40. Sana Sini Rusuh

85 13 2
                                    

Hai, sebelumnya mau minta maaf dulu sama yang setia baca cerita ini. Karena keterlambatan up.
Jujur aja, kemaren sempet sedih bgt. File cerita ini ilang. Iya, HILANG TOTAL. Jadi mesti ngetik ulang semua stok part sampe tamat😭😭

•••••

Gara P.O.V

Kini tak ada satu haripun terlewati tanpa bayang Sanggana di kepalaku. Tak dapat ku pungkiri, aku sangat membenci Kenyataan ini. Kenyataan bahwa aku kembali menjadi pihak yang kalah. Aku membenci kemungkinan bahwa aku tak di inginkan oleh sang takdir bahagia.

Sudah ku alihkan pikiranku pada bekerja, sudah fokuskan diriku pada karir, sudah ku hibur diriku sendiri, namun tetap saja ada Sanggana di setiap bagiannya.

Aku begitu merindukan gadis cengeng itu, aku merindukan delikan matanya yang tajam, aku merindukan tawanya, aku merindukan senyumnya juga peluknya yang menghangatkan.

Apakah mungkin dia pun merindukanku? Aneh rasanya memikirkan itu. Di sana, dia pasti sedang sibuk mengurusi pernikahannya.

Aku tersenyum getir sesaat sambil menggelengkan kepalaku, ayolah Gar.. Sadar! Kamu sendiri memutuskan untuk pergi, dia pun sudah memilih pria lain.

Hhh.. Sulit!

Setiap detik memikirkannya membuat lukaku terus terguyur air garam, perih.

Ting!

Sebuah notifikasi, jemariku bergerak menyentuh layar ponsel dan menggulirnya. Jemariku menegang seketika, nafasku tercekat, mataku terbuka dengan sempurna.

Haha.. Apa ini?

Aku mengusap kasar wajahku, memastikan penglihatanku salah. Benarkah wanita berbalut pakaian adat Bali yang begitu cantik ini Sanggana? Secepat inikah waktu berlalu? Sungguh ini Sanggana?

 Benarkah wanita berbalut pakaian adat Bali yang begitu cantik ini Sanggana? Secepat inikah waktu berlalu? Sungguh ini Sanggana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. Pinterest

Aku terpaku sejenak, tubuhku melemas dan airmata ini meluruh dengan derasnya.

"Aaaaaaaaaaaarrrrggggghhhhhh"

Prang!!!!

Tanganku menyapu apapun yang bisa ku gapai, menghancurkan apapun yang ada di dekatku.

"Kenapa Gana?! Kenapa harus sekarang?! Kenapa harus secepat ini?! Ya Tuhan.. Aku gak siap, aku gak siap.. Kenapa harus senyum, KENAPA?! KENAPA KAMU PASANG MUKA BAHAGIA KENAPA SANGGANA?!"

Tangisku melirih bersautan dengan gejolak luka yang menimbulkan bising atas diriku. Rasaku hancur tak bersisa, luka yang ku tahan kini membuncah.

GANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang