23. Suapin!

107 17 3
                                    

Author balik lagi 😁
Mohon maaf belakangan updatenya seminggu sekali, ada beberapa kesibukan yang ngeribetin wkwk

Selamat membaca ❤


••••


Hari berlalu, aktifitas semua orang berputar seperti biasanya. Bangun pagi, mandi, sarapan dan bersiap untuk memulai pekerjaan juga ada Gara yang tak pernah lelah bangun super pagi agar bisa sarapan bersama Sanggana.

Pagi ini Gara sudah sampai di apartemen Sanggana, duduk manis seraya menunggu Sanggana yang masih bersiap di kamarnya. Namun pandangannya terhenti pada sesuatu di pojokan, itu adalah bunga yang ia persembahkan untuk Sanggana semalam tergeletak tak berdaya di sebuah tempah sampah kecil ruangan tersebut.

Dengan perasaan sedih dan kecewa Gara mengambil bunga tersebut dan hendak beranjak, tetapi baru sampai pintu Sanggana pun muncul memanggilnya.

"Gara? Mau kemana?"

Gara berbalik lalu menggelengkan kepalanya dengan wajah datar.

"Sarapan dulu gak?" Tanya Sanggana.

Dari raut wajahnya terlihat semua baik-baik saja seperti tak ada yang terjadi, Gara semakin merasa kecewa melihat keceriaan Sanggana pagi ini.

"Udah sarapan, mau langsung jalan?" Gara berusaha setenang mungkin.

"Emm.. Yaudah deh, gue udah sarapan juga tadi" Putusnya lalu melangkah keluar dan mengunci pintu. "Ayo, Gar." Lanjutnya saat ia melihat Gara masih berdiri di posisinya.

"Duluan"

Tanpa pikir panjang Sanggana melangkah terlebih dulu dan Gara berjalan setelahnya dengan tangan menggenggam bunga tersebut di belakang tubuhnya.

Sesampainya di dalam mobil, Gara berusaha dengan hati-hati menyimpannya tanpa di ketahui Sanggana.

Hening.

"Gimana sama penampilan gue semalem?" Gara memecahkan keheningan.

Sanggana mengalihkan pandangannya.
"Bagus, lo keren banget." ucap Sanggana sambil tersenyum.

Gara diam sesaat melihat Sanggana tersenyum.

"Lo suka sama bunga yang gue kasih?"

Sanggana menelan salivanya mendengar hal tersebut, lalu kembali tersenyum.

"Suka! bunganya bagus, makasih banyak yaa."

"Berarti lo simpen bunganya?" Tanya Gara lagi, ia ingin mendengar apa jawaban Sanggana.

Akankah Sanggana berkata jujur?

"Iya, gue simpen di kamar. Sayangkan kalo di buang mending jadi pajangan biar kamar gue makin cantik" Ujarnya, dengan senyum yang masih bertahan di bibirnya ia memalingkan wajah menghadap jendela.

Maaf Gar gue bohong, gue gak mau lo kecewa kalo tau gue buang bunganya.

Gara ikut tersenyum miris, selancar itu kebohongan meluncur dari bibir cantiknya.

Lo bohong! Batin Gara.

Jika memang Sanggana tidak menyukainya kenapa ia harus menerimanya dengan terpaksa dan setelah itu membuangnya? Titik yang paling di sayangkan oleh Gara adalah, kebohongan Sanggana. Itulah yang berputar di kepala Gara saat ini.

Kini keduanya larut dalam pikirannya masing-masing sampai mobil terparkir di depan resto.

"Gue kerja dulu ya, lo.. Emm.. Yang semangat kerjanya." Kata sanggana dengan gugup.

GANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang