40. Saranghae

119 17 5
                                    

Wanita berambut pendek itu tak bisa lagi menolak jika pria yang dicintainya ini sudah berekspresi seperti ini. Mood Seokjin kali ini benar-benar kacau. Jika ia selalu membantah, keadaan semakin runyam dan berakhir dengan pertengkaran. Hyeri tahu Seokjin ada dalam posisi sulit. Ada sedikit rasa tak suka pada diri Hyeri karena Seokjin masih memikirkan Hana. Memang dasar Hyeri tak tahu diri. Seharusnya ia paham bahwa dirinya hanya ada di antara Hana dan Seokjin. Kalau pun suatu saat hubungan mereka diketahui oleh Hana itu lebih baik bagi Hyeri karena jika mereka bercerai, dia adalah satu-satunya wanita yang bersamanya. Bukan lagi menjadi wanita kedua. Dalam diam seraya menatap wajah kekasihnya yang tampan bola mata Jung Hyeri tanpa sengaja melihat telapak tangan Seokjin yang tampak memar.

"Astaga, apa yang terjadi dengan tanganmu?"

******

Park Hana terlihat begitu fokus membaca buku-buku tentang kehidupan. Ia lebih suka baca buku non-fiksi daripada fiksi karena menurutnya dengan membaca buku non-fiksi ia bisa menambah wawasan. Sesekali kedua bola matanya melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Helaan napas panjang dari Hana sebagai penanda bahwa ada suatu hal yang mengganjal hatinya. Seharusnya Seokjin sudah pulang dari tadi kalau tujuannya memang hanya untuk mengantarkan Hyunjin sekolah. Tapi nyatanya ia tak kunjung kembali sampai siang. Kemana lagi perginya Seokjin? Hana sudah lelah karena konflik semalam sekarang ia tak mau pusing memikirkan hal tak penting.

Baru saja ia membatin perihal suaminya, Seokjin pun pulang dengan wajah yang sedikit kacau. Hana terkejut ketika melihat luka memar dengan sedikit darah di pelipis bibir kiri sang suami. Apa yang sudah terjadi? kenapa ada luka memar seperti itu? apa dia berkelahi? tanya Hana dalam hati. Rasa gengsi yang dimiliki seorang Park Hana membuat dirinya enggan untuk mencari tahu. Mata wanita berambut panjang itu tak beralih dari sang suami yang kini berjalan menuju dapur untuk mengambil air dingin di refrigerator. Dari raut wajahnya, Seokjin tampak begitu frustasi. Terdengar juga suara hentakan gelas yang begitu keras. Sebenarnya kenapa dia? ucap Hana masih tetap dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk dalam batinnya.

Usai meminum segelas air, Seokjin berjalan mendekat ke ruang tengah dimana Hana berada. Ia tak langsung duduk, melainkan menyalakan televisi dan berniat untuk menghibur diri. Salah satu cara pria tampan itu menghilangkan stresnya adalah dengan menyanyi. Kini Seokjin sedang memilih sebuah lagu di layar televisi. Setelah memilah dari sekian lagu yang ada. Suami Hana itu menjatuhkan hati pada lagu lawas yang berjudul saranghae. Usai memilih salah satu lagu favoritnya. Seokjin sengaja duduk di sofa panjang tepat di samping istrinya. Dari dekat Hana bisa melihat luka memar itu dengan sangat jelas. Dari sini seorang Park Hana mulai khawatir dengan kondisi suaminya. Namun, Seokjin seolah tak peduli dengan reaksi istrinya yang begitu gelisah. Pandangannya lurus ke depan, membaca lirik satu per satu, dan mulai bernyanyi.

Urin neomu dalla
Kita terlalu berbeda
Jal algo itjanha
Kau tahu dengan baik bahwa
Seoroui jinsimeul
Kita tidak sanggup saling memeluk
Aneul su eobtjanha
Realitas masing-masing
Nan neoreul saranghae
Aku mencintaimu
Nan neoreul saranghae
Aku mencintaimu

Semakin lama tempo lagu semakin cepat dan klimaks. Nada tinggi pun Seokjin nyanyikan dengan baik. Kedua mata tajamnya kini beralih pada Hana. Ia juga menggenggam erat tangan istrinya dengan segenap jiwa. Setiap kata Nan neoreul saranghae dari bibirnya Seokjin utarakan secara sungguh-sungguh, tulus, dan serius pada Hana. Bahkan, genangan air mata tampak di pelupuk mata Seokjin. Hana tak bisa berkata-kata. Matanya pun mulai berair karena menahan tangis. Entah kenapa rasanya begitu sesak. Seperti sepasang kekasih yang lama tak berjumpa dan melepas rindu. Jujur, Hana merasakan hal itu sekarang padahal seharian kemarin Seokjin ada di rumah. Tapi karena sebuah pertengkaran kecil rasanya seperti berjauhan setelah sekian lama. Seokjin menyanyikan bagian akhir lagu tanpa sedetik pun melepaskan pandangannya pada sang istri.

Nareul anajwo
Tolong peluk aku
Nareul jabajwo
Tolong dekap aku.


"Sayang, maafkan aku," ujar Seokjin dengan tangis kecilnya.

Permintaan maaf, ucapan cinta, dan air mata untuk Hana adalah sebuah ketulusan serta kasih sayang Seokjin pada sang istri. Walau dirinya buaya darat karena berselingkuh dengan Hyeri. Namun, rasa cintanya pada Hana bukanlah kepalsuan. Memang ia tak bisa memilih diantara dua wanita sekarang tapi cintanya pada ibu dari anaknya ini tak pernah berubah. Park Hana sudah tak bisa lagi menahan tangisnya. Pipi tirusnya pun basah karena air mata yang terus berderai. Sebuah pelukan hangat ia berikan pada sang suami dengan tangisan pilu. Begitu pula Seokjin yang membalas rengkuhan hangat itu dengan erat.

Kata maaf yang keluar dari bibir Seokjin hanya sebatas pertengkaran tadi malam di benak Hana. Namun, tidak bagi pria bermarga Baek itu. Ucapan maaf darinya mewakili banyak hal. Pertama, ucapan maaf karena dia lebih mementingkan Hyeri disaat hari jadi pernikahannya dibandingkan Hana. Kedua, karena dia sudah membagi hatinya dengan wanita lain. Tidak lagi menjadi milik sang istri satu-satunya. Tentunya Hana tak tahu itu semua. Wanita itu masih menganggap hanya dirinya yang dicintai oleh suaminya. Dan itu sangat menyakitkan jika ia mengetahui kebenarannya.

"Aku sangat mencintaimu. Tolong, apapun yang terjadi jangan tinggalkan aku."

"Sayang, apa yang kau bicarakan? Tentu aku tak akan meninggalkanmu," ujar Hana seraya melepaskan pelukannya dari Seokjin. Tak hanya itu, wanita itu juga mengusap air mata suaminya dengan penuh kasih sayang. Tak lupa juga Hana memberi sebuah kecupan singkat dan hangat di bibir seksi suaminya. Lagi-lagi kedua bola mata Hana sedari tadi tak bisa lepas dari luka memar yang diderita sang suami.

"Kalau boleh tahu, kenapa bibirmu terluka? Apa yang terjadi?" tanya Hana. Akhirnya pertanyaan semacam itu keluar juga. Tentu Seokjin sudah menyiapkan jawaban yang masuk akal. Padahal baru saja ia meminta maaf tapi sudah berbohong lagi pada Hana. Kebohongan-kebohongan seperti ini akan selalu ada selama Seokjin masih berselingkuh.

"Aku tadi menolong ahjumma yang kecopetan. Sempat terjadi baku hantam kecil tapi semuanya baik-baik saja."

"Aigoo, tetaplah di sini. Aku akan mengobati lukamu," ujar Hana yang meninggalkan Seokjin sendirian di ruang tengah.

Sekembalinya mengambil kotak P3K yang tak jauh dari dapur. Hana mengolesi luka itu dengan sebuah alkohol untuk menetralisir kulit sebelum diberi plester. Dalam diam Seokjin memikirkan sesuatu yang cukup membuatnya khawatir. Itu semua tentang Namjun. Pertengkaran hebat dengan sahabatnya di rumah sakit, karena ia kepergok selingkuh menjadi momok baru bagi Seokjin dalam hubungan rumah tangganya. Pria ini takut jika Namjun akan mengatakan semua pada istrinya. Selama Hana merawat lukanya, sesekali Seokjin meringis kesakitan karena rasa perih. Selama itu pula Seokjin melihat Hana tanpa berkedip. Bagi pria bermarga Baek itu ini adalah kesempatannya untuk bertanya pada sang istri perihal Namjun.

"Sayang, apa Namjun menghubungimu hari ini?" tanya Seokjin penuh perasaan was-was.

TO BE CONTINUE


 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang