32. Sisa Rasa

110 19 4
                                    

Sepersekian detik Hyeri sempat membelalakkan matanya karena terkejut dengan reaksi yang Seokjin berikan. Hyeri juga melihat Seokjin memejamkan mata. Ciuman ini terbalas dengan sempurna dan Hyeri pun jadi tahu bahwa masih ada sisa rasa untuknya walaupun sedikit. Keduanya saling berbalas dan berpagutan satu sama lain. Jiwa Hyeri selalu melayang jika Seokjin mencium bibirnya karena dia begitu handal dan tahu bagaimana permainan ini dilakukan. Park Hana juga pasti menyadari ini. Namun, sebuah dorongan kecil Hyeri rasakan secara tiba-tiba di kedua bahunya. Ekspresi Seokjin berubah tak seperti beberapa detik yang lalu. Kedua mata pria itu menatap tajam. Dua alis tebal yang tertaut itu seolah memberi tahu Hyeri bahwa Seokjin sedang marah. Iya benar, pria itu seolah menyadari sesuatu.

“Kenapa?” lirih Hyeri. Seokjin tak langsung menjawab. Ia hanya menatap Hyeri dengan rahang bergetar. 

“Aku mohon hentikan, Hyeri-ya. Aku sudah punya istri dan anak,” jelas Seokjin. “Jangan lagi mengirim pesan seperti itu padaku.” Sudah tidak ada lagi panggilan -ssi kepada Hyeri dari Seokjin.

“Aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku tanpa mau merebutmu dari Hana,” jawab Hyeri. “Apa kau tahu Seokjin-ah? aku sudah berusaha semampuku untuk melupakan semua kenangan kita. Berusaha untuk tidak mencintaimu. Tapi, semakin aku mencoba semakin batin ini tersiksa bahkan untuk bernapas pun rasanya sungguh sesak,” sambungnya. “Jika kau berpikir rasa cinta ini datang saat kita dipertemukan kembali, kau salah besar. Sisa rasa ini hadir kembali selama aku hidup bersama Sangyeob. Aku tahu aku salah langkah dan menyesal meninggalkanmu demi dia." 

“Kau baru menyadarinya sekarang? lalu apa? semuanya sudah terlambat.”

“Aku tahu dan kau juga masih menyisakan rasa cinta untukku. Apa aku salah?”

“Kau salah,” tegas Seokjin. 

“Lalu kenapa kau membalas ciumanku? Kenapa kau melakukannya dengan sepenuh hati seperti kita di masa lalu? kau menciumku tanpa ada yang berubah, Seokjin-ah,” ujar Hyeri dengan tatapan serius. Baek Seokjin tak bisa menjawab pertanyaan sederhana dari sang mantan. Pria itu hanya diam melihat Hyeri dengan tatapan sendu.

“Aku harap kau segera membuang perasaanmu jauh-jauh. Kita disini sebagai partner kerja yang harus profesional. Maaf, jika tadi aku menciummu. Aku hanya terbawa suasana." 

Jung Hyeri tak percaya begitu saja dengan alasan Seokjin yang menurutnya tak masuk akal. Ia lebih percaya jika besok matahari akan terbit dari barat. Awalnya Hyeri tak pernah berpikir sekalipun untuk kembali memiliki Seokjin. Namun, etelah kejadian ini perasaan semacam itu datang kembali. Bahkan tak masalah jika dia dijadikan kedua walau tak bisa memiliki Seokjin seutuhnya. Setidaknya, dia bisa menghabiskan waktu dengan pria yang  ia cintai.

“Aku rasa semua hal yang ingin aku katakan sudah ku utarakan. Semoga kau mengerti dan memahaminya, Jung Hyeri,” ujar Seokjin yang pergi begitu saja meninggalkan Hyeri sendirian. Bukan seorang Hyeri jika tidak memiliki keteguhan luar biasa dalam dirinya. Wanita itu berlari mendekati Seokjin dan memeluk erat pria itu dari belakang. Yang terpaksa membuat Seokjin menghentikan langkahnya. 

“Aku mohon jangan lepaskan tanganku, Seokjin-ah. Biarkan aku seperti ini sebentar saja. Aku sangat menyesal telah meninggalkanmu dulu. Bahkan sampai sekarangpun aku masih sangat mencintaimu. Tolong kembalilah padaku,” mohon Hyeri yang terkesan tak tahu diri. Seokjin bisa mendengar jelas isak tangis Hyeri dari belakang punggungnya namun ia tak mau berkomentar. "Aku tahu, tak seharusnya aku menyatakan cinta pada seseorang yang sudah beristri dan memiliki anak. Aku tak berharap kau juga menjawabnya. Aku hanya tak sanggup lagi menahan perasaan sekuat ini.” 

Seokjin diam dan berusaha untuk bersabar menghadapi tingkah mantan kekasihnya. Kini kedua tangan pria bermarga Baek itu mencoba untuk melepas pelukan Hyeri dari tubuhnya. Sempat ada sedikit perlawanan dari Hyeri yang memaksa untuk terus memeluknya. Namun, tenaga dan kegigihan Seokjin berhasil melakukannya. Meninggalkan Jung Hyeri sendirian di atap gedung dengan angin yang lumayan kencang. Tak ada hal yang wanita itu lakukan kecuali menangis dalam kesendirian.  

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang