26. Curiga

107 19 3
                                    

"Tentu, aku sudah seahli ini. Mau sampai kapan bergantung pada orang lain hehe," jawab Seokjin seadanya lalu melanjutkan makan masakan Hana yang lain. Tak bisa dibayangkan bagaimana reaksi Hana jika tahu yang sebenarnya. Walaupun perasaan pria tampan ini ketar-ketir menjawab pertanyaan sang istri. Wanita bermarga Park itu bersikap seolah mengiyakan namun ia juga tak mau terjebak dengan pikirannya sendiri. Dan memilih untuk tak membahas berkepanjangan tentang dasi suaminya. 

"Sayang, bulan desember putri kita ulang tahun. Apa kau sudah merencanakan kemana kita akan berlibur?" tanya Hana. Sudah menjadi agenda tahunan keluarga kecil ini pergi berlibur setiap kali Hyunjin ulang tahun. 

"Hyunjin ingin pergi kemana?" 

"Turki." 

"Turki? Apa dia serius?" tanya Seokjin tak percaya. Kali ini tempat pilihan Hyunjin sangat diluar dugaan. 

"Dia bilang padaku ingin naik balon udara. Maka dari itu dia memilih Turki sebagai tempat ulang tahunnya kali ini. Terkadang anak kita pemikirannya diluar apa yang kita pikirkan," jelas Hana. 

"Haha, yeobo, kau benar. Dia anak yang cerdas makanya sikap dia agak sedikit dewasa dari anak seumurannya. Tapi apa memang ada balon udara di Turki?"

"Aku sudah mencarinya di internet dan memang ada." 

"Di istanbul?" 

"Cappadocia," jawab Hana. 

"Cappadocia? Aku baru dengar. Tapi kemana pun Hyunjin pergi. Selama aku punya uang. Aku akan mengabulkannya karena aku sayang putriku," kata Seokjin sembari tersenyum lebar dengan mulut yang penuh makanan. Karena terlalu semangat membicarakan putrinya Seokjin sampai tersedak makanan. "Uhuk… uhuk…" 

"Yak, Baek Seokjin, hati-hati kalau makan," omel Hana. Wanita itu segera mengambil segelas air minum yang ada di ruang kantornya pada Seokjin. 

Masih ditempat yang sama Hana duduk manis sembari melihat sang suami yang menghabiskan segelas air pemberiannya. Selama itu pula Hana sesekali mencuri pandang ke arah meja sekretaris yang berada di luar ruang kantor Seokjin. Banyak sekali hal-hal yang berkecamuk dalam benaknya. Alhasil, tingkah ibu Hyunjin itu diketahui oleh sang suami.

“Apa kau ingin aku memecatnya? aku akan melakukannya jika kau merasa khawatir. Semua yang memutuskan adalah kepala HRD dan Paman Kangjoon bukan aku,” ucap Seokjin tanpa basa-basi. 

“Ah, tidak perlu. Dia sangat membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Aku hanya kasihan padanya. Lagipula aku sangat mempercayaimu,” jawab Hana setengah bohong setengah tidak. Mendengar jawaban istrinya Seokjin diam sejenak seraya menatap Hana. 

“Memang apa yang kau pikirkan tentangku?” tanya Seokjin namun Park Hana tak langsung menjawab. Seulas senyum yang Seokjin pamerkan merupakan tanda bahwa ia tak habis pikir dengan sikap sang istri. “Jangan berpikir macam-macam. Aku tak akan melakukan hal seperti yang kau pikirkan. Aku hanya mencintaimu, Hana-ya. Dia hanya  masa lalu.” Mendengar penuturan dari suaminya membuat hati Hana sedikit lega walau belum sepenuhnya. Apakah dia salah jika ia takut suami yang ia cintai kembali kepada cinta lamanya? ini hanya sebuah rasa takut bukan berarti dia tak percaya. 

“Apa kau pulang cepat hari ini?”

“Sepertinya tidak. Aku masih banyak pekerjaan. Mungkin tengah malam aku baru pulang. Yeobo, kau tak perlu menungguku. Tidurlah,” perintah Seokjin. Hana hanya mengangguk pasrah setiap kali tahu suaminya akan pulang larut malam. 

Disisi lain kerukunan dan keharmonisan dua pasangan suami istri menjadi perhatian tersendiri oleh seseorang. Senyum tipis pun tampak dibibir Jung Hyeri. Dia begitu iri dengan kehidupan Seokjin dan istrinya. Hana benar-benar diratukan oleh seseorang yang disebut suami. Berbalik dengan apa yang ia rasakan saat berkeluarga. Itu benar-benar menyakitkan. Semua fakta yang ada di hadapannya kali ini membuat Hyeri semakin sadar serta menyesal telah melukai Seokjin yang begitu menghargai dan tahu bagaimana memperlakukan seorang wanita. 

***** 

Pukul enam malam. Hana terlihat tengah bersantai di ruang tengah untuk menonton drama favoritnya. Suasana begitu sunyi dan sepi karena hanya ada dia sendirian di rumah. Hyunjin yang belum pulang dari rumah Sohee sedangkan Seokjin yang sibuk dengan urusan kantornya. Ternyata setelah bersuami dan memiliki anak dengan segala kerumitannya Hana malah merindukan momen-momen itu. Hidupnya terasa hampa tanpa dua orang yang selalu merepotkan dirinya setiap hari. Kesunyian dalam rumah terpecahkan sejenak ketika suara telepon berbunyi. Ternyata sebuah kabar datang dari putrinya Baek Hyunjin. 

“Eomma, apa aku boleh menginap di rumah Sohee? Besok hari minggu. Boleh ya?” bujuk Hyunjin di seberang sana. 

“Kau begitu ingin menginap dirumah Sohee?” tanya Hana yang dijawab antusias oleh sang putri. “Baiklah, kau boleh menginap disana tapi ingat jangan merepotkan ibu Sohee, mengerti?”

“Iya dijamin aku tidak akan merepotkan bibi. Eomma saranghae,” ujar Hyunjin. 

“Ehm, eomma nado saranghae.” 

Dan suara telepon pun terputus. Mendengar kabar dari putri kesayangan membuat hari Hana semakin membosankan di rumah. Yang ada dia malah gelisah memikirkan suaminya lembur di kantor. Sebelum-sebelumnya Hana tak pernah begini. Ya kalau boleh jujur semua karena adanya Jung Hyeri. Ditambah lagi bayangan dasi sang suami yang terpasang dengan sangat rapi selalu menghantuinya. Hana menghela napas panjang setiap kali ia berpikiran macam-macam. Wanita cantik itu selalu menampik hal-hal yang membuatnya gelisah dan memicu keretakan rumah tangga. 

Jam demi jam pun Hana lalui hanya dengan melihat televisi serta memesan jajangmyeon sebagai penghilang lapar. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam dan Seokjin pun belum pulang. Suaminya itu punya kebiasaan jika ia bilang tengah malam itu berarti bisa sekitar jam sepuluh ke atas. Tapi entahlah kegelisahan Hana membuat hatinya semakin sakit. Pada akhirnya dia sendirilah yang menghancurkan dinding kepercayaannya pada sang suami. Tolong jangan salahkan Hana. Semua wanita pasti memiliki rasa yang sama jika kasusnya seperti itu. 

Park Hana meraih kunci mobilnya yang tersimpan rapi di kotak dekat pintu utama. Ia selalu menyimpan disana agar tak hilang. Walau jalanan sudah mulai agak sepi ia tetap terus berjalan menuju gedung perusahaan Seokjin. Anehnya ketika sampai disana Hana tak langsung masuk ke dalam mencari suaminya, melainkan parkir mobil di tempat yang agak jauh dan menunggu Seokjin sampai keluar. Hana ingin membuktikan apakah Jung Hyeri benar-benar masa lalunya.  

Jika biasanya lagu endless love menjadi teman Hana di dalam mobil namun kini lagu-lagu dari backstreet boys lah yang menjadi temannya. Entahlah, apa yang sudah dia lakukan sekarang. Menguntit suami sendiri sepertinya kata yang tepat. Ada rasa bersalah dalam diri Hana. Seolah Seokjin seorang buronan yang sedang diintai dan diincar polisi sebelum tertangkap. Yeobo mianhae, batin wanita cantik itu. Tak terasa setelah satu jam menunggu. Park Hana melihat Jung Hyeri keluar dari gedung perusahaan. Entah kenapa perasaannya semakin gelisah melihat mantan kekasih suaminya itu pulang terlebih dahulu. Ia hanya takut jika sebentar lagi suaminya juga keluar. Semoga tak seperti yang ia pikirkan.

TO BE CONTINUE 

Dari overthinking kini naik level menjadi curiga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari overthinking kini naik level menjadi curiga. Sampai-sampai Hana rela menguntit suaminya sendiri demi mencari jawahan atas kegelisahannya akhir-akhit ini. 

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang