"Biar cinta bergerak sekeinginannya, tak memaksakan namun tak melepaskan karena dia tahu jalan pulang."
•••••
Gara memang tak pernah kehabisan akal, selalu ada cara mencairkan suasana agar lebih hidup. Menepis kecanggungan di antara dirinya dan Sanggana. Asik bertukar cerita ngalor-ngidul perihal pekerjaan mereka, perihal bisnis, dan sebagainya. Sampai tak terasa waktu berlalu, Lula dan Seaji tampaknya mulai kelelahan bermain.
"Papa, aku lapar." Lula berlari kecil menghampiri Gara.
"Kalian lapar? Ya udah, kalau gitu mainnya udahan kita cari makan sekarang. Mau?" Tanya Gara pada Lula dan Seaji.
Keduanya mengangguk tanda setuju.
"Seaji sama Lula lagi mau makan apa?" Sahut Sanggana.
"Eji mau ayam, ma." Serunya.
"Aku juga mau ayam."
"Okey, mari kita meluncur!" Pekik Gara seraya merentangkan kedua tangannya bermaksud menggandeng Lula dan Seaji.
Sementara Sanggana berjalan di belakang mereka, memperhatikan keakraban putranya bersama Gara dan Lula. Hatinya damai, seandainya kebahagiaan Seaji berlangsung selamanya.
Suasana makan begitu hangat dengan candaan kecil yang membuat tawa Seaji dan Lula.
"Mama panas!"adu Seaji.
"Mau mama suirin aja atau mama suapin?" Sanggana yang memokuskan atensinya pada Seaji.
"Suapin, aja."
Dengan sigap Sanggana menghentikan acara makannya dan menyuapi putranya.
"Aaa.."
Tunggu, itu bukan Seaji yang membuka mulutnya melainkan bayi besar beranak satu alias Gara.
Sanggana mengerutkan keningnya, "kamu ngapain?"
Pria itu tetap membuka mulutnya lebar-lebar sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Sanggana, ia menunjuk mulutnya. "Aaa.."
"Apaan, sih? Gak mau, ah."
Penolakan Sanggana membuat Gara mengatupkan kembali mulutnya dengan wajah melas. "Kok Seaji doang yang di suapin." Protesnya.
"Kamu kan punya tangan, makanlah sendiri."
"Tau nih, papa kan udah gede kok masih di suapin? Kayak aku dong, pah. Makan sendiri!"
"Om, payah! Makannya harus di suapin."
Mendengar Gara mendapat ledekan dari anak-anak membuatnya tertawa, "iya, ih. Om Gara Cemen!" Sanggana ikut meledeknya.
Semua tampaknya senang melihat Gara yang kesal. Sanggana, Seaji dan Lula bahkan puas meledeki Gara.
"Seaji gak oke, nih. Gak bestie sama om Gara. Hmm!"
Gara memalingkan muka berakting marah."Biarin, Eji masih punya kakak Lula sama mama. Om gak ada temennya. Huuuu..".
Begitu meriah suasana makan siang hari ini, sampai tak terasa piring mereka telah kosong dan makanan pun ludes. Saatnya mereka pulang.
"Abis ini kamu mau kemana?"
Seraya mengambil tas tangannya Sanggana menjawab, "kayaknya aku mau langsung ke resort yang di Bogor ngecek pembangunan sekalian nginep di sana. Setelah itu besokannya sebelum pulang aku mampir dulu ke perusahaan Sean yang lama."
Gara mengangguk mendengar penuturan Sanggana. "Ya udah, kalau gitu aku anter aja."
"Hah?! Enggak, gak usah gak apa-apa. Ngerepotin banget, aku bisa sendiri. Lagian Lula juga belum sampai ke rumah abis pulang sekolah, kasian capek."
KAMU SEDANG MEMBACA
GANA [END]
Teen Fiction[Sedang Revisi] katanya, jangan mencintai seseorang yang belum selesai dengan masalalunya. jika pun kita berhasil memilikinya, kita mungkin hanya menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Sanggana Ayu Legian mencoba melarikan diri dari rasa sakit hati...