betul, cepat atau lambat gadis yang ia anggap sebagai kakaknya itu akan mengetahui semuanya.

Setelah 15 menit berlalu, terdengar suara pintu terbuka kencang yang membuat Niall serta Maddy melirik ke asal suara itu.

Harry yang masih terpaku melihat raut wajah kekasihnya itu sembab, dengan cepat mengembalikan lamunannya dan menghampiri Maddy yang tengah menghapus air mata yang mengalir di pipinya.

"Apa yang---" belum selesai Harry melontarkan pertanyaan, ia langsung merengkuh tubuh Maddy yang terlihat semakin kurus itu.

Melihat apa yang terjadi, Niall segera keluar dari ruangan ini dan menutup pintu kamar Maddy perlahan.

Berada di pelukan Harry membuat perasaan Maddy yang ketakutan cukup teratasi. Sampai saat ini pun Harry belum melanjutkan pertanyaannya. Ia lebih memilih diam dan menenangkan kekasihnya itu.

"Aku melihat seperti rekaman di sana," Tiba-tiba saja Maddy membuka suara dan menunjuk ke langit-langit kamarnya menggunakan jari telunjuknya.

Mendengar pernyataan Maddy hanya membuat Harry terdiam dan menghirup dalam aroma rambut Maddy yang berbau manis vanilla.

"Rekaman itu mengerikan Harry." Serunya lagi dan semakin merapatkan tubuhnya yang dua kali lipat lebih kecil dari Harry.

Selama beberapa saat mereka terhanyut oleh pikiran mereka masing-masing. Harry memilih diam karena tanpa di jelaskan pun, ia sudah mengetahuinya melalaui gambaran dari pikiran Maddy.

"Bagaimana mulai malam ini kau tidur di kamarku?, tenang saja aku akan tidur di sofa dan tetap dapat mengawasi kau." Begitulah tawaran yang di luncurkan dari mulut Harry.

Maddy hanya mengangguk dan mulai membuka suaranya lagi. "Aku tidak mau kau tidur di sofa," Harry mengerinyitkan matanya dan tetap mengusap pelan rambut kekasihnya itu. "Aku mau kau tetap di sampingku sama seperti saat ini" Lanjut gadis bernama Maddy itu dan Harry mengangguk setuju.

***

Melihat Harry yang membawa sepiring fettuccine dengan siraman cream susu dan segelas air mineral membuat Maddy mendengus pelan. Pasalnya ia tidak merasa lapar sama sekali untuk saat ini.

"Kau harus makan, tidak ada penolakan!" Harry yang membaca pikiran gadis di hadapannya ini langsung melontarkan kata-kata dari mulutnya dan duduk di samping Maddy.

Setelah itu Harry menyodorkan sepiring fettuccine itu di tangan Maddy. "Kau harus memakannya karena aku sudah meluagkan waktu untuk membeli makanan ini." Tuturnya dengan nada yang datar.

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang