FIVE

10.3K 1.2K 20
                                    

Perbincangan kami terus berlanjut dan semakin seru dengan candaan Kim yang garing membuat Aimee mengoloknya terus. Aku yang mendengarnya hanya tertawa. Kurasa perutku sudah tidak kuat menahan tawa ini.

Kabar gembira membuatku menjadi semangat untuk sembuh.
Aimee dan Kim akan kuliah di universitas yang sama denganku.

Saat ini Aimee dan Kim sedang sibuk dengan telephone genggam mereka masing-masing.
Dari percakapan yang aku dengar,mereka sedang membicarakan tentang kepindahan mereka ke London, entahlah aku begitu jelas mendengarnya.

Terkadang aku tersenyum geli, ketika membaca sebuah dongeng yang bertuliskan jika seorang yang tengah sakit hanya bisa di sembuhkan dengan mengorbakan se-ekor hewan untuk di persembahkan atau jika penyakit itu parah harus mengorbakan seorang manusia. Hah!

Walaupun kami semua hidup di dunia sihir, bukan berarti untuk menyembuhkan penyakit membutuhkan persembahan berupa hewan ataupun manusia.
Ketika sakit, tetap rumah sakit itu diperlukan beserta obat-obatan itu semua.

Apakah hanya aku yang hidup di dunia sihir tetapi tidak memiliki kekuatan apapun?
Setidaknya banyak yang tidak memiliki kekuatan sihir tetapi ketika mencapai umur 10 tahun rata-rata mereka semua menemukan kekuatannya, walaupun hanya kekuatan yang tidak terlalu besar.

Tetapi aku berbeda, hingga sekarang umurku yang berjalan 19 tahun belum satu kekuatan apapun yang aku dapatkan.

"Hey!, kau ini melamun saja. Siapa yang mengarungi pikiranmu hingga melamun seperti itu?
Atau jangan-jangan kau memikirkan Harry?" Ledek Aimee sambil mengedipkan sebelah matanya. Dia bilang aku memikirkan Harry? Yang benar saja, mengapa harus lelaki itu!

"Oh God, kau menyukai Harry?, sudah lama aku tidak melihatmu jatuh cinta. Kukira kau sudah tidak bisa membuka hati lagi" ujar Kim menambahkan. Aku benar-benar tidak habis pikir dengan mereka yang menganggapku jatuh cinta pada lelaki dengan wajah selurus jalan tol.

"Tidak!, aku tidak memikirkannya. Aku hanya sedang memikirkan mengapa kalian berdua begitu menyebalkan" jawabku dengan nada yang kubuat-buat.

"Aku harus pulang" ujar Aimee dan Kim bersamaan. Aku yang mendengarnya menjadi terkejut karena suasana yang sebelumnya sunyi dan mereka berdua memecah keheningan itu dengan kencang.

"Kemana kalian pergi?, Harry belum kembali" ujarku dengan panik. Sungguh aku tidak suka rumah sakit. Aku tidak memiliki kejadian yang tidak mengenakan dengan rumah sakit.m

"Aku harus mengurus kepindahanku, dan sepertinya Aimee juga" jawab Kim cepat dan dibarengi dengan anggukan Aimee. Mereka berdua dengan cepat membereskan barang-barang mereka dan memasukannya ke dalam tas.

Aku yang melihatnya hanya diam dan berharap Harry segera kembali.
Dimana dia sekarang, aku tidak mau sendiri tetapi aku tidak mungkin memaksa Aimee dan Kim untuk menemaniku terus. Aku tau mereka harus mengurus kepindahannya dan itu satu-satunya cara agar aku memiliki teman di kampus.

Tidak lama setelah itu pintu kamar ini terbuka dan nampaklah lelaki dengan kaus hitam dan berjalan masuk.

"Kurasa Harry sudah datang, aku dan kim harus pergi. Sampai jumpa lagi di kampus" ujar Aimee cepat dan menarik lengan Kim untuk segera pergi. Tidak lupa mereka memelukku sebelumnya.

Aku mendengus lega melihat Harry sudah pulang yang menandakan aku tidak sendiri di tempat ini.
Ia berjalan ke arahku dengan tampang yang tidak bisa ku tebak.

"Aku menyuruhmu memakan makanan itu bukan?, mengapa kau belum menyentuhnya sedikit pun?" Dia menatapku tajam dengan kedua tangannya yang ia silangkan di dadanya.

"Aku tidak lapar"

Aku menjawab dengan cepat. Memang aku tidak lapar dan aku lupa kalau aku belum memakan makanan apapun.

"Kau mau menjadi semampai?" Lelaki itu bertanya dengan salah satu alis matanya terangkat dan mengambil piring yang masih utuh.

Setauku semampai adalah gadis cantik, dan langsing.
Tentu saja aku mau bagaimana bisa dia menanyakan itu padaku.

"Semampai yang ku maksud bukan itu" ujarnya cepat dengan wajahnya yang mengarah ke arah lain.

Aku hanya menatapnya bingung. Menatap dengan artian yang menunjukan aku tidak mengerti semampai apa yang dia maksud.

"Semampai yang ku maksud adalah semeter tak sampai" jawabnya dengan datar dan menarik bangku yang sebelumnya di pakai oleh Kim.

Aku menatapnya kesal. Secara tidak langsung ia mengataiku pendek. Aku merasa aku tinggi walaupun tetap lebih tinggi dia.
Enak saja ia berkata kalau aku ini semampai atau semeter tak sampai.

"Kalau begitu cepat makan" ujarnya cepat dan mengarahkan arah sendok yang berisi makanan itu kearah mulutku.
Dia berusaha menyuapiku.

Aku terus mengelak mengatakan bahwa aku sama sekali tidak lapar dan hanya ingin minum. Namun akhirnya aku tetap memakan makanan itu karena aku kalah debat dengannya.

"Kapan ibuku pulang?" Tanyaku disela-sela aku yang mengunyah makananku.

Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya dan memperingatiku agar menelan makanannya terlebih dahulu.
Ia berkata bahwa ibuku baru akan pulang besok dan aku senang ketika ia memberitauku bahwa besok aku bisa pulang dari rumah sakit.

"Kau menginap disini malam ini bukan?" Aku meneguk segelas air yang ada di genggamanku dan berharap lelaki itu akan mengatakan iya

"kurasa begitu"

Setelah itu aku merasa mengantuk dan memejamkan kedua mataku dan segera pergi ke alam mimpiku.

Sebelumnya aku mendengar seseorang yang ku rasa adalah Harry mengucapkan selamat malam.

***
Hei hei hei, tadinya blm mau di update cuma tangan undah pengen update.
Maaf kalo ada yang typo maklum, sebutannya aja miss typo.
Oh iya kalo ada yang bingung sama cerita ini, nanti di setiap chapter bakal dijelasin.

Makasih yang udah baca jangan lupa vomment (⌒▽⌒)

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang