•••••
Sanggana sudah kembali ke apartemennya, suasana kembali sepi karna Zelda malam ini tidak bermalam bersamanya. Setelah membersihkan badannya dengan langkah gontai Sanggana berjalan menuju dapur membuka kulkas yang setengah kosong, hanya ada beberapa yogurt strawberry, persik dan pudding jelly yang tinggal setengah. Sanggana mengambil yogurtnya dan duduk di salah satu kursi sambil melakukan panggilan video rutin dengan sang ayah.
"Ayah, kenapa lama angkatnya? Lagi ngapain?"
Terlihat ayahnya duduk di sebuah kursi di teras dengan kaca mata bacanya. "Biasa sayang, Sasa sudah makan?"
"Udah ayah, tadi Sasa pergi makan sama Zelda."
"Sa." Panggil ayahnya.
Kacamata yang sejak tadi bertengger di lepas, tak lupa memberi sedikit pijatan di antara kedua matanya yang terasa penat.
"Ada apa ayah?" Suara Sanggana terdengar halus dan lembut tak lupa senyum yang tak lepas dari wajahnya.
"Kapan kamu pulang? Kamu larang ayah terus buat kesana, kamu gak pernah mau ayah tengok, kamu seneng terus tinggalin ayah? Kamu tega terus biarin ayah sendiri? Sa, ayah sekarang sudah tidak muda Sasa harus ingat itu. Ayah tidak sekuat dulu, ayah butuh Sasa apa Sasa mengerti?"
Penuturan lembut sang ayah membuat Sanggana menundukkan kepalanya. Benar juga, kenapa ia begitu jahat selalu menghindar dan tidak mau menuruti keinginan ayahnya? Padahal sang ayah jauh lebih membutuhkan dia tapi anak tunggal Hendra Legian ini hanya memikirkan Sean dan Sean.
"Maafin Sasa ya, yah. Sasa belum bisa jadi anak yang baik buat ayah. Harusnya Sasa di sana sama ayah, tapi Sasa mohon kasih Sasa waktu sampai kontrak kerja Sasa selesai. Sasa masih harus stay di sini."
"Padahal kamu bilang setelah kamu ketemu Sean kamu bakal langsung pulang, tapi apa? Kamu sudah ketemu dia kan? Dan kamu masih gak mau pulang. Ayah tau kok, dia sekarang jadi bos kamu kan? Dan itu yang bikin kamu ingkar sama janji ke ayah."
Bagaimana ini? Dia sudah mengingkari janjinya pada ayah yang setia menunggunya. Kurang sabar apa Hendra pada anak semata wayangnya? Apa selama ini Hendra terlalu memanjakan putrinya? Apapun keinginannya selalu di turuti, meskipun Hendra harus menanggung semuanya termasuk menahan amarah. ia sudah berjanji untuk membahagiakan anaknya, tidak akan pernah menyakitinya tapi apa yang dia dapat? Sanggana bahkan tidak bisa menuruti satu keinginan Hendra ini.
"Satu bulan belum kembali kerumah, kamu tau akibatnya Sanggana. Kamu tau persis jika ayah sudah kehilangan kesabaran akan seperti apa, selamat malam nak."
Panggilan berakhir, menyisakan Sanggana yang menenggelamkan kepalanya pada meja makan di hadapannya, ia sudah tahu jika ayahnya sudah sangat gerah dengan perilakunya.
Tapi apa itu cukup? Sean saja sangat susah di temui, bagaimana cara menyelesaikan masalah dan mendapat maaf darinya?
"Sasa janji ini terakhir banget yah." Gumamnya melirih.
****
Sean sudah memasuki ruangan rapat antar direksi, ia sudah menyiapkan semuanya dengan baik dan cukup percaya diri bahkan projek kali ini akan Goal. Senyumnya indah dan gesturnya yang sangat gagah. Ah, Sean sangat tampan di balik setelan jas itu, ia terlihat sangat berwibawa. Jika Sanggana melihat Sean hari ini mungkin dia pun akan jatuh berkali-kali pada pesona Sean Aji Lukkito. Seperti yang sering Sanggana katakan jika ketampanan Sean berkali lipat banyaknya jika sedang berpakaian seperti ini.
Rapat antara direksi sudah akan di mulai. Sean, para direktur lainnya dan para investor sudah berkumpul di satu ruangan. Pertemuan berjalan sekitar 3 jam, Semua puas dengan hasil pertemuan kali ini terutama Sean, senyum puas terukir di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANA [END]
Teen Fiction[Sedang Revisi] katanya, jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya. jika pun kita berhasil memilikinya, kita mungkin hanya menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Sanggana Ayu Legian mencoba melarikan diri dari rasa sakit hati...