15. Maaf

311 36 6
                                    

Hamparan langit kota Sokcho di malam hari terlihat sangat indah karena taburan bintang yang bersinar terang. Suara deburan ombak sudah menjadi ciri khas dari kota kecil nan indah ini. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Pertemuan Seokjin beserta kolega bisnisnya yang lain baru saja selesai. Tentu Pria tampan itu tak sendirian. ia bersama seorang sekretaris andalan sekaligus tangan kanannya yang bernama Jang Kangjoon. Walau beliau sudah berusia empat puluh tahun namun kerjanya sangat bagus. Bahkan Seokjin merasa tak berdaya jika pria ini benar-benar memutuskan resign. Banyak dari mereka yang memutuskan untuk menginap satu hari di vila ini karena merasa terlalu malam jika mengambil perjalanan pulang. Begitu pula dengan Kangjoon yang memilih pulang besok karena ingin menikmati indahnya pantai kota Sokcho. Tentu semua sudah mendapat izin dari Seokjin. 

Sebelum kembali ke rumah. Seokjin memutuskan untuk berbincang sejenak dengan Jang Kangjoon di kamarnya. Mereka berdua tampak sangat akrab sembari membicarakan banyak hal. Untuk kali ini Seokjin memilih untuk menghindari minuman beralkohol karena ia harus  menyetir sendiri sampai ke Seoul. Sebenarnya ia memiliki sopir pribadi. Hanya saja anak buahnya itu meminta izin cuti sehari karena hari ini adalah hari ulang tahun putrinya yang seumuran dengan Hyunjin. Jika sudah menyangkut tentang anak Seokjin tak bisa untuk tak memberi izin. 

"Paman, apa kau yakin dengan keputusanmu? Bagaimana jika kau tunda dulu? Aku merasa berat melepasmu," pinta Seokjin seraya memakan kudapan yang ada di meja. 

"Aku tak bisa menundanya lagi, Seokjin-ah. Perkebunan stroberi peninggalan ayahku harus ada yang mengelola. Hanya itulah yang bisa aku lakukan sebagai baktiku terhadap orang tua. Itu permintaan mendiang ayahku. Aku pun juga merasa berat meninggalkan perusahaan. Aku bekerja disana dari masih menjadi perusahaan kecil sampai berkembang sebesar ini," jelas Kangjoon dengan perasaan sedih. Mengingat ia yang menemani Seokjin dari bawah untuk mengelola perusahaan.

"Begitukah? Lalu apa yang harus aku lakukan jika kau pergi paman? Aku tak yakin bisa menemukan sekretaris sebagus dirimu." 

"Kenapa kau harus bingung, Seokjin-ah? Serahkan semua ke HRD. Kau pemimpin perusahaan tak perlu memikirkan hal seremeh itu. Aku yakin di luar sana banyak sekali generasi muda Korea yang memiliki potensi yang luar biasa. Jangan khawatir, aku akan membimbing sekretaris baru sebelum resign."

Seokjin tak bisa berkata-kata lagi jika memang itu sudah keputusan dari Jang Kangjoon. Mau bagaimanapun sekretarisnya itu adalah orang yang jauh lebih tua darinya. Jadi sebagai yang lebih muda ia harus menghargai dan menghormati. Hanya satu harapan Seokjin. Semoga saja ia mendapat pegawai baru yang kinerjanya sehebat Kangjoon. Alhasil, percakapan berlanjut dengan bahasan yang ringan. Sekedar membicarakan kehidupan sehari-hari terlebih tentang anak istri. Dan tak terasa sudah hampir satu jam Seokjin menemani Kangjoon mengobrol. Ia harus segera pulang karena hari sudah hampir tengah malam. 

"Paman, aku harus pulang," ujar Seokjin sembari mengambil tas kerjanya yang tergeletak di sofa putih. 

"Apa tak lebih baik kau menginap saja dan melanjutkan perjalanan besok pagi bersamaku?" ajak Jang Kangjoon. 

"Tidak paman. Aku ingin pulang malam ini. Aku sangat merindukan istriku," jawab Seokjin dengan senyum manisnya. 

"Begitulah jika memiliki istri yang sangat cantik," goda Kangjoon yang hanya dibalas dengan kekehan kecil BaekSeokjin. 

Dengan langkah santai Seokjin berjalan menuju parkiran untuk menemukan mobilnya. Sebuah SUV putih berteknologi canggih sudah tertata rapi di antara mobil-mobil yang lain. Perasaan rindu terhadap anak sekaligus istri membuat Seokjin nekad untuk pulang dan mengabaikan rasa lelahnya. Tak ada tempat lain yang terindah di dunia ini bagi seorang suami kecuali anak dan istri. Untuk memecah kesunyian sekaligus sebagai teman perjalanan. Pria tampan itu mendengarkan lagu dari band favorit, Coldplay. Paradise, menjadi lagu pertama yang menemani perjalanan jauhnya. 

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang