22. Peringatan

108 14 5
                                    

"Apa yang terjadi antara kau dan Hyeri di Sokcho satu minggu yang lalu?" Bibir Seokjin terkatup. Sebuah pertanyaan yang tak pernah ia sangka muncul dari mulut Seo Namjun. Bagaimana bisa ia tahu bahwa dia bertemu dengan mantan kekasihnya itu? Apa Jung Hyeri menceritakan semua kejadian pada sahabatnya ini? 

"Tak ada yang terjadi," bohong Seokjin. 

"Aku melihat Hyeri menangis saat turun dari mobilmu. Wajahnya sembab," sanggah Namjun. Tak ada yang Seokjin tutupi sekarang. Akan lebih baik ia menceritakan semuanya. 

"Aku hanya menyuruhnya berhenti berbicara tentang masa lalu. Apalagi membahas tentang anak yang dikandungnya. Hyeri meminta maaf kepadaku karena telah melakukan aborsi saat itu. Aku mengatakan padanya kalau aku sudah memaafkan semuanya dan menegaskan bahwa anakku di dunia satu-satunya hanyalah KimHyunjin. Apa aku salah mengatakan hal seperti itu? Kenapa pula dia yang menangis. Playing victim," ucap Seokjin dengan amarah yang ia tahan. 

"Apa kau yakin tidak akan jatuh cinta lagi padanya ketika kalian bersama sebagai partner kerja?" Entah kenapa Namjun bertanya hal yang tak masuk akal tapi kalau boleh jujur ini adalah ketakutan besar Namjun sebagai sahabat. Ia tak bisa membayangkan bagaimana perasaan Park Hana jika semua itu terjadi. 

"Bagaimana bisa aku kembali mencintai wanita yang mencampakkanku dan membunuh nyawa tak berdosa?" jawab Seokjin dengan tatapan tajam. 

"Aku akan pegang kata-katamu, Seokjin-ah. Jika kau melanggarnya aku tak segan merebut Hana darimu."

Seokjin dan Namjun saling bertukar pandang dengan tatapan tajam serta serius. Ada sebuah ancaman dari Namjun untuk Seokjin agar sahabatnya tak berbuat macam-macam. Sedetik kemudian mereka tertawa kecil karena omongan Namjun. Walaupun Seokjin tahu bahwa pemuda berlesung pipi ini bukan asal bicara namun ada sebuah keseriusan dibalik tawa sang dosen muda, Seo Namjun. 

***** 

Jung Hyeri menjalani hari pertamanya menjadi sekretaris sesuai arahan paman Kang Joon. Ia begitu berusaha keras agar tidak membuat kesalahan di hari pertama ia bekerja. Awalnya semua berjalan dengan lancar namun konsentrasinya terpecah ketika melihat Seokjin kembali ke kantor. Saat dimana sang mantan kekasih melewatinya jantung Jung Hyeri berdetak tak beraturan. Lagi-lagi, kupu-kupu tak kasat mata seolah menari-nari bebas di dalam perutnya. Ada rasa bahagia namun juga ada rasa sesak. Hyeri pun tersadar jika perasaannya kepada Seokjin semakin hari semakin kuat. Ia tak mengelak jika ia masih mencintai Seokjin. Bukan cintanya yang salah tapi siapa yang ia cintai itulah yang masalah. Karena pria yang ia idamkan sekarang adalah suami orang. 

Ketika wanita cantik berambut pendek itu sedang melamun. Tiba-tiba seorang resepsionis datang menghampiri seraya membawa beberapa surat masuk untuk perusahaan yang harus ia berikan kepada Seokjin. Sebelum bertemu dengan orang yang membuatnya tak fokus beberapa jam terakhir ini. Hyeri menyortir beberapa surat yang termasuk jenis surat pribadi ataupun surat dinas untuk Seokjin. Wanita itu menghela napas panjang untuk mengatur seluruh tubuhnya agar tetap rileks dan konsentrasi. Ia tak mau membuat kesalahan bodoh di depan atasannya. Usai mencatat semua Hyeri kemudian mengambil beberapa surat yang sudah ia pilah untuk diberikan pimpinan. Momen ini adalah momen yang menegangkan bagi Hyeri karena ia harus bertatap muka dengan Seokjin. Hanya berdua dalam satu ruangan.  

Hyeri menghentikan langkahnya sejenak tepat di depan pintu ruangan Seokjin. Ia menghela napas panjang lalu membuangnya pelan.  Ia tahu bahwa bahwa reaksi Seokjin pasti jauh dari kata ramah. Namun, wanita berambut pendek itu sudah bertekad tidak akan sakit hati demi profesionalitasnya dalam bekerja. Dalam penuh keberanian Hyeri mengetuk pelan pintu ruang kerja mantan kekasihnya itu. Terdengar sahutan lirih dari dalam untuk mempersilahkan dia masuk. Seperti yang sudah diduga Hyeri sebelumnya bahwa Seokjin bertingkah tak peduli dengannya. 

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang