50. Minta Mama Baru

119 11 2
                                    

Akhirnya bisa update lebih cepat lagi 😁
Btw, Makasih banyak buat yang sudah support cerita ini. Free kritik dan saran ya, apapun yang mau di sampaikan tentang cerita ini author sangat terbuka 🥰
Btw, jangan lupa vote dan komen ya 💜

•••••

"Kita mau ke rumah om Gara?"

Seaji yang duduk di antara Gara dan Sanggana di kursi belakang tak henti-hentinya mengocehkan apapun yang ada di kepalanya pada Gara. Dan pria dewasa itu begitu cepat tanggap pada Seaji, menjawab semua pertanyaan Seaji yang bahkan terkadang tak masuk akal.

"Betul! Kamu mau kan? Nanti di sana ada kakak Lula juga, kalian bisa main bareng."

"Ada mainan gak?" Seaji sepertinya mulai berkompromi dengan Gara.

"Ada dong!"

Seaji yang senang mendengar banyak mainan di apartemen Gara langsung berbalik menatap Sanggana dengan antusias.

"Mama, nanti eji mau main di rumah om Gara." Katanya.

Sanggana yang sedari tadi diam, tersenyum dan sesekali tertawa melihat putranya bersama Gara. Dirinya hanya mengangguk mengiyakan putranya. Ia sibuk memperhatikan interaksi mereka, Sanggana merasakan kehangatan di antara keduanya. Ada rasa haru dan sesak.

Seaji sama seperti anak lainnya, ia cukup rewel dan sesekali mengalami tantrum. Tetapi jika bersama pria dewasa, semua itu seolah hilang dari sang putra. Seaji begitu manis dan tampak bahagia. Itu jugalah alasannya sering terlihat bersama Allerick, karena Seaji selalu ingin bersama dengan uncle Bian dan om Alle-nya.

Sekilas Sanggana merasakan perubahan pada suasana hatinya. Ia teringat percakapan dengan sang papa mertua. Yang meminta dirinya memikirkan perasaan Seaji yang sangat membutuhkan sosok ayah.

Ya, Seaji sangat membutuhkan sosok papa. Dia membutuhkan figur seorang pria dewasa di hidupnya. Tetapi apakah itu perlu? Sanggana sendiri tak yakin apakah ia siap jika harus menjalin hubungan kembali dan berakhir di tinggalkan.

Ibu satu anak ini memalingkan wajahnya menatap keluar jendela mobil.

"Mama gak pernah ngerasa sedih liat kebersamaan kamu sama uncle, om, atau eyang. Tapi sekarang rasanya beda, kamu dan Gara.."

Menghela nafas sejenak menenangkan pikirannya.
"Apa, sih. Emang kenapa sama Gara? Udahlah, gak usah berlebihan, Sa." Tepis Sanggana pada pikirannya sendiri.



*****

Mereka sudah memasuki lift menuju unit apartemen Gara yang berada di lantai 6 dengan Seaji yang tak melepaskan pegangannya dari Sanggana dan Gara, berjalan layaknya sebuah keluarga kecil bahagia. sampai membuat kedua orang dewasa itu merasakan kecanggungan yang luar biasa.

"Om, katanya mau ke rumah om. Kok kita di sini?"

Gara melihat Seaji dengan mukanya yang sudah masam. "Rumah om kan di sini, sayang." Jawab Gara lembut.

Seaji mengerutkan dahinya, "rumah om, di kantor?" Tanya Seaji bingung.

Gara terkekeh kecil, "ini namanya apartemen, bukan kantor."

"Bukan kayak tempat kerja mama?"

Gara menggeleng.

"Seaji bawel banget sih dari tadi? Mama pusing tau." Sahut Sanggana menggoda putranya.

"Hmm.." Seaji mendengus melirik Sanggana dengan wajahnya yang di lipat sebal lalu memalingkan wajahnya sambil melipat tangannya.

Ting!

GANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang