Gak usah banyak cakap deh, ya. Budayakan vote, ramein kolom komentar, share kalau ke temennya kalau suka sama cerita ini.
Enjoy💜
BGM: Judika - Mama Papa Larang
•••••
Setelah lelah berjalan-jalan dan bermain di pantai, mereka akhirnya memutuskan kembali ke hotel untuk bersiap makan malam.
Gara senang semuanya tampak bahagia. Keluarganya dalam formasi lengkap, turut merayakan resminya hubungan dirinya dengan Sang kekasih yang telah ia nantikan selama bertahun lamanya. Ia tak hanya mengantongi restu orangtua, namun juga Tuhan dan semesta.
"Oh, iya. Jadi, kapan kita bisa ketemu sama ayah kamu?" Suara Nilam memecah dentingan pisau dan garpu yang begitu syahdu di atas meja makan besar VVIP mereka.
Sanggana hampir saja memasukan sesuap spaghetti ke dalam mulutnya sebelum sang calon ibu mertua menanyakan perihal ayahnya. Ia menyimpan kembali garpu yang hampir sampai ke dalam mulutnya.
"Ehm.. gini mah, pah. Jadi, karena ayah masih di——" ucapnya tergantung dan melirik Gara sekilas. "Ya, kalian pasti tau. Jadi, kita berdua mutusin kalau kita aja yang nemuin papa ke rutan. Maaf sebelumnya mah, pah. Aku bukan bermaksud menghalangi atau gak——"
"Iya.. kita faham kok, iya kan, pah?" Potong Nilam seraya memberikan senyum. Ia bisa merasakan jika Calon menantunya tak terlalu nyaman membahas hal ini.
"Kita berdua ikut apapun keputusan kalian. Toh, kalian berdua udah cukup berumur buat ambil keputusan." Tambah Winata dengan sedikit gurauan.
Si sulung tampak membulatkan kedua matanya, "berumur? Papa ngatain aku berumur? Ya Tuhan.. dek, kalau kakak berumur papa apa namanya?" Seru Gara dengan sejuta ekspresi jenakanya pada Noora yang sedang menikmati makan malam.
Noora menimpali Gara dengan tawa, namun tak hanya Noora, tapi seisi ruangan ikut tertawa karena perkataan Gara tadi. Suasana makan malam menjadi riuh dengan canda tawa.
Gara berhasil mencairkan suasana yang mungkin saja sempat membuat Sanggana tak nyaman tadi. Ia mengalihkan pandangnya pada Sanggana yang sedang tertawa dan bersenda gurau dengan Noora dan yang lainnya.
Bibir berisinya tersenyum simpul di atas senyum dan tawa Sanggana. "Bahagiakan kami selalu, Aamiin."
Acara makan malam telah selesai, Seajina dan Lula pun sudah kekenyangan lantaran mencicipi banyak makanan yang menurut mereka menarik.
Sanggana menahan lengan Gara, "Gar, kamu bisa ke mobil duluan kan sama anak-anak? Aku mau ke toilet sebentar."
"Oh, oke, perlu di anter gak?" Timpal Gara dengan wajah konyolnya.
Pakk!
Belum sempat Sanggana bereaksi, sebuah tepukan yang cukup kencang mengenai punggung Gara. Membuatnya tertawa puas.
"A—akh! Becanda, ma." Ringisnya yang di sambut gelak Seajina dan Lula.
"Mama jangan lama-lama, ya." Ucap Seaji.
Sanggana mengangkat jari bertanda, OK.
*****
Sanggana berdiri di depan cermin yang memantulkan pesonanya dalam balutan dress putih polos semi formal, mengeringkan tangannya yang basah dan merapikan sedikit tatanan rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GANA [END]
Teen Fiction[Sedang Revisi] katanya, jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya. jika pun kita berhasil memilikinya, kita mungkin hanya menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Sanggana Ayu Legian mencoba melarikan diri dari rasa sakit hati...