•••••
Sepanjang perjalanan Gara terus menekuk wajahnya, tatapannya sendu dan tak pernah lepas dari Sanggana yang duduk di sampingnya.
Sanggana menampar pelan wajah Gara agar kembali fokus menyetir. "Gara fokus kedepan, bahaya!" Omelnya.
Tapi Gara seperti seseorang yang memiliki seribu nyawa, tak peduli dengan omelan Sanggana yang mulai risih dengannya. Sesekali ia tetap melirik Sanggana di sampingnya.
Gara ingin terus menatap Sanggana, tak ingin berpaling sama sekali. Ia sungguh tidak siap menjalani hari tanpa Sanggana di sampingnya, Gara terbiasa dengan kegiatan antar jemput gadisnya ini.
Sebagai sosok bucin Sanggana, Gara jelas sangat sedih. Sudahlah cintanya tak ada kejelasan, dan sekarang harus berjarak dengan Sanggana yang entah kapan akan kembali.
"Tunggu, jangan dulu turun." Gara menahan langkah Sanggana yang akan keluar dari mobilnya.
"Kenapa lagi?"
"Lo yakin gak mau ngundur aja?" Rengek pria bertelinga peri ini.
Sanggana menghembuskan nafas kasar.
"Kalo lo balik, gimana soal hubungan lo sama Sean?" Tanya Gara tiba-tiba.
Entah apa yang ada di pikirannya, tapi memang itulah pertanyaan yang mendadak muncul di kepalanya.
"Soal gue sama Sean, itu urusan gue dan lo gak berhak tau. Yang jelas, gue cukup tenang ninggalin Bandung karna setidaknya semuanya udah clear meskipun Sean gak bisa terima gue lagi." Jelas Sanggana.
Gara melipat kedua tangannya di dada, sebal.
"Lo bener-bener ya gak ada mikirin gue sama sekali, terus lo tenang-tenang aja gitu ninggalin gue yang jelas-jelas takut kehilangan lo?!"
"Ini nih yang gue gak suka dari lo, selalu deh berlebihan. Gak usah lebay, inget umur lo! Lagian lo gak akan kehilangan gue." Lagi dan lagi Sanggana mengomeli Gara.
Jika menghadapi Gara, Sanggana yang seharusnya sedih pun malah menjadi panas mendidih. Gara yang terlalu ekspresif dan Sanggana yang terlalu mudah risih.
"Siapa yang bisa jamin gue gak akan kehilangan lo? Paling kalo udah sampe sana lo lupa sama gue"
Lihatlah bibirnya mengerucut lucu, pipinya menggembung, gemas sekali bayi besar ini.
"Gue! Gue yang bakal jamin gak akan pernah lupa sama lo-" Jawab Sanggana dengan tegas. "kecuali gue amnesia, wlee" Lanjutnya sambil menjulurkan lidah.
dengan cepat Sanggana keluar mobil Gara melambaikan tangan seraya berlari menjauh.
Gara, matanya melotot melihat Sanggana pergi begitu saja dari hadapannya. Tak ayal Gara langsung berlari mengejarnya, namun Sanggana sudah menghilang di balik pintu lift.
"Sial! Hh.. Gana lo tuh kenapa sih! Euhhh" Gumam Gara menggeram kesal, padahal Gara masih ingin sedikit lebih lama dengannya.
*****
Sean baru saja menyelesaikan lemburnya, ia tampak sangat betah berada di ruang kerja. Tak terasa hari sudah gelap dan badannya terasa sangat kaku sudah meminta jatah istirahat.
"Hoamm" Sean menguap sambil meregangkan ototnya.
Melemparkan tubuhnya di kasur empuk berukuran king size dan siap untuk memejamkan matanya.
Namun mendadak Sean teringat ia belum membuka ponselnya yang lain. Sejak kemarin ia hanya memegang ponsel khusus kantor sampai lupa melihat ada apa di ponsel pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANA [END]
Teen Fiction[Sedang Revisi] katanya, jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya. jika pun kita berhasil memilikinya, kita mungkin hanya menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Sanggana Ayu Legian mencoba melarikan diri dari rasa sakit hati...