47. Empat Mata

118 18 18
                                    

"Istri itu memang ibarat perhiasan bagi suaminya. Yang begitu berharga dan bernilai tinggi. Semua wanita akan memiliki value luar biasa di mata orang lain jika berada di tangan lelaki yang benar. Tapi sayangnya, banyak wanita zaman sekarang yang menjatuhkan nilainya sendiri demi pria yang tidak benar. Apalagi menyerahkan semuanya demi pria yang masih memiliki istri dan anak. Apa perempuan sekarang memang semurah itu, Jung Hyeri-ssi?" ujar Hana seraya melihat Hyeri dengan seksama. Sontak pertanyaan tak terduga ini membuat Hyeri terkejut terlebih Seokjin yang terbatuk karena shock. Suasana yang tadinya sedikit rileks kini agak sedikit tegang di antara yang lain.

"Ye? tanya Hyeri kaget. "Kenapa Nyonya Park menanyakan hal ini padaku?" tanya balik Hyeri sebagai pembelaan. Ada raut ekspresi marah di wajahnya yang cantik namun Hyeri berusaha untuk tetap tersenyum pada istri Seokjin ini. Berbeda lagi dengan perasaan pria berbahu lebar itu yang mulai tak enak. Entah kenapa ia merasa Hana yang sekarang tak seperti yang ia kenal. Sedikit terasa menakutkan atau bisa saja itu hanyalah perasaannya saja karena apa yang ditanyakan sang istri seolah ada hubungannya dengan dirinya dengan Hyeri.

"Tidak ada. Hanya saja, aku melihat kau lebih pendiam hari ini. Apa kau ada masalah atau hal serius yang kau pikirkan?" tanya Hana yang ekspresinya berbalik menjadi lebih ramah daripada sebelumnya walau masih terasa hening selama beberapa detik. Namun, ketegangan yang ada diantara mulai mencair karena Seokjin yang tiba-tiba angkat bicara.

"Yak, kalian kenapa malah diam saja. Ayo, habiskan semua masakan istriku."

Berkat instruksi dari Seokjin suasana jadi lebih kondusif walau Hana dan Hyeri masih saling berpandangan. Tak ada orang lain yang sadar kecuali mereka berdua dan Seokjin tentunya. Dua wanita ini seolah siap berperang demi membela harga dirinya masing-masing. Hana seolah tak gentar dengan pandangan Hyeri yang begitu menusuk di depannya. Wanita itu malah tersenyum, mengambil sepotong mandu, dan meletakkan makanan itu ke dalam mangkuk kekasih gelap suaminya.

"Makanlah, sebagai sekretaris dan pendamping suamiku. Kau harus tetap menjaga kesehatan sampai event di Jeju dimulai, benar kan?" ucap Hana dengan senyum termanisnya.

Tetapi di mata wanita bermarga Jung itu ucapan Hana terkesan seperti penghinaan. Pendamping suami? entah di telinga Hyeri pun kalimat ini seperti ada dua makna. Ambigu. Pendamping dalam hal pekerjaan atau hal lain? lama-lama ia begitu muak dengan kehadiran Hana di kantor Seokjin. Ia berharap wanita itu cepat pulang. Seokjin juga tak bisa berbuat banyak. Sungguh, demi apapun sikap Hana sangat berbeda dengan biasanya. Untunglah, perasaan yang mengganjal hanya dirasakan oleh Hana, Seokjin, dan Hyeri sehingga acara makan-makan pun berjalan lancar. Semua masakan ibu Hyunjin itu pun ludes dimakan habis oleh semua karyawan.

*****

Usai acara, Jung Hyeri tampak begitu kesal dan murka. Wanita itu pun memilih pergi ke toilet perempuan sekedar untuk membasuh mukanya agar rasa emosi yang bersemayam di dada lekas hilang. Dengan napas naik turun, Hyeri menatap paras cantiknya yang terpantul di dalam cermin. Ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa harus merasa terhina dengan semua ucapan Hana? padahal belum tentu segala ucapan pedas itu ditujukan padanya, benar, kan? Walau ia sudah mencoba untuk menenangkan diri namun hasilnya nihil. Jung Hyeri masih saja merasa tersinggung dan ingin mengatakan banyak hal pada wanita itu. Akan tetapi alasan apa yang ia akan gunakan jika ingin berbicara empat mata dengan Hana. Tak lama sebuah ide cemerlang pun terlintas di benak wanita bermarga Jung itu. Bahkan, ide ini bisa ia gunakan untuk membalas semua ucapan Hana yang tak berguna.

Bak gayung bersambut. Park Hana tiba-tiba muncul dibalik pintu masuk toilet. Keduanya terkejut dan sempat saling tatap beberapa detik namun Hana cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Penampilan istri Seokjin itu terlihat menggemaskan. Masih dengan jas suaminya yang kebesaran ia kenakan. Wanita berwajah tirus itu berjalan mendekat ke arah wastafel dimana ada Jung Hyeri yang berdiri tegak disana. Tak ada pembicaraan apapun diantara mereka. Suasana terasa hening dan sedikit tegang. Bahkan untuk saling menyapa pun enggan. Jika menuruti ego, Hyeri pun tak sudi untuk menyapa tapi ini demi harga dirinya. Kekasih Seokjin itu menghela napas mencoba mengumpulkan semua keberaniannya.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang