26. Savana Hari itu

85 17 2
                                    

Pagi ini Sanggana datang seperti biasa ke restoran, bukan untuk bekerja melainkan untuk memberikan surat pengunduran diri. Meskipun terasa sangat amat berat, tapi janjinya pada sang ayah tak bisa lagi ia ingkari.

Sang manager pun merasa ini terlalu mendadak karna rasanya selama hampir 2 tahun ini Sanggana bekerja sangat baik, Megabi masih membutuhkannya. Namun bujukan-bujukan agar Sanggana bertahan sepertinya sia-sia, mengetahui alasan Sanggana memilih mengundurkan diri membuat Sang manager tak bisa berbuat apa-apa.

Bagaimana pun ini tidak mudah bagi Sanggana, Tempat ini begitu berarti karna sudah mempertemukan Sanggana dan Sean kembali. Juga para rekan kerjanya yang menerima Sanggana dengan baik. Setelah berpamitan pada seisi resto, Sanggana pun pergi.

****

Siang ini Sanggana menghabiskan waktunya dengan Zelda. Saat ini keduanya mulai berkutat dengan beberapa barang, memilah apa saja yang akan Sanggana bawa pulang.

"Lo yakin gak akan balik lagi?" Tanya Zelda.

Sanggana tampak berpikir.

"Kalo di tanya yakin gak yakin, sejujurnya gue sendiri gak tau. Gue masih pengen banget bertahan di sini. Apalagi kalo inget Sean, rasanya mau gue batalin aja. Tapi gue gak mungkin ngecewain ayah lagi, ayah udah banyak menderita karna gue"

Sanggana tampak sedih, "gue baru baikan sama Sean, gue masih pengen memperbaiki hubungan gue sama dia tapi gue terlanjur janji sama ayah."

"Lo mikirinnya Sean doang, lo gak mikirin gue apa? Gue juga kan bakal kangen sama lo, gue yang lebih ngerasa sedih pisah sama lo, nanti gak ada lagi yang nemenin gue 24/7 pas gue galau" Zelda mulai merajuk.

Bibirnya di lipat maju, memasang wajah cemberut, lalu memeluk sahabatnya dari samping.

"Gue bakal kangen banget sama lo"

Sanggana merasakan ada airmata membasahi bajunya.

"Apaan nih? Lo nangis? Zel? Lo ternyata bisa nangis juga? Ya ampun, hahaha.." Sanggana tak bisa menahan tawanya, selama ini segalau apapun Zelda tidak pernah menangis hanya sekedar marah-marah tidak jelas.

"Lo nangis karna gue? Lo segitu sayangnya sama gue?" Tanya Sanggana melihat zelda masih menangis di pelukannya.

"Tau ah" Zelda merajuk.

Sanggana menarik nafas panjang.

"Gue juga sayang kok sama lo. Makasih ya selama ini lo selalu ada buat gue, makasih selalu mau di repotin sama gue, lo itu temen pertama gue di sini. Lo sahabat gue. Gue gak akan pernah lupa sama lo kok, tanpa lo mungkin gue gak mampu lewatin hari-hari yang berat dan buruk itu. Makasih selalu buat gue merasa di terima"

Tanpa ia ketahui, ada sedikit perasaan bersalah karna selama persahabatan mereka terjalin Zelda tidak pernah jujur pada Sanggana, bahwa sebenarnya awal pertemuan mereka bukanlah tanpa sengaja melainkan memang sudah di rencanakan. Zelda hadir atas perintah seseorang untuk menjaga, mengawasi dan melaporkan apapun kegiatan Sanggana.

Namun rasa sayangnya bukanlah bohong, meskipun dirinya di bayar tapi dia betul-betul menganggap Sanggana saudaraanya. Entah apa jadinya jika Sanggana mengetahui kebenaran ini.

"Nanti tempat ini gimana?" Tanya zelda melepaskan pelukannya.

"Di jual aja, pasti banyak yang nyari flat kaya gini kok" Ucap Sanggana.

"Yakin?"

Sanggana hanya diam tak menanggapi.

"Hmm.. Sean sama Gara tau lo mau balik?"

Sanggana menggeleng, "mereka belum tau, Sean bener-bener susah di hubungin. Kalo Gara, eum.. Gak tau, gue cuma belum ngomong aja"

Sebenarnya Sanggana sendiri tak mengerti, kenapa dirinya merasa berat menyampaikan hal itu pada Gara. Sanggana belum siap mengucap perpisahan dengan Gara. Berbeda dengan Sean, justru Sanggana sangat ingin Sean mengetahui kepulangannya ke Bali.


GANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang