TWENTY-SIX

6.9K 908 23
                                    

Utuh. Itulah yang terlihat di atas piring berwarna putih di depanku. Entah mengapa, nafsu makanku benar-benar buruk saat ini. Rasa lapar di perutku seolah pergi ke bagian dunia lain dan tidak dapat di temukan.

Semakin bertambahnya hari, tubuhku semakin terlihat kurus dan kurang bertenaga. Aku merasa begitu buruk, sangat buruk.
Omelette yang menjadi makan pagiku kali ini berakhir dengan mengenaskan karena makanan itu hanya ku potong-potong lalu ku tekan-tekan sehingga bentuknya persis seperti makanan kucing.

"Mengapa kau mengacak-acak makanan yang tidak berdosa itu?"

Lamunanku seketika buyar mendengar suara khas milik lelaki berambut blonde itu. Ku tatap dirinya yang tengah membawa sepiring omellete yang sama seperti makananku.

"Makanlah Maddy, aku tidak mau memiliki seorang kakak yang kurang gizi. Itu sungguh memalukan!" Mendudukan dirinya di kursi sebelah kananku, Niall menaruh piringnya yang masih berisi makanan itu di meja.

Mendengar ucapannya yang masih terdengar nada humor membuatku menggelengkan kepala seraya tersenyum kecil.

"Aku tidak mau makan, Niall!" Seruku sambil terus mengacak-acak makananku.

"Kalau begitu apa mau kau Maddy?" Tanya Niall yang mulai menyendokan makanannya.

"Mungkin bermain game terbaru di ponselku. Aku ingin memainkannya kembali."

Setelah mendapatkan ide untuk melakukan sesuatu. Aku meninggalkan Niall beserta makananku di meja menuju ruang santai untuk mengambil ponselku.
Teringat dengan game yang baru saja aku download, aku berniat untuk memainkannya.

***

Sudah hampir satu jam lamanya aku masih terus memainkan game dari ponselku. Saat ini rasa bosan terus menghantuiku. Apa pun yang ku lakukan, tidak ada yang dapat melenyapkan rasa bosan itu.

Untuk saaat ini, Harry melarangku untuk kuliah. Sempat aku menolak dan tetap ingin pergi kuliah karena menurutku dirumah saja itu sangat membosankan. Namun lelaki keriting itu berkata lain dan tetap tidak mengizinkanku.

Merasa bosan berada di atas sofa selama kurang lebih satu jam, aku bermaksud untuk berjalan-jalan mengelilingi rumah ini, walaupun hampir setiap sisi rumah ini sudah aku lihat.

Berjalan melewati ruang makan, meja makan yang sebelumnya berantakan sekarang sudah kembali rapi.
Kembali menyusuri rumah ini, aku terkekeh melihat foto-foto Harry saat masih kecil yang terpampang di atas lemari hias.

Ku ambil frame foto berwarna cokelat yang terdapat foto Harry sedang mengacungkan ibu jarinya. Ternyata lelaki berwajah dingin itu terlihat begitu menggemaskan saat ia berumur sekitar lima tahun. Ketika aku memperhatikan suasana foto itu, aku seperti tidak asing. Kembali memperhatikan suasana dalam foto itu, aku berusaha memutar otak untuk mengingat sesuatu namun hasilnya gagal.

"Mengapa kau tidak memakan makananmu, huh?"

Terlonjak karena terkejut, hampir saja aku menjatuhkan frame yang aku pegang. Ku putar tubuhku menuju asal suara itu.

"Tidak selera?" Jawabku yang terlihat seperti pertanyaan dan kembali menaruh frame foto itu ke tempat asal.

Setelah mendengar pernyataanku, lelaki bernama Harry itu berjalan meninggalkanku.
Melihatnya meninggalkan ruangan ini membuatku kesal. Setahuku jika seorang gadis yang notabennya adalah seorang kekasih tidak mau makan, maka lelaki itu akan membujuknya dan aku?, tentu saja di tinggalkan!

Dengan kesal, aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku di lantai atas. Sampai sekarang pun, aku masih menggerutu tentang sikap Harry yang di luar imajinasiku.

Di dalam kamarku masih terdengar suara tv menyala dan ku pastikan, aku lupa mematikannya tadi.
Setelah dekat dengan kasur, segera saja aku merebahkan diri diatasnya.

Menatap langit-langit kamar ini sambil berdiam diri, hanya itu yang bisa aku lakukan sekarang.

Saat kedua bola mataku melihat ke atas langit-langit kamar, aku seperti melihat gambar bergerak yang samar-samar. Aku yang terkejut semakin memfokuskan diri melihat ke arah langit-langit kamar yang seperti rekaman sebuah video.

Masih tidak mengerti dengan semua ini, namun aku tetap menatap rekaman yang samar-samar itu. Terlihat disana seorang gadis kecil yang sedang bermain dengan bocah lelaki.

Semakin aku memperhatikan, aku merasa ingat sesuatu. Kedua bocah tersebut berlarian mengitari sebuah taman.

Melihat sesuatu seperti rekaman itu membuatku tersenyum dengan tingkah kedua bocah yang terlihat sangat bergembira itu. Namun rekaman tersebut terganti oleh sesosok bayangan hitam yang menyeramkan.

"AAAAA..., siapa pun itu tolong!" Teriakku dengan nyaring sambil menutup kedua mataku dengan kedua telapak tanganku dan berusaha menghapus ingatanku tentang bayangan hitam menyaramkan itu.

***

Maaf chap ini aneh atau gimana :(, tapi semoga suka ya.

Makasih juga yg udh mau baca ff ini dari votesnya 0 dan sekarang votesnya udh sampe 2k+, Ty so much :*

Photograph [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang