TWENTY-ONE

7.9K 958 23
                                    

Terbangun dari tidur membuatku merasa haus. Kali ini bukan mimpi yang indah dan aku merasa mimpi itu seperti nyata.
Di dalam mimpi itu terlihat seseorang dengan jubah hitam seperti waktu itu sedang mengejarku dan aku langsung terbangun dari tidur nyenyakku.

Berjalan perlahan menuruni tangga untuk segera mendapatkan segelas air untuk melepas dahagaku.
Rumah yang berukuran sangat besar ini terlihat sedikit menyeramkan jika sepi seperti ini.

Aku berjalan sembari mencari saklar lampu untuk menerangi dapur ini.
Setelah menyalakannya aku langsung menyambar gelas yang berada di atas meja dan segera menuangkan air kedalamnya.

Air yang berada di dalam gelas ini sedikit demi sedikit mulai berkurang dan habis.
Aku mendesah lega karena rasa dahagaku telah sirna.

Menaruh kembali gelas yang selesai kupakai, aku merasa sesuatu mengalir dari hidungku.
Aku mengusapnya dengan jari-jariku dan terdapat cairan merah kental.

Melihat tissue yang berada di atas meja membuatku langsung mengambil banyak tissue dan segera membersihkan cairan itu.

"Maddy?"

Saat masih berkutat dengan tissue dan darah yang masih mengalir dari hidungku, dengan refleks aku memalingkan wajahku ke asal suara itu dan berdirilah Harry yang tengah memandangku dengan wajah yang semula biasa menjadi terkejut melihat banyak darah yang mengalir.

"Oh, hi Harry, ada apa?" Aku berusaha biasa saja sambil tetap berusaha menghambat aliran darah yang masih keluar dari hidungku.

Tanpa sepengetauanku dan tanpa menjawab pertanyaanku , Tiba-tiba saja Harry membopongku dan membawanya keluar dari dapur.
Ia membawaku ke kamarnya dan menjatuhkanku perlahan di kasur empuk miliknya.

Kali ini Harry duduk di sampingku dan mengelus perlahan pipiku dengan tangannya.
Aku yang masih sibuk dengan darah yang masih mengalir merasa senang sekaligus terkejut melihat darahku yang berhenti mengalir dan sekitar hidungku telah bersih dari noda darah.

"Mengapa kau terbangun?" Tanyanya sambil mengelus pelan dahiku.

"Nightmare" Ujarku singkat dan Harry hanya mengangguk. Mungkin ia mengetaui bagaimana gambaran mimpiku itu karena aku terus memikirkan mimpi itu dan ia memiliki kempampuan membaca pikiran bukan?

Kali ini aku merasa kantuk menghampiri diriku lagi.
Mataku kembali terpejam dan mulai memasuki alam mimpi.

"Apa akan semakin buruk?"

Sayup-sayup aku mendengar Harry berbicara, sepertinya ia sedang menghubungi seseorang.

"Tentu bisa, namun itu semua akan kembali lagi sampai semuanya terbuka bukan?"

Lagi aku mendengar perbincangannya yang membuatku mati penasaran.
Namun terkutuklah rasa kantukku yang tidak bisa di toleransi dan akhirnya aku benar-benar lelap.

***

Terbangun dengan kondisi kesehatan tidak baik merupakan hal paling menyebalkan.
Hari ini aku terserang flu dan itu membuat suraku menjadi seperti katak.

Selesai membersihkan diriku dengan air hangat, aku mengenakan pakaian hangatku dan melangkah keluar dari kamar mandi.

"Rupanya nona pemalas sudah bangun, huh?" Aku yang tengah berjalan ke arah kamarku mendapati Harry yang tengah membawa secangkir minuman hangat yang terlihat dari uap yang muncul dari balik cangkir itu.

Memang untuk kali ini aku merasa terlalu lama tidur. Bayangkan saja aku baru bangun saat jarum jam menunjukan pukul satu siang.

"Menurut kau bagaimana?" Jawabku malas dengan suaraku yang berdengung dan ini terasa menyebalkan.

"Suara yang kau hasilkan begitu menggoda." Ujarnya jail dan menatap ke arahku dengan senyumannya yang mengerikan itu.

"Benarkah? Aku tersanjung" Aku menjawabnya dengan nada yang sassy dan mengambil langkah kecil untuk memasuki kamarku.

"Kau belum makan siang apalagi sarapan bukan?" Menoleh ke belakang, ternyata Harry mengikutiku masuk ke dalam kamarku.

Sebagai jawaban aku menganggukan kepalaku dan mengambil sisir yang terletak di atas meja rias.
Memiringkan rambutku, aku mulai menyisir rambut pajangku dengan kesal karena hari ini aku mendapatkan bad hair day .

"I hate my hair fucking much." Gerutuku kesal sambil menyisir dengan tidak sabaran.

Namun dengan tiba-tiba, sisir yang aku gunakan sudah di ambil alih oleh Harry.
Sekarang aku menatap ke arahnya melalui pantulan cermin rias ini.

"Apa yang--" Aku memutus ucapanku yang ingin memprotes Harry namun disaat itu juga ia mengambil rambutku kebelakang.

Perlahan ia menyisir rambutku yang kusut ini dengan telaten.
Tidak membutuhkan banyak waktu, rambutku kembali terasa halus ketika Harry menyisirnya.

"Kalau kau terus menyisir rambutmu seperti itu, aku yakin sampai akar rambutmu pun akan terlepas." Harry menaruh kembali sisir yang tadi ia gunakan untuk menyisir rambutku di atas meja rias.

"Terimakasih." Ujarku sambil menyisir rambutku dengan jari-jariku.
Benar saja rambut panjangku yang semula kusut menjadi halus kembali.

"Aku ingin makan di luar, dan kau harus ikut. Tidak ada penolakan dengan alasan kenyang." Aku mendengus kesal mendengar nadanya yang dingin dan susah di tolak itu kembali lagi ke dirinya.

***
Suasana di dalam restaurant terasa tenang dengan suara musik klasik yang menghiasi.
Kembali aku memainkan ponselku dan menatap ke arah luar.
Hamparan salju yang menutupi pinggir jalan membuatku ingin bermain bola salju.

Pesanan aku dan Harry pun datang.
Menaruh ponselku, segera aku beralih ke sendok dan garpu di depanku.

Sebenarnya aku tidak terlalu lapar namun kalau aku menolak, wajah datar dan dingin milik Harry akan membuatku mati kutu.

Tidak lama setelah kami selesai menyantap makanan kami. Seorang lelaki yang tidak aku kenal menghampiri aku dan Harry.

"Untuk apa kau kemari?" Harry mengeluarkan nada datar dan dingin saat lelaki itu mendudukan dirinya di kursi sebelah Harry.

"Oh ayolah, begitukah kau menyambut teman lamamu?" Lelaki itu berucap dengan nadanya yang terlihat menyebalkan.
Saat melihatnya pun aku sudah merasakan perasaan waspada.

"Dan, inikah gadis yang sedang di perebutkan itu?" "Bagaimana kalau gadis cantik ini untukku dan kau akan menjadi petinggi sihir di seluruh dunia ini?, mudah bukan cara yang ku tawarkan?"

Ucapan lelaki yang kurasa umurnya tidak jauh dari Harry itu membuatku menjadi penasaran dan takut.
Apa maksud dia?

"Bukan dia gadis yang kau cari, ia tidak memiliki kekuatan apapun" Harry menjawabnya dengan datar dan terus menatap ke arahku seakan ia tidak mau aku lepas dari pandangannya.

"Benarkah?, apa benar kau tidak memiliki kekuatan sihir?" Tanyanya kearahku. Tentu aku menjawabnya dengan anggukan karena ucapan Harry itu benar.

Saat itu juga cairan merah kental dari hidungku mengalir lagi seperti semalam.
Dengan cepat Harry menghampiriku dan membopongku keluar meninggalkan lelaki aneh tadi.

Di dalam mobil Harry kembali menggunakan sihirnya untuk menghentikan aliran darahku dan darah itu kemudian menghilang.

Saat kami pergi untuk makan, kami di antar oleh supir pribadi Harry.
Di kursi penumpang, aku dan Harry saling diam dan tidak ada yang membuka suara sama sekali.

"Apa maksud lelaki itu Harry?" Ujarku memecah keheningan namun nada suaraku tersirat ketakutan.

Harry hanya diam dan aku memalingkan wajahku ke arah jendela karena tidak mendapatkan jawaban dari Harry.

"Jangan di pikirkan" Harry membawaku kedalam pelukannya.

Kali ini aku memeluknya kembali dan membenamkan wajahku ke dadanya.

Sebenarnya ada apa?
Aku berharap semuanya baik-baik saja

***

Hi hi, chap kali ini lumayan lah panjang wkwk.
Oh ya , gue ada ff baru judulnya rules http://w.tt/1cb1Yaz . Dibaca ya wkwk *promosi.

Makasih yang udah baca jangan lupa voments :*

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang