58. Curahan Hati

199 27 20
                                    

Park Hana tak langsung menjawab pertanyaan ibunya apalagi pertanyaan Hyunjin. Wanita itu memandang sang ibu penuh arti dengan mata berkaca-kaca. Dari sini Minyong menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan keadaan rumah putrinya. Tak ada yang lebih menyakitkan dari perselingkuhan. Minyong tak pernah menyangka bahwa Hana akan merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan. Jika bukan karena ada cucunya Minyong sudah menangis, memeluk sang putri, dan menguatkan sang anak untuk masalahnya. Selama ini ia mengira Seokjin adalah menantu yang sangat setia. Perkiraan ini tak hanya sekedar asumsi melainkan pernah terbukti. Beberapa kali Minyong melihat dan mendengar curhatan menantu dan putrinya terkait wanita lain yang mengejar-ejar Seokjin. Rata-rata mereka adalah rekan bisnis menantunya. Seokjin selalu memberitahu Hana jika wanita-wanita itu menghubungi dirinya setiap waktu. Bahkan ia mempersilahkan Hana untuk memarahi mereka. Jika bukan tipe pria setia, ia tak akan pernah seterbuka itu. Tapi kenapa sekarang seperti ini? Apa yang membuat Seokjin berubah? Memang masalah hati tak ada yang tahu tapi kenapa?

            “Ibu, kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Siapa kakak itu? Kenapa bersama ayah dan mencium pipinya?” tanya Hyunjin sekali lagi yang tak menyerah untuk mendapat jawaban. Melihat putrinya yang kebingungan Minyong mencoba untuk angkat bicara.

            “Hyunjin-ah, dia adalah adik ayahmu jadi wajar kalau kakak itu mencium pipi ayah Hyunjin. Benar, kan? Bukankah teman-teman Hyunjin juga seperti itu dengan saudaranya?” jelas sang nenek. Hyunjin pun mengangguk seadanya.

            “Tapi seingatku ayah tak punya saudara,” sahut Hyunjin. Minyong tak bisa berkata-kata setelah mendengar ucapan sang cucu karena faktanya Seokjin adalah anak tunggal.

            “Saudara ayah baru saja datang dari luar negeri. Kakak itu adalah saudara tiri,” ceplos Hana sebisanya. Setidaknya, Hyunjin tak tahu kebenaran di balik itu semua.

            “Apa itu saudara tiri?” tanya Hyunjin. Hana terdiam. Ada sedikit rasa menyesal karena ia menjawab tanpa berpikir. Akhirnya semua berbuntut panjang. Ia seolah lupa bahwa Hyunjin adalah seorang putri yang cerdas. Setiap kali Hana kebingungan disanalah Minyong berperan. Nenek Hyunjin itu mencoba mengalihkan pembicaraan mereka dengan topik lain.

            “Ehm, Hyunjin-ah, apa kau sudah makan malam?” tanya Minyong. Gadis kecil itu menggeleng pelan dengan wajah lesu. “Apa kau mau menemani nenek membuat ramyeon?”

Mendengar kata ramyeon membuat mata Hyunjin berbinar-binar. Bagi Hyunjin ramyeon adalah barang langka dalam hidupnya karena Hana punya aturan ketat tentang ini. Dalam sebulan Hyunjin hanya boleh makan ramyeon sebanyak dua kali karena menurut sang ibu terlalu sering makan ramyeon tidak bagus untuk kesehatan. Untuk kali ini, Hana memilih tak mempermasalahkan ramyeon. Lebih baik putrinya makan ramyeon banyak-banyak daripada bertanya hal-hal yang sulit ia jelaskan. Minyong memberi kode pada sang putri untuk menyerahkan Hyunjin padanya. Park Hana mengangguk pelan seraya tersenyum pada sang ibu. Dari sini istri Seokjin itu tak bisa lagi menahan air matanya. Ia mengusap cairan bening itu pelan-pelan dengan perasaan hancur. Hal yang paling ia takutkan akhirnya terjadi. Semoga saja Hyunjin tak ambil pusing tentang hal ini.

*****  

“Apa maksudmu?” bentak Seokjin yang terlihat begitu marah kepada Hyeri.

“Kenapa?”

            “Kenapa kau tiba-tiba muncul dan menciumku saat aku sedang video call dengan Hyunjin. Apa kau gila? Jangan bersikap gegabah, Hyeri-ya!” Nada bicara Seokjin meninggi. Ini pertama kalinya Hyeri mendapat perlakuan kasar dari Seokjin selama menjalin hubungan dengannya. Baik hubungan sekarang atau masa lalu. Tak terima dengan reaksi Seokjin yang berlebihan, Hyeri pun buka suara.

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang