03. Penantian

232 36 3
                                    

Pertanyaan sederhana dari Seokjin tak mampu Hana jawab dengan sebuah kepastian. Ia lantas diam beberapa detik sebelum melanjutkan perkataannya. Dalam tatapan yang penuh arti Hana memandangi sang suami dengan senyuman kecil.

"Aku tak mau berpikir begitu dan hanya takut dengan pemikiran seperti itu. Tunggu saja dalam waktu satu minggu. Jika belum datang bulan. Aku akan mengetesnya."

Seokjin mengangguk setuju. Apa yang dikatakan Hana ada benarnya juga. Lebih baik ditunggu sebelum menyimpulkan sesuatu hal seperti ini. Jika dalam waktu yang lama belum kunjung datang bulan kemungkinan kehamilan itu ada. Tak terasa seulas senyuman menghiasi bibir Seokjin membayangkan istrinya hamil dan menjadi seorang ibu. Jika benar terjadi, dokter kandungan kemarin sangat luar biasa karena hanya dalam waktu satu bulan sudah ada hasilnya.

*****

3 Februari 2014

Dari dalam dapur di malam yang sunyi. Terlihat Seokjin dan Hana tengah sibuk membersihkan semuanya usai makan malam. Gadis bermarga Park itu sibuk mencuci piring sedangkan Seokjin membersihkan kotoran-kotoran yang jatuh di lantai dan di meja. Sesekali pria itu mendengar istrinya mengeluarkan suatu suara. Seperti suara orang mual yang ingin muntah. Berkali-kali Hana seperti itu. Kelihatannya kondisi tubuh istrinya kurang sehat. Apalagi cuaca juga tak mendukung yang rentan membuat sakit.

"Hana-ya, kau baik-baik saja?" tanya Seokjin penuh rasa khawatir.

"Iya aku baik-baik saja. Mungkin masuk angin," jawab Hana santai.

Seokjin tak langsung percaya begitu saja dengan penuturan sang istri. Sambil terus bersih-bersih. Sesekali ia berdiri di samping Hana lalu memperhatikan kondisi wanita yang ia cintai. Lagi-lagi istrinya itu merasa mual. Sebagai seorang suami pikiran Seokjin berkecamuk. Ia sedang mempertimbangkan sesuatu. Apa sebaiknya aku memberikan ini padanya? batinnya. Hatinya masih bimbang memberikan benda ini sekarang atau satu minggu lagi. Jujur, jika melihat keadaan Hana seperti ini Seokjin semakin penasaran. Usai berpikir sejenak. Pemuda tampan itu akhirnya mengambil sebuah keputusan. Tangan Seokjin menyodorkan sesuatu kepada Hana. Gadis itu tampak kaget melihat apa yang Seokjin berikan padanya.

"Ini ...bukankah ..." ucapnya bingung.

"Iya, kau benar. Maaf, karena penasaran aku membelinya setelah pulang kerja. Apa kau mau jika aku suruh untuk menggunakan benda ini?" pinta Seokjin dengan sedikit memerintah Hana untuk menggunakan tespek. Rasa penasarannya sudah tak terbendung lagi.

"Jigeum?" tanya Hana pada sang suami.

"Bukan sekarang. Kau bisa menggunakannya besok pagi. Kata apoteker waktu yang tepat untuk menggunakan alat ini adalah setelah kau bangun tidur di pagi hari. Aku membeli test pack yang paling sensitif agar hasilnya terlihat lebih jelas," jelas Seokjin panjang lebar.

Hana tak berkutik, ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan berusaha mencerna semuanya. Matanya yang indah menatap nanar benda yang bernama tespek itu. Ia menghela napas tanpa sadar. Entah kenapa hanya dengan melihat alat ini detak jantung Hana berdegup kencang. Ia hanya takut hasilnya akan membuatnya semakin bersedih. Namun, jika tak dibuktikan juga akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri karena harapan yang terus bertumpuk setiap harinya.

"Apapun hasilnya. Aku tetap mencintaimu, Hana-ya," ucap Seokjin dengan senyum lembutnya. Park Hana mengalihkan pandangannya sejenak pada suaminya. Matanya berkaca-kaca lalu kemudian memeluk erat pria yang begitu ia cintai. Seokjin tersenyum seraya membalas pelukan istrinya dengan hangat.

Jam demi jam pun berlalu. Sepertinya ucapan cinta dari Seokjin tak bisa menenangkan Hana. Gadis itu tak bisa tidur meski ia berusaha memejamkan mata. Seokjin pun tahu bahwa istrinya ini sedang gelisah memikirkan sesuatu. Apalagi kalau bukan hasil tes besok pagi. Berkali-kali pemuda bermarga Bae kitu merasakan guncangan di atas ranjang karena tubuh Hana yang kesana kemari tak jelas. Bahkan ia bisa merasakan Hana turun dari ranjang dan keluar dari kamar lalu beberapa detik kemudian dia kembali lagi.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang