54. Lembaran Baru

94 16 3
                                    

Setelah mager dan nunda update akhir di up juga pagi ini wkwk harusnya Selasa kemarin ada update an, tapi tiba-tiba mood ceritanya ilang pas lagi revisi. Jadi harus perbaiki mood dulu 😁
Baiklah, terima kasih vote dan komennya 💜

•••••

"Jadi ini punya papa? Terus mama kerja di sini?"

Sanggana mengiyakan ucapan putranya, "dulu mama kerja di sini dan papa jadi bosnya mama."

Sanggana dan Seaji kini tengah berada di Megabi Resto, tempat di mana dulu Sanggana bekerja dan di pertemukan kembali dengan Sean sekaligus Gara.

Setelah sekian lama Sanggana kembali menapakkan kedua kakinya di kota ini, kota yang menyimpan begitu banyak kenangan tentang perjalanan Sanggana.

"Ma, Eji kenyang."

"Seaji bisa tunggu mama? Mama ada urusan sebentar, ya, sayang." Ucap Sanggana yang kini sedang bersama Toni manager resto.

"Wah, senang sekali akhirnya saya bisa ketemu lagi dengan ibu."

"Tunggu, pak. Kok rasanya aneh ya, denger bapak manggil saya ibu. padahal dulu Sasa aja." Candanya.

"Ah, itu kan dulu. Sekarang kan Bu Sasa pemilik resto ini. Masa saya samain."

"Santai aja, pak."

"Bu Sasa, apa kabar?" Sapa kepala chef yang begitu berjasa semasa ia bekerja di sini.

Sanggana yang sedang melihat berkas dan seluruh laporan restoran mengalihkan pandangannya dan berdiri menyalami. "Alhamdulillah, seperti chef lihat."

Untuk beberapa sekon, Toni dan kepala chef terdiam mencerna apa yang baru saja ia dengar. "Kok, bu Sasa bilang Alhamdulillah?"



*****

Baiklah hari baru dengan semangat baru, Gara berjalan memasuki hunian barunya bersama Lula dan keluarganya. Rumah mewah Gara ini sebetulnya sudah rampung satu tahun yang lalu, hanya saja Gara belum mau menempatinya dan hanya di isi oleh para pekerjanya seperti satpam dan beberapa asisten rumah tangga.

Gara menghela nafas dalam sembari menengadahkan kepala. Akhirnya, setelah melewati beberapa pertimbangan Gara memilih pindah dari apartemennya. Tahukah kalian apa alasan yang membuat Gara enggan buru-buru pindah ke rumah ini? Jawabannya, karena Gara ingin ia menempati rumah ini dengan istrinya kelak. Sebagai hadiahnya untuk sang istri.

Namun apa boleh di kata? Jangankan untuk di tinggali bersama istri, sosok wanita beruntung saja belum terlihat hilalnya sama sekali.

"Wah, papa rumahnya gede banget!" Pekik Lula senang.
"Kamu suka?" Tanya Gara.

Lula mengangguk, "suka, pah. Tapi buat apa papa bikin rumah besar ada kalau kita cuma tinggal berdua? Oma, opa, tante Noora sama om gak tinggal di sini." Ocehnya.

"Kata siapa berdua? Kan ada bibi 3, ada pak satpam juga. Banyak loh."

"Papa gak seru!" Lula lantas lari menghampiri Omanya. "Oma, opa, Tante, malem ini nginep di sini kan?"

"Tante Noora kayaknya engga deh, Tante Noora ada urusan sama om." Sahut Noora.

"Ih, tante." Keluh Lula.

GANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang