39. Permohonan

120 17 19
                                    

“Namjun-ah.” 

Panggil Seokjin dengan perasaan panik. Begitu pula dengan Hyeri yang menggigit bibir bawahnya setiap kali dilanda kecemasan yang amat sangat. Bukan maksud pria bertubuh gagah itu untuk melihat sebuah peristiwa yang luar biasa. Namjun kembali ke kamar Hyeri hanya untuk mengambil jaket parkanya yang tertinggal di sofa. Ternyata ketidaksengajaan ini menguak sebuah keburukan sikap sahabatnya  yang tak pernah terbayangkan dalam benaknya sekalipun. Memang ia khawatir kalau hal seperti ini akan terjadi tetapi rasa percayanya pada sang sahabat lebih unggul dibanding rasa curiganya. Apalagi selama belasan tahun ia berteman dengan ayah Hyunjin itu sikapnya begitu baik dan santun. Lalu kenapa? kenapa harus seperti ini?

“Namjun-ah, dengarkan aku dulu,” ujar Seokjin dengan mata berkaca-kaca seraya berjalan mendekati sahabatnya. Sayangnya, Namjun tak peduli. Ia berjalan begitu saja melewati Seokjin lalu mengambil jaketnya. “Namjun-ah!” kini panggilan Seokjin agak meninggi bahkan terkesan berteriak. Mau tak mau Namjun menggubris Seokjin kali ini. 

“Apa yang perlu kau jelaskan, Seokjin-ah? Semua sudah jelas. Apa yang aku khawatirkan akhirnya terjadi,” ucap pria berlesung pipi itu dengan senyum sinisnya. Sebuah senyum yang terkesan meremehkan. “Sebagai sahabat aku sangat mempercayaimu. Apa kau pernah membayangkan bagaimana hancurnya Hana jika tahu ini semua? dia istrimu yang tentu mempercayaimu sepenuh hati.”

Kedua matanya kini melihat Seokjin dan Hyeri secara bergantian. Ia begitu muak melihat dua manusia kotor ini ada di hadapannya. Namjun benar-benar murka. Saking marahnya ia mengeluarkan sebuah suara dari kerongkongannya lalu meludah tepat di hadapan Seokjin dan Hyeri. Tentu ludahan itu ia lampiaskan ke lantai rumah sakit sebagai bentuk protes sekaligus penghinaan. Jung Hyeri tak berkutik. Tubuhnya sedikit gemetar karena rasa takut. 

“Bangsat kalian berdua!” teriaknya dengan mata yang berkaca-kaca. Seokjin mencoba meraih lengan Namjun untuk mengajaknya bicara namun Namjun menghempas tangan sahabatnya itu dengan kasar. “Dan kau Jung Hyeri. Mulai hari ini kau tak usah tinggal di rumah atapku. Aku kasih kau waktu tiga hari untuk mengangkut semua barang-barangmu. Dasar wanita murahan!” umpat Namjun. Mulutnya sudah tak terkontrol lagi jika seluruh jiwanya dikuasai amarah. 

“Seo Namjun,” panggil Seokjin untuk sekian kali namun Namjun masih tak peduli. 

Pria bertubuh gagah itu lalu keluar dari kamar Hyeri dengan langkah serampangan. Walau begitu Seokjin tak menyerah. Ia berusaha mengejar kemana sahabatnya pergi. Kesabaran pria berparas tampan itu juga sudah menipis menghadapi Namjun yang acuh. Seokjin mempercepat langkahnya mendahului sang sahabat. Ia menghadang Namjun tepat di depannya. Kedua tangannya menahan kuat bahu pria bermarga Seo itu yang berusaha untuk terus berjalan. Pada akhirnya dan mau tak mau ia harus meladeni Baek Seokjin. Ia tak bertanya apapun. Namjun hanya menunggu Seokjin mengatakan sesuatu. 

“Aku mohon jangan beritahu Hana masalah ini,” pinta Seokjin to the point. 

“Mwo?” tanya Namjun tak percaya.  

“Aku sangat mencintai Hana. Aku tak sanggup jika harus berpisah dengannya apalagi dengan Hyunjin. Namjun, aku mohon anggap saja kau tak melihat apapun,” pinta Seokjin dengan wajah memelas. “Aku akan memberikan semuanya padamu asal kau tak membocorkannya pada istriku.” 

Mendengar penuturan Seokjin membuat amarah Namjun semakin tersulut. Memang dia pikir dirinya seperti apa? bisa-bisanya Seokjin berpikir selicik itu. Dia bukan tipe orang penjilat yang tunduk karena uang, harta, atau apapun itu. Kebenaran harus diungkapkan. Ekspektasi Namjun pada sang sahabat yang sudah menemaninya selama belasan tahun hancur dalam satu hari. Di mata dosen muda itu Baek Seokjin adalah sosok yang sangat sempurna. Paras yang rupawan, hati yang lembut, sopan, dan sangat baik tapi kenapa ia harus memilih jalan seperti ini. Dalam diam Namjun menatap Seokjin yang terlihat begitu sedih. Sebagai seorang teman dekat, Seo Namjun ingin menyadarkan pria ini dengan cara yang begitu ekstrim. Sebuah pukulan keras tiba-tiba Namjun hujamkan ke pipi kiri suami Hana itu. Seokjin tersungkur ke lantai. Dengan susah payah Ia berusaha berdiri sekuat mungkin. Walau sedikit sempoyongan karena merasakan pusing yang teramat sangat di kepalanya namun ia berhasil berdiri tegak. Seokjin hanya bisa tersenyum sinis seraya menatap Namjun dan mengusap pelipis bibirnya yang berdarah. 

"Jika kau mencintai Hana, tinggalkan masa lalumu. Jika kau mencintai Hana, jangan pernah sakiti dia, dan jika kau mencintai Hana, seharusnya kau tak selingkuh!" Teriak Namjun tepat di hadapan Seokjin seraya menunjuk wajah  rupawan pria itu dengan penuh rasa marah dan kecewa. "Apa kau tahu kenapa aku ikhlas dan merelakan Hana hidup bersamamu? Karena aku tahu kau adalah laki-laki baik. Kau seorang pria yang penyayang dan pengertian. Kau di mataku adalah sosok yang setia. Bukan kau yang dulu selingkuh tapi Hyeri. Lalu kenapa sekarang—" Namjun sudah tak bisa berkata-kata lagi. Ia memilih untuk diam dan meninggalkan Seokjin sendiri. 

"Namjun-ah," panggil pemilik perusahaan DiamondSkin itu pada sahabatnya. Sayangnya, untuk kesekian kali Namjun tak peduli. Sebelum benar-benar pergi dari tempat sialan ini, Seo Namjun berbalik menatap Seokjin dari jauh. 

"Jangan salah kan aku jika aku merebut Hana dari hidupmu, Baek Seokjin." 

Seo Namjun mengucapkan sebuah kata yang ia takutkan dari dulu. Memang dia tak pernah mengungkapkan pada siapa pun. Tapi sejatinya ketakutan ini dia kubur dalam-dalam karena ia tahu Namjun bukanlah orang seperti itu. Apalagi Hana juga sudah tak lagi punya rasa padanya. Beda lagi ceritanya jika sudah seperti ini. Bisa saja orang yang ia anggap baik malah balik menyerangnya. Perasaan Seokjin campur aduk. Ia sangat kesal, marah, dan jengkel dengan semuanya. Saking emosinya, Seokjin sampai menjambak rambutnya sendiri dan berakhir dengan sebuah tinjuan keras di dinding lorong rumah sakit. Alhasil, sebuah luka memar di tangannya tak terhindarkan lagi. 

"AAAARGGGHH!" teriak Seokjin meluapkan segala emosinya. 

Disisi lain di dalam kamar pasien. Hyeri tampak shock dan bingung. Wajahnya pun terlihat tegang. Ia tak tahu harus bertempat tinggal dimana sekarang. Walaupun begitu Hyeri sama sekali tak menyesali apa yang sudah ia perbuat. Apapun jalan yang ia tempuh memang selalu ada risikonya. Apalagi ia memilih menjalin hubungan dengan Seokjin yang sudah memiliki istri dan anak. Pertanggung jawabannya semakin besar. Intinya apa yang akan ia hadapi nanti tak berarti apa-apa selama ia bersama Seokjin. Berbeda dengan apa yang Seokjin rasakan. Ada rasa penyesalan walau tak banyak tak banyak. Meski begitu ia tak pernah berpikir untuk meninggalkan Hyeri bahkan sampai detik ini. 

Pria bermarga Baek itu pun kembali ke kamar pasien dengan raut wajah yang kacau. Ia duduk diam di tepian ranjang Jung Hyeri. Berkali-kali ia menghela napas untuk membuang rasa takut dan gelisahnya. Jung Hyeri hanya bisa mengelus punggung kekasihnya dengan perasaan khawatir. Khawatir jika Seokjin akan meninggalkannya setelah ini. Namun, ia juga merasa tak enak hati pada Seokjin karena secara tidak langsung dialah penyebab pertengkaran dua sahabat ini. 

"Maafkan aku Seokjin-ah, semua gara-gara aku," ujar Hyeri yang tampak sedih. 

"Kau tidak perlu meminta maaf. Kau tidak salah apa-apa Hyeri-ya. Oh, ya, besok aku akan bantu mengambil semua barang-barangmu di rumah Namjun. Tinggallah sementara di apartemen yang sudah aku beli beberapa tahun yang lalu," ucap Seokjin. Iya, besok, Jung Hyeri sudah diperbolehkan pulang oleh dokter karena kondisinya sudah membaik. 

"Seokjin-ah, kau tak harus sejauh itu. Aku tak—" 

"Lalu kau mau tinggal dimana? Jadi gelandangan?" sanggah Seokjin seraya menatap Hyeri tajam. 

TO BE CONTINUE


Udah ketahuan masih saja peduli sama selingkuhannya mau tinggal dimana. Gak kapok ya udah dihajar sama Namjun. Siapa disini yang seneng Seokjin dipukul ? Wkakak

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang