51. Tekad

126 24 25
                                    

Park Hana menatap tetesan air hujan yang mengalir deras di jendela ruang tengahnya. Langit malam pun yang mendung membuat bintang dan bulan enggan untuk menampakkan keelokannya. Tepat di bawah jendela dengan sofa panjang, selain menikmati rintik, hujan Hana juga merajut sweater berwarna merah untuk sang putri. Ia berharap Hyunjin tak complain dengan pemberiannya. Dengan wajah sendunya, Hana memandang putrinya dari jauh. Lihat betapa indahnya sang malaikat kecil yang begitu giat belajar untuk ujian besok. Sebagai seorang anak, Hyunjin tak pernah mengecewakannya. Sikapnya yang santun, ramah, rendah hati, dan juga menyenangkan menjadikan dia sebagai murid kesayangan semua teman sekelas. Baek Hyunjin yang menyadari tatapan lembut sang ibu, spontan melambaikan tangan dari ruang tengah. Hana tersenyum lebar sembari mengangguk pelan.

            Perlahan senyuman itu memudar kala ia mengingat masalah rumah tangganya yang terjadi akhir-akhir ini. Ketakutan terbesar Park Hana bukanlah kehilangan Seokjin melainkan senyum berharga sang putri. Bagaimana jika senyum itu menghilang ketika ia tahu ayah dan ibunya sudah berpisah? Membayangkan hal itu terjadi membuat hati Hana kembali sakit sampai rasanya seperti mati rasa. Buliran air mata pun menetes tanpa sengaja. Buru-buru ia mengusap wajahnya karena takut jika Hyunjin menyadari ibunya menangis.

Kegelisahannya tentang Hyunjin terhenti ketika sebuah pesan masuk datang dari Minho. Hanya dengan membaca nama pemuda ini, jantung Hana berdegup hebat karena rasa takut yang ia rasakan. Sebelum membuka pesan itu, Hana memilih untuk pergi ke kamar mandi yang tak jauh dari ruang tengah. Ia tak mau jika Hyunjin melihat dirinya menangis karena sudah dipastikan ini bukan kabar baik. Sesampainya di kamar mandi, tangan Hana gemetar saat ia mulai membuka file video dari Minho. Ketika kedua mata indah wanita bermarga Park itu melihat semua. Hana membekap mulutnya dengan tangan kiri sekuat mungkin. Ponsel yang ia pegang pun terjatuh di lantai yang licin. Dalam keadaan hancur, Hana menyalakan air keran dengan kekuatan penuh. Seluruh ruang kamar mandi menjadi berisik. Tak ada satu suara pun yang ia dengar dari luar. Begitu pula sebaliknya. Berharap Hyunjin tak mendengar apapun.

Di dalam dinginnya kamar mandi yang basah dan lembab Hana sudah tak bisa lagi menahan tangis. Karena begitu sakit hatinya, tangisan Hana seperti raungan yang tak terkendali. Siapapun yang mendengarnya pasti tercabik-cabik perasaannya. Bisa-bisanya suaminya melakukan hal itu dengan wanita lain padahal dia sudah memiliki istri. Apa dia kurang jago di atas ranjang sampai-sampai ia harus memuaskan nafsunya dengan Hyeri? Apa memang selalu seperti itu hubungan mereka? Sudah berapa kali hal itu terjadi? Tangisnya yang terlalu keras ternyata bisa mengalahkan suara air yang berisik. Dari luar kamar mandi, Hana mendengar suara ketukan pintu yang disusul dengan suara Hyunjin yang menanyakan keadaannya.

“Eomma … eomma, gwenchana,” tanya Hyunjin dengar penuh rasa khawatir. “Apa ibu menangis?” tanya gadis itu sekali lagi. 

Tak ada jawaban dari Hana. Perasaan Hyunjin semakin tak karuan. Takut terjadi apa-apa pada ibunya. Hyunjin menggedor-gedor pintunya dan berteriak memanggil sang ibu. Bahkan pelupuk mata gadis itu dipenuhi oleh cairan bening yang tak bisa bendung. Berkali-kali ia memanggil namun hasilnya tetap nihil. Tangisan putri semata wayang semakin menjadi-jadi. Isak tangis Hyunjin baru berhenti ketika pintu kamar mandi yang tiba-tiba terbuka. Tepat di depan mata, ia bisa melihat wajah ibunya yang sembab, hidung dan mata yang memerah akibat menangis. 

“Kenapa Ibu menangis?” tanya Hyunjin penuh tangis. “Jangan mengunci diri lagi di kamar mandi. Aku benar-benar takut,” ujarnya. Hana yang merasa bersalah langsung memeluk erat sang anak, mengelus-elus punggungnya, dan  meminta maaf. 

“Maafkan aku. Ibu janji tidak akan seperti itu lagi,” ucap Hana yang tak ingin menjawab pertanyaan sang buah hati perihal alasan kenapa ia menangis.           

“Kenapa ibu tak menjawab pertanyaanku?” Ternyata putrinya ini keras kepala. Ia terus saja menanyakan hal yang sama selama belum menemukan jawabannya. Hana yang mendengar ucapan Hyunjin perlahan melepaskan pelukannya. Ia menatap sendu wajah sang putri berpura-pura seolah ia tak pernah dengar sebelumnya. 

“Pertanyaan apa?” tanya Hana yang tak mengerti. 

“Kenapa ibu menangis?” tanya  Hyunjin untuk kedua kalinya. 

“Ibu, hanya merindukan ayah. Itulah kenapa ibu menangis,” bohong Hana. 

“Benarkah?” tanya gadis itu lagi. Seolah ia tahu bahwa sang ibu berbohon. Hana pun mengangguk seadanya. 

“Ehm, apa Hyunjin sudah selesai belajar?” kata Hana sembari mengelus-elus rambut pendek putri semata wayangnya. Hyunjin pun menggeleng. “ Hyunjin-ah, bagaimana jika putri ibu malam ini tidur di rumah nenek. Ibu, harus pergi ke Jeju malam ini untuk menemui ayah. Lihatlah, ibu menangis karena terlalu merindukan wajah tampan suamiku. Bagaimana? Apa Hyunjin tidak keberatan jika malam ini menginap ke rumah nenek?” Hyunjin tak langsung menjawab. Ia menatap Hana selama beberapa detik.

“Apa aku boleh ikut? aku juga sangat merindukan ayah,” ucapnya. 

“Bukankah, besok Hyunjin masih ada ujian?” Gadis itu mengangguk pelan. Wajahnya diselimuti rasa kecewa karena tak bisa segera bertemu sang ayah. “Kalau ibu boleh memberi saran, lebih baik Hyunjin tetap masuk sekolah biar nenek yang mengantarmu besok,oke?” setelah merenung sejenak. Hyunjin pun memberi sebuah jawaban.

“Baiklah, tapi ibu akan pulang bersama ayah, kan?” tanya Hyunjin dengan secercah senyum yang menandakan sebuah harapan. Hanya dengan membayangkan sang ayah pulang dari kerja jauhnya, itu sudah cukup membuat gadis berumur tujuh tahun itu bahagia. 

“Iya sayang, ibu akan pulang bersama ayah,” bohong Hana.  Ia hanya ingin membuat putri semata wayangnya tetap tersenyum. 

“Kalau begitu, aku akan menyiapkan semuanya, Ibu,” tutur Hyunjin yang terlihat begitu bahagia. Gadis itu berlari penuh semangat menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Hana tersenyum melihat kepergian sang putri dengan luka hati yang semakin menganga lebar.

Selama Hyunjin sibuk memasukan barang-barang ke koper kecilnya di lantai atas. Hana segera mengambil ponsel yang jatuh berserakan di kamar mandi. Untunglah handphonenya masih bisa digunakan walau basah. Tak berpikir panjang lagi, wanita bermarga Jung itu menghubungi Minho untuk menanyakan di hotel mana mereka menginap dan berapa nomor kamar suaminya. Dan, sebuah nama hotel pun ia dapat dari kaki tangannya itu. Hana berjanji pengorbanan Minho akan mendapat upah yang layak darinya. Bagusnya lagi, Hotel yang ditempati oleh rombongan dari perusahaan DiamondSkin adalah milik teman baik Namjun. Tuhan memang begitu baik padanya. Ada saja jalan mudah yang ia dapatkan untuk pergi ke Jeju. 

 Park Hana bukanlah wanita yang bertindak tanpa ada rencana. Ia sudah tahu apa yang akan ia lakukan setelah sampai di sana. Dan tindakannya ini butuh bantuan dari seorang Seo Namjun. Dengan berat hati, ia menghubungi mantan kekasihnya itu untuk menanyakan satu atau dua hal terkait hotel yang Seokjin tempati. Semoga saja rencana Hana tak terhalang suatu apa pun. Dengan penuh kesabaran, Hana menunggu teleponnya diangkat oleh dosen muda itu. Tubuhnya tak bisa diam, Ia mondar-mandir kesana kemari seraya menunggu balasan dari Namjun. Jantung Hana seakan ingin melompat keluar dari tulang rusuk ketika suara seorang pria mulai ia dengar dari seberang. 

"Yoboseyo, Hana-ya," jawab Namjun dari seberang. Ia tak percaya bahwa hal seperti ini akan terjadi. Seorang Park Hana menghubunginya lebih dahulu itu merupakan salah satu kejadian luar biasa di muka bumi. 

"Namjun-ssi, apa kau bisa membantuku?"

TO BE CONTINUE

Mampus kau Baek Seokjin Bakal dilabrak sama bini lu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mampus kau Baek Seokjin Bakal dilabrak sama bini lu. Siap2 babak belur lu Hyeri karena udah cari perkara sama orang yang salah. Memang Hana kelihatan lembut di luar tapi sekali lu ngusik kehidupan dia. Jangan harap kau bakal baik-baik saja.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang