35. Siluet Lorong Temaram

89 12 2
                                    

Author baliikkk wkwk
Setelah bilang mau lebih rajin update malah ngilang 😅 maafkan ya, btw happy reading 🤍

*sssst jangan lupa vote komen 🤭

•••••

Merasa cukup lama menunggu Sanggana, Gara pun memutuskan menghampiri Sanggana yang masih berada di dalam.

Di sanalah Gara melihat Sanggana berdiri di hadapan beberapa pelayan dengan wajah dingin.
"Kalo sebelum saya pulang Sean datang dan salah satu dari kalian bicara sama Sean, saya pastikan kalian kena skors." Dengan nada dingin dan tatapan tajam Sanggana memandang mereka sekilas.

"... Ngertikan 'SKORS'?" Sanggana menekan kata Skors itu seraya melirik sang ibu yang berada di ujung sana menatapnya datar.

Apa yang keluar dari mulut Sanggana persis seperti yang sering di katakan Henny dulu. Ancaman dan hukuman yang sering ia berikan pada Sanggana ataupun pelayan yang tak menurutinya.

Jika boleh jujur, Sanggana tak bermaksud melakukan itu, hanya saja ia ingin berdiri lebih kuat di hadapan sang ibu sekarang.

Henny menatap kepergian anaknya.

"Dia memang benar-benar anak Hendra, makin hari Sasa makin mirip ayahnya. Hhh.. Sialan!" Gumamnya.

Lantas, apakah seorang anak yang tinggal dan di besarkan di lingkup keluarga disharmonis atau toxic akan memiliki sifat dan karakter yang sama seperti anak yang di besarkan di keluarga harmonis? Seorang anak yang terlanjur membenci sang ibu.

Henny memilih berlalu tak ingin mempedulikan anak semata wayangnya itu.

Tak mengerti apa yang sedang di rasakan hati Gara melihat sikap Sanggana tadi, akan tetapi melihat Sanggana berbalik Gara pun segera kembali ke tempatnya menunggu Sanggana tadi.



"Ayo" Seru Sanggana.

Gara terpaku sejenak memandangi Sanggana, lalu mengangguk.

Seorang supir tampaknya sudah bersiap berdiri di samping mobil sport berwarna biru dan membukakan pintu untuk Sanggana.

"Saya bawa mobil sendiri."

"Oh, iya baik non." Supir itu mengangguk dan mundur dari sana.

"Kita pergi pake mobil ini?" Tanya Gara.

"Iya, kenapa?"

"Enggak." Timpalnya, lalu membukakan pintu untuk Sanggana.

Keduanya pun berlalu.

Di sepanjang jalan Gara memikirkan semuanya yang ia lihat sejak kemarin. Setengah hatinya mulai menyetujui ucapan Zelda, bahwa memang benar Gara tidak cukup mengenal sosok Sanggana yang sebenarnya.


*****

Mereka saat ini sudah berada di backstage bersama Joan, Angga, Rayn, dan asistennya.
Meskipun terasa canggung di awal namun suasana cair begitu saja. Sanggana beberapa kali tertawa karna lelucon yang di lontarkan Gara dan ketiga temannya.

"Jadi ada untungnya kan lo nyusul kita kesini? Kita gak perlu bayar denda, lo juga sama Sasa  gak berantem lagi." Ujar Angga.

"Berantem?" Ulang Sanggana.

"Gak usah di dengerin." Sahut Gara yang sedari tadi terus menggenggam tangan Sanggana tanpa henti.

Joan yang mengetahui apa yang sebenarnya terjadi antara keduanya pun hanya diam dan melirik Gara.

"Guys 15 menit lagi ya!" Seorang staf tiba-tiba saja muncul.

"Oke"

"Kamu di sini atau nonton di depan?" Tanya Gara.

GANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang