•••••
Pintu tinggi itu terbuka dengan lebar, dan Hendra sudah menunggu Sanggana di sana.
"Dari mana? Kenapa gak ngabarin ayah?" Tegur Hendra saat Sanggaja berlalu begitu saja melewatinya.
Gadis itu menghentikan langkahnya berbalik pada sang ayah lalu memeluknya.
"Ada apa nak?" Sambil mengusap punggung putri tercintanya yang menangis terisak.
Sanggana terus terisak menumpahkan semua kesedihannya hari ini.
****
"Jadi kita kemana hari ini?" Tanya Sean Saat sudah melajukan mobilnya.
"Kita ke alamat yang di kasih Bian dulu ya"
Sean tidak banyak bicara lagi, dan langsung mengikuti arahan Sanggana.
Sesampainya di lokasi, Sanggana tidak langsung turun dari mobil. Memperhatikan sekelilingnya yang tampak sepi, ia yakin ini sesuai dengan alamat yang di tuju namun kenapa terlihat kosong.
Melihat Sean yang beranjak keluar, ia pun akhirnya mengikuti Sean.
"B5.. Nomor rumahnya bener, tapi kok sepi dan berdebu?" Ujar Sanggana ragu.
"Kamu yakin ini alamatnya? Kok ini kayak rumah yang lama di tinggal."
Sanggana menoleh ke arah Sean dari helaan nafasnya gadis ini seperti nya ia cukup khawatir.
"Permisi.." Seru Sanggana sambil mengetuk pintu yang berdebu itu.
"Permisi.. Atik.."
Oh tidak, Sanggana mulai merasa curiga jika Bian menipunya. Lihat saja gerak gerik Sanggana yang sudah tak tenang.
"Sabar, kita coba lagi.." Seakan tahu kekhawatiran sang kekasih Sean pun mencoba menenangkannya dan mengusap kepalanya.
Giliran Sean yang mengetuk. "Permisi.."
"Atik.. Atik ini Sasa, Atik buka pintunya.." Teriak Sanggana yang mulai tak sabar.
Sean memutuskan berjalan memeriksa ke samping rumah tersebut, nihil. Sepertinya benar tebakan Sean, Bian sengaja memberikan alamat yang salah.
"Atik! Atik ini Sasa.. Buka pintunya Atik.."
Hatinya mulai tak tenang, ia pun menghubungi Bian namun tak kunjung di angkat."Gimana?" Tanya Sanggana saat melihat Sean kembali.
Sean menggelengkan kepalanya.
"Permisi, kenapa kalian di sini?" Seorang wanita paruh baya muncul dari balik pintu luar.
"Ah, saya cari Bian dan ibunya, Atik. Ini fotonya, katanya mereka baru pindah kemarin." Sanggana dengan cepat menghampirinya.
Penduduk setempat itu tampak memperhatikan dengan seksama.
"Pindah? Sepertinya kalian salah tempat. Saya yang mengurus rumah ini..."
"Memang ada yang sempat menghubungi saya untuk menyewa rumah ini, tapi sampai sekarang tidak ada yang datang."
*****
"Sasa.."
Tidak ada jawaban, gadis itu tetap menatap keluar jendela mobil, matanya yang memerah dan hatinya menggondok pada Sean.
Sean mencoba meraih jemari Sanggana dengan sebelah tangannya, "Hey-" Sayang sekali Sanggana menepisnya sedikit kasar.
"Apa? Kamu mau bilang apalagi? Aku gak punya hak? Aku berlebihan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GANA [END]
Ficção Adolescente[Sedang Revisi] katanya, jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya. jika pun kita berhasil memilikinya, kita mungkin hanya menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Sanggana Ayu Legian mencoba melarikan diri dari rasa sakit hati...