09. Memori

153 25 2
                                    

Cahaya mentari menembus ke dinding kaca kamar Park Hana dan Baek Seokjin. Mata wanita itu mengerjap-erjap karena sinar matahari yang begitu terang mengenai kelopak matanya. Seulas senyum tipis dengan raut muka bahagia ia perlihatkan pada dunia di pagi hari kala melihat wajah tampan sang suami yang tertidur pulas tepat di depan indra penglihatannya. Mereka berdua masih berbalut selimut tanpa menggunakan sehelai kain pun. Jangan bertanya kenapa mereka berpenampilan seperti itu. Untuk kali ini Hana tak mau membangunkan Seokjin karena ia berpikir suaminya itu pasti kelelahan. Park Hana lebih memilih untuk bangun seorang diri dan menyiapkan sarapan.

Saat dia berjalan di koridor lantai atas dengan pakaian lengkap serta ikatan rambut yang seperti ekor kuda. Hana melihat sesuatu yang tak biasa. Biasanya saat pagi hari meja makan di dapur belum terhidang apa pun. Ia agak merasa aneh ketika sudah ada tudung saji di sana. Merasa janggal, Hana mempercepat langkahnya untuk mengecek. Dan benar, menu sarapan sudah tersaji dengan banyak varian. Hana tahu siapa yang membuat ini semua. Ia jadi merasa tak enak karena tamunya yang memasakan sarapan untuknya dan keluarga. Ketika ia terpikir untuk ke lantai atas menghampiri Hyeri. Mata Hana tak sengaja tertuju pada kertas yang ditempelkan di pintu lemari pendingin.

Hana-ssi, terima kasih sudah berniat mengajakku tinggal bersamamu tapi aku lebih nyaman untuk tinggal sendiri sementara waktu sampai aku mendapat tempat sewa yang murah. Kita baru pertama kali bertemu tapi kau sudah sangat baik padaku. Sekali lagi terima kasih. Sebagai balas budi aku membuat sarapan sebisaku. Semoga kalian menyukainya.

Hanya helaan napas panjang yang Hana bisa lakukan seraya melihat lembaran kertas itu dengan rasa iba. Seoul adalah tempat yang kejam bagi orang yang tak punya keluarga. Apalagi seorang perempuan yang hidup sebatang kara. Jika memang itu keputusan Hyeri, Hana tak bisa melakukan apa-apa. Ia hanya berdoa semoga Jung Hyeri baik-baik saja di luar sana serta segera mendapat tempat tinggal.

“Sayang, tumben masakanmu sudah siap sepagi ini,” tanya Seokjin tiba-tiba yang datang dengan wajah setengah mengantuk. Tampilan Baek Seokjin sangat menggemaskan dengan  piyama pink bermotif hamster.

“Jung Hyeri yang menyiapkan ini semua. Dia memasak sarapan untuk kita sebagai balas budi karena sekarang dia pergi,” jelas Hana seraya menatap suaminya lekat-lekat.

 Pria bermarga Baek itu tak mau ambil pusing tentang kepergian sang mantan kekasih. Justru keputusan Hyeri ini adalah angin segar baginya. Namun, saat ia membuka tudung saji di atas meja. Seokjin tersentak dengan hidangan yang ada. Ia tertegun bahkan tak tahu lagi harus berkata apa.

“Wah, kebetulan sekali semua yang ia masak adalah makanan kesukaanmu,” ucap Hana girang yang tak tahu apa-apa. Ekspresi Seokjin datar namun pikirannya memutar kembali masa-masa dimana ia menghabiskan makanan ini bersama Hyeri. Apalagi mantan kekasihnya itu sangat pandai memasak doenjang jjigae.

Doenjang jjigae adalah makanan kuah sup yang terbuat dari doenjang atau pasta kedelai Korea. Warnanya kuning kecoklatan, rasanya gurih dan memiliki aroma yang khas. Bisa dibilang hampir mirip dengan miso-nya Jepang. Di dalam doenjang jjigae biasanya dimasukkan rebusan zucchini, tahu putih yang dipotong kotak-kotak, daging sapi, bawang bombay dan irisan daun bawang. Dalam diam Seokjin melihat istrinya yang kini mencoba mencicipi masakan Hyeri. Sungguh untuk kali ini ia tak mampu untuk memakan menu kesukaannya.

“Wah, daebak, ini enak sekali. Lebih enak dari doenjang masakanku. Sayang, cepatlah makan,” ucap Hana seraya memasukkan beberapa sendok sup ke dalam mangkuk. Seokjin tak menjawab, ia hanya diam seribu bahasa. “Kenapa?” tanya Hana yang merasa heran

Sebuah pertanyaan singkat dan sederhana namun sulit untuk dijawab. Harus panjang lebar untuk menjelaskan semua. Banyak yang Seokjin pertimbangkan. Pria itu tak mau memakannya karena ia benci dengan Hyeri tapi bukankah itu akan membuat Hana bertanya-tanya. Sejak dulu ia tak pernah menolak doenjang dalam bentuk apa pun. Terpaksa dan mau tak mau Seokjin menerima semangkuk hidangan berkuah itu bersamaan dengan sedikit nasi.

“Apa Hyunjin sudah bangun?”

“Entahlah, aku lupa tidak mengeceknya,” jawab Seokjin yang terlihat tak semangat.

“Aku akan membangunkannya,” kata Hana yang pergi begitu saja meninggalkan Seokjin sendirian di ruang makan.

Baek Seokjin akhirnya mencicipi masakan sang mantan. Satu lahap saja sudah cukup bagi Seokjin untuk menilai bahwa doenjang buatan Hyeri memang sangat enak. Ia jadi mengingat masa lalu ketika Hyeri selalu memasakannya setiap waktu. Mereka tak hanya makan berdua melainkan dengan ibu Hyeri. Momen saat itu benar-benar membekas. Ia jadi penasaran bagaimana keadaan ibu Hyeri sekarang?

Jung Hyeri berjalan menyusuri jalanan kota yang masih tampak lengang di pagi hari. Wanita itu tampak tersenyum cerah dan semangat menjalani harinya yang tak begitu berjalan mulus. Jika dipikir secara logika ia tak perlu susah-susah seperti ini karena ada Hana yang mau menampungnya untuk sementara waktu. Namun, kehadiran Seokjin membuat dirinya tak nyaman karena kenangan masa lalu mereka. Apalagi hubungan keduanya saat itu hampir menuju ke arah yang lebih serius. Ditambah lagi alasan kenapa mereka berpisah karena kesalahan Hyeri yang lebih memilih pria lain dibandingkan Seokjin.

Bukankah konyol jika ia harus menumpang makan dan minum di rumah seseorang yang pernah ia sakiti. Selain itu ada hal lain yang mengganjal di hati wanita bermarga Jung itu. Entah kenapa ia sakit hati dan cemburu melihat kedekatan Seokjin dengan istrinya. Anggap saja dia sudah gila sekarang. Maka dari itu pergi dari sana adalah solusi terbaik. Namun, pikiran wanita memang sedikit aneh serta tak mudah ditebak. Jika memang dia berniat untuk melupakan kenapa sekarang Hyeri ada di sekitar Universitas Konkuk. Tempat dimana mereka banyak menghabiskan waktu bersama saat masih kuliah dulu.

Jung Hyeri menyusuri jalan yang kanan kirinya penuh dengan pertokoan, kafe, bahkan resto. Kini ia berhenti sejenak di depan sebuah kafe yang penuh kenangan tentangnya dan Seokjin. Wanita itu memutuskan untuk masuk, memesan makanan, dan duduk di tempat yang dulu mereka sering tempati. Memori indah itu kembali muncul di kepala Hyeri dan berhasil membuatnya tersenyum. Usai dari kafe, Hyeri kembali menyusuri jalan. Lagi-lagi matanya tertuju pada sebuah toko perhiasan perak yang persis berada di sampingnya. Kedua iris hitamnya menatap lekat-lekat sepasang cincin  pasangan yang terlihat begitu indah dan mewah. Ia ingat dulu Seokjin membelikan sebuah cincin pasangan untuk mereka berdua. Wajah bahagia pria bermarga Baek itu terukir jelas di ingatan Hyeri. Mengingat masa-masa indah yang mereka jalani tanpa terasa membuat wanita itu berkaca-kaca.

“Ternyata aku masih belum bisa sepenuhnya menghilangkan perasaanku untuknya,” gumamnya seraya menatap sepasang cincin yang tampak begitu indah dengan senyuman sinis. Helaan napas panjangnya seolah menjadi satu-satunya cara bagi Hyeri untuk menenangkan diri.

Semakin ia melangkah semakin tak jelas ke mana tempat yang ia tuju. Dan lagi-lagi, wanita bermarga Jung itu harus berhenti sejenak menatap halte bus yang ada di hadapannya. Dengan langkah berat, kaki indahnya menapaki perlahan trotoar di sepanjang jalan, duduk di kursi panjang halte, dan menutup mata sejenak untuk menikmati semilir angin. Dalam diam Hyeri kembali mengaktifkan memorinya di halte ini bersama dengan Seokjin. Saat mereka berdua masih, halte adalah menjadi tempat teromantis. Apalagi ciuman pertama mereka terjadi di sini ketika berteduh saat hujan. Semua kenangan bersama Seokjin benar-benar Indah. Bahkan ia hampir tak ingat kenangan buruk dalam hubungan mereka. Sungguh, Hyeri benar-benar menyesal telah mengkhianati Seokjin kala itu.

“Jung Hyeri-ssi,” panggil seseorang tiba-tiba yang membuat wanita itu membuyarkan kenangannya. Banyak pertanyaan yang ada di kepala Hyeri ketika mendapati Namjun dari dalam mobil sedang menatap ke arahnya. Sekilas pria itu melihat koper yang Hyeri bawa dengan ekspresi yang tak bisa dijelaskan.

TO BE CONTINUE

 BROKEN (MARRIAGE LIFE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang