Sebuah fenomena tak masuk akal sedang menimpanya sekarang. Tak pernah terbayangkan oleh Seokjin bahwa ternyata hal seperti ini memang ada. Layaknya adegan film atau drama yang ia tonton bersama sang istri belakangan ini. Hembusan napas panjang yang ia keluarkan sebagai pertanda bahwa pria berparas tampan itu sudah pasrah mengalami semua hal konyol. Dalam diam dengan raut wajah dan mata yang penuh keputusasaan, Seokjin memandang dirinya dalam wujud Namjun di depan kaca yang besar. Sejengkal demi sejengkal ia memperhatikan penampilan fisik sang sahabat. Tubuh Namjun memang sempurna tak heran jika banyak mahasiswi yang menyukainya. Selain itu, ia juga mulai menyadari bahwa kejadian luar biasa ini adalah murni kesalahannya karena sudah menentang Tuhan. Bisa disimpulkan ini adalah sebuah hukuman. Lalu setelah ini apa yang bisa ia lakukan? Baek Seokjin mengusap kedua wajah Namjun sebagai bentuk ketidakberdayaannya. Ditambah lagi ia tak tahu dimana jiwa sang sahabat kala tubuhnya sudah ia ambil alih.
Dering ponsel di atas nakas tiba-tiba membuyarkan kekalutan suami Park Hana itu. Awalnya Seokjin berusaha mengabaikan panggilan itu dan hanya berniat untuk melihat siapa yang menghubungi Namjun. Sayangnya, pikiran Seokjin berubah kala melihat nama sang ibu mertua tertera di layar ponsel sang sahabat. Awalnya Seokjin kebingungan karena ponsel Namjun terkunci dengan sidik jari. Namun, kecerdasan yang suami Hana itu punya membuat ia cepat berpikir bahwa hal ini bukan sebuah masalah. Seokjin bisa menggunakan sidik jari sahabatnya secara langsung. Ingat, ia sekarang ada di dalam raga mantan kekasih istrinya. Berhasil. Kunci ponsel Namjun terbuka dengan mudah akan tetapi ada satu fakta yang menohok ayah Hyunjin itu. Di wallpaper ponsel sang sahabat terpampang foto Park Hana yang sedang tersenyum manis dari kejauhan.
“Ternyata kau masih mencintai Hana, Namjun-ah,” gumam Seokjin yang diselubungi rasa sedikit cemburu dan tak rela. Karena panggilan dari ibu istrinya lebih urgen. Seokjin berusaha mengabaikan hal-hal tak penting perihal foto istrinya di ponsel Namjun. “Yoboseyo,” jawab Seokjin sesantai mungkin. Ajaibnya, suara yang keluar dari tenggorokan bukanlah suaranya sendiri melainkan suara dosen muda itu.
“Namjun-ah, maaf mengganggumu saat dini hari seperti ini. Apa kau belum tidur?” tanya Minyong dengan suara lembut dan penuh kasih sayang.
Jujur, Seokjin juga merindukan suara ini. Semua kenangan yang ia lalui bersama sang ibu mertua yang baik tiba-tiba terputar kembali di kepalanya. Seokjin begitu ingat bagaimana ketulusan dan kasih sayang ibu Hana kepadanya. Bahkan, Seokjin merasa bahwa cara mertua memperlakukan dirinya melebihi ibunya sendiri. Ia merasakan kenyamanan dan ketenangan di samping Minyong. Ada sedikit rasa sakit di tenggorokan ayah Hyunjin itu akibat menahan tangis yang tak bersuara. Iya, entah kenapa dadanya sesmakin sesak serta air mata yang bercucuran hanya sekedar mendengar obrolan dari sang ibu mertua.
“Aku belum tidur bibi, ada yang perlu aku bantu?” jawab Seokjin.
“Hari ini aku tak bisa mengantar Hyunjin berangkat sekolah. Ada urusan mendesak yang harus aku urus di rumah sakit. Jadi, bisakah kau mengantar Hyunjin sekolah hari ini? Maaf jika kesannya aku merepotkan. Seingatku arah kampus tempat kau mengajar dan sekolah cucuku satu arah. Bagaimana, apa kau bisa? ah, tentu aku tidak memaksamu jika memang tak ada waktu,” ujar Minyong panjang lebar.
“Aku bisa, Bibi. Apapun jika itu untuk kepentingan Hyunjin dan Hana aku akan melakukannya.” jawab Seokjin tanpa ragu. Mendengar hal itu tentu membuat Minyong sangat lega.
“Hah, syukurlah. Aku lega mendengarnya. Sekali lagi terima kasih banyak, Namjun-ah. Aku akan membalas budi padamu suatu saat.” ujar Minyong.
“Jangan berkata seperti itu, Bibi. Hana sudah aku anggap keluarga sendiri tentu aku akan melakukan yang terbaik untuknya.”
“Sekali lagi terima kasih, Namjun-ah.”
Usai mengatakan ucapan terima kasih Minyong pun mengakhiri pembicaraan dan menutup telepon dengan sopan. Batin Seokjin mulai bergejolak serta campur aduk. Entah apa yang ia harus rasakan sekarang. Rasa bahagia atau rasa sedih. Pria bermarga Baek itu merasa bersyukur karena memiliki kesempatan lagi untuk menjaga istrinya, Park Hana. Namun, ia menyadari suatu hal bahwa semua ini hanyalah tipu-tipu. Dalam diam menatap lukisan Van Gogh - Starry Night yang terpajang rapi di dinding yang putih. Seokjin menghela napas panjang dengan banyak pikiran yang berkecamuk dalam pikirannya. Pandangan tajamnya kini beralih pada cermin besar yang masih berdiri tegak di sebelah lukisan yang berasal dari Belanda itu. Ia mulai beranjak dari pinggiran ranjang dan berjalan selangkah demi selangkah menuju pantulan bayangannya. Langkahnya pun terhenti kala jarak tubuhnya dengan cermin hanya terpaut beberapa senti.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN (MARRIAGE LIFE)
FanfictionNomor urut peserta : 001 Tema : Marriage Life AMAZING COVER BY @GENIUS__LAB Baek Seokjin dan Park Hana adalah sepasang suami istri yang memiliki kehidupan rumah tangga yang harmonis dan bahagia. Namun, kebahagiaan yang mereka susun selama sepuluh ta...