38. Abu-Abu

82 15 0
                                    

Sebelum membaca boleh kok sumbang vote sama komennya 😁
Selamat membaca 🤍


•••••


Dalam pertemuannya dengan beberapa vendor Sanggana terlihat lebih banyak diam dan terlihat murung. Sejak Gara menghilang dari pandangannya, hanya Gara satu-satunya yang memenuhi isi kepala Sanggana.

Jangankan untuk fokus pada pembicaraan mereka, duduk saja Sanggana tak tenang. Ia begitu gelisah. Berlama-lama di sini membuatnya tak tahan, Sanggana ingin mengejar Gara ke bandara namun apa boleh buat? Sean tetap harus ia prioritaskan.

"Sebelum kita sudahi, apa ada tambahan lagi mungkin--"

Sanggana langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, tidak ada tambahan apapun yang ia inginkan adalah pertemuan ini segera berakhir.

"Kami rasa cukup." Ucap Sean mengambil alih.

"baiklah kalo begitu. Terima kasih atas waktunya mas Sean dan Mbak Sasa. Kami permisi."

Sanggana bernafas lega, akhirnya mereka pergi itu artinya Sanggana bisa segera menyusul Gara. Semoga saja masih sempat, ia hanya berharap Gara masih menunggunya di sana.

"Sayang, kamu nganterin aku ke bandara kan?" Tanya Sean sebelum beranjak dari sana.

Sanggana mengerutkan dahinya, "bandara? Kamu mau kemana?"

"Aku kan tadi udah bilang aku harus kembali ke jakarta, banyak pekerjaan aku yang tertunda." Jawab Sean sambil berlalu.

Sanggana langsung mengejar Sean dan mencoba menyejajarkan langkahnya. "Loh terus pernikahan kita? Sean dua minggu bukan waktu yang lama, dan persiapan kita masih -70% lagi. Siapa yang ngurus semuanya? Kita pun belum bilang sama ayah soal ini. " Protesnya.

"Ya kan ada kamu, kamu uruslah semuanya. Aku bisa kan ngandelin kamu?" Sean berhenti sesaat menatap Sanggana.

Gadis ini mendengus kesal. "Kamu mau aku yang ngurus semuanya? Sean aku juga banyak kerjaan, aku butuh kamu di samping aku. Toh ini semua ide kamu yang minta pernikahan kita di percepat."

"Kamu gak butuh aku kamu bisa nyuruh siapapun, tapi aku mau tetap kamu yang urus segala detailnya. Jangan manja! Dulu kamu bisa siapin sendiri." Ucap Sean yang terus berjalan, tak peduli Sanggana yang harus terus mempercepat langkah mengejar dirinya.

"Tapi dulu kamu temenin aku!"

Sanggana terlihat emosi, bisa-bisanya Sean lepas tangan dan tak mau ikut campur perihal pernikahan mereka.

Lalu apa sekarang? Sean bahkan meninggalkan Sanggana masuk ke mobil terlebih dulu.

"Sean kamu denger aku ngomong kan?" Tanya Sanggana yang kini sudah duduk di sebelahnya.

Sean menghela nafas sebelum melajukan mobilnya.

"Apalagi?" Sungutnya.

"Apalagi? Sean aku gak bisa lakuin semuanya sendiri, gimana soal fitting baju pengantinnya? Gimana sama foto prewedding? Berkas-berkas dan lain sebagainya?" Sanggana terus menyerocos tanpa peduli Sean mendengarnya atau tidak.

"Aaargh.. Cukup Sanggana!" Habis sudah kesabaran Sean.

"Aku bilang, kamu--urus--semuanya!" Sentak Sean dengan rahangnya yang mengeras.


******

Gara sudah berada di terminal I, menatap sendu papan tanda yang ia lewati, kini dirinya sudah berada di depan gate 1A keberangkatan bersama yang lain.

GANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang